Keberanian Sahabat Abdullah Bin Mas'ud di Mata Rasulullah
Al-Waliyah
| Siapakah Abdullah Bin Mas’ud ?
apakah Abdullah Bin Mas’ud termasuk sahabat Rasulullah, atau dia sebagai kaum
jahiliyah yang ingin menghancurkan islam, simak artikel singkat kisah Abdullah
Bin Mas’ud.
Abdullah
Bin Mas’ud
adalah seorang pemuda Quraisy yang sangat miskin. Pekerjaannya sehari-harinay
adalah menggemabala kambing milik seorang saudagar kaya. Dia adalah seorang
pemuda yang sangat jujur dana amanat terhadap apa-apa yang dipercayakan
kepadanya.
Pada
suatu hari, ketika Abdullah Bin Mas’ud sedang
menggembalakan kambing disebuah padang rumput yang sangat luas, datanglah
dihapannya dua orang musafir yang sangat kelelahan. Salah seorang musafir itu
meminta susu kambing yang digembalakannya. “Maafkan
Aku, Tuan ! kambing-kambing itu bukan milikku !” jawabnya Abdullah dengan
Tegas. Saat mendengar jawaban dari Abdullah Bin Mas’ud, tanpa diduga kedua
musafir tersebut malah tersenyum. Orang yang sangat kehausan itu tak lain
adalah Abu bakar dan Rasulullah. Mereka berdua begitu terpesona dengan
kejujuran pemuda itu.
Sebaliknya,
Abdullah Bin Mas’ud, yang sejenak awal kenabian Muhammad, sudah sangat simpati
kepadanya merasa sangat tersanjung karena tempatnay menggembala didatangi
Rasulullah kendati tak bisa menolongnya. Baru kali itu, dia berkesempatan
langsung melihat sang Nabi Allah itu. Dia sungguh terpukau dengan akhlaknya.
Wajahnya selalu dihiasi dengan sebuah senyuman yang mekar. Tutur katanya sangat
lembut dan menyejukkan. Sejak saat itulah Abdullah Bin Mas’ud mulai tertarik
kepada kedua orang itu. Baginya, Rasulullah adalah mata air ilmu yang sangat
jernih. Jika selalu berdekatan dengan Rasulullah, itu bisa membuatnya tenteram.
Maka,
dia berjanji, kelak dia akan menimba ilmu dari manusia mulia itu, Rasulullah
SAW. Waktu telah berlalu sejak peristiwa itu, dan sekrang Abdullah Bin Mas’ud
telah menjelma menjadi sosok pemuda yang gagah dan berbadan tegap. Dia adalah
pribadi yang tekun dalam menimba ilmu, karena selalu berada di sisi Rasulullah.
Kemanapun beliau pergi, disana pasti ada Abdullah Bin Mas’ud.
Belajar
dari sumbernya langsung menjadikan sosok Abdullah Bin Mas’ud sangat paham
tentang ilmu Al-Qur’an. Bahkan, disebutkan bahwa tidak ada seorang pun yang
lebih paham tentang makna suatu ayat maupun sebab-sebab diturunkannya Al-Qur’an
melebihi Abdullah Ibnu Mas’ud. Tak hana itu, sosok yang sering dipanggil Ibnu
Mas’ud itu juga sangat kuat hafalannya. Dia dapat melantunkan kalimat-kalimat
suci itu dengan sangat indah sekali.
Bagi
Ibnu Mas’ud, Al-Qur’an bukan hanya sebuah kalimat biasa. Tetapi lebih dari itu,
Al-Qur’an adalah kalam suci yang dapat membuat jiwa menjadi tenang. Maka,
lelaki cerdas itu senantiasa membacanya dimanapun dia berada. Kendatipun
kalimat-kalimat suci itu belum pernah didengarkan didepan khalayak umum. Al-Qur’an
itu hanya dibaca dikalangan terbatas, yakni para sahabat dan juga kaum muslimin
yang pada waktu itu jumlahnya masih sangat sedikit. Oleh karena itu, didepan
para sahabat lain, Ibnu Mas’ud meminta izin agar dia diperkenankan untuk
membacanya didepan Umum.
“
Demi Allah, sungguh ayat-ayat di dalam Al-Qur’an itu sangat Mulia.” Kata Ibnu
Mas’ud, “ dan sangat disayangkan kalau hanya kita sajalah yang menikmati
keagungannya!” kata Ibnu Mas’ud kembali. “ Lalu, apa yang bakal kau lakukan,
wahai Ibnu Mas’ud?” seraya para sahabat menjawab, “aku ingin memperdengarkannya
didepan Ka’bah agar semua orang bisa mendengarkan kalam suci ini, mungkin saja
mereka sangat tertarik dan masuk Islam!” Jawab Ibnu Mas’ud.
“
Tujuanmu sungguh Mulia, sahabat. Tetapi ketahuilah, orang-orang Quraisy adalah
orang yang bebal dan sulit menerima kebenaran.” Jawab para sahabat. “akan
Kucoba!” Tegas kembali Ibnu Mas’ud. Karena mendengar tekad Ibnu Mas’ud yang
tergolong nekad itu, maka para sahabat sungguh khawatir. Apalagi, pemuda itu
tidak mempunyai keluarga. Kalau terjadi sesuatu hal padanya, pasti tidak ada
orang yang bisa menolongnya. Salah seorang sahabat menyarankan agar Ibnu Mas’ud
mengurungkan Niatnya itu.
“
Demi Allah, aku akan tetap membacakan ayat-ayat Al-Qur’an ini kepada Mereka!”
berkata Ibnu Mas’ud. “ Wahai saudaraku, dengarkan saranku” kata seorang sahabat
yang lain, “Idemu sangatlah bagus, tapi alangkah baiknya kalau yang
melaksanakan itu adalah salah satu diantara kami, Bukan kamu! Karena, jika
terjadi sesuatu hal yang tidak diingkan, maka ada saudara yang menolong kami.”
Tegas kembali seorang sahabat yang lainnya. “Wahai kawan, Cukuplah bila Allah
menjadi pelindungku!” menjawab Ibnu Mas’ud dengan Mantap. Melihat kesungguhan
di wajah Ibnu Mas’ud maka para sahabat pun tidak mempunyai alasan lain untuk
mencegah niatnya itu.
Sesuai
dengan Ibnu Mas’ud yang janjikan, menjelang Dhuha, dia pergi menuju Ka’bah. Dia
tahu saat jam-jam begini adalah saat berkumpulnya orang kafir Quraisy di
Ka’bah. Mereka biasanya melakukan pemujaan sebelum melakukan aktivitasnya.
Maka, dengan penuh keyakinan, dia berdiri diatas makam Ibrahim. Dengan suara
yang sangat keras, dibacanya beberapa ayat Al-Qur’an. Saat itu, dia membaca
Surat Ar-Rahman. Suaranya yang lantang segera menyita perhatian orang-orang yang
mendengarnya. Mereka seperti tersihir akan keindahan lantunan ayat suci itu.
“Syair siapa yang dibaca Ibnu Mas’ud itu ?” mereka saling bertanya satu sama
lain tentang syair yang dibaca oleh Ibnu Mas’ud. Sebab, tidak biasanya orang
membacakan syair buatan orang lain. Ibnu Mas’ud adalah seorang pemuda biasa
yang tidak pernah belajar sastra. Karenanya, sangat tidak mungkin jika dia bisa
membuat syair yang begitu indah.
Tetapi,
pertanyaan-pertanyaan itu hanya berlangsung sebentar saja. Tak lama berselang,
mereka sadar bahwa yang dibaca Ibnu Mas’ud barusan bukan syair, melainkan ayat
Al-Qur’an yang diajarkan Muhammad kepadanya. Maka dengan sangat marah orang
Quraisy berkata “ Kurang Ajar dia ! kita telah dipaksa mendengarkan ayat ajaran
Muhammad!” kata salah seorang dari mereka. Karena itu, dia segera menghasut
yang lain untuk berbuat sesuatu kepada Ibnu Mas’ud. Mereka segera berdiri dan
berjalan ke arah orang yang dengan lantang berani membacakan ayat Al-Qur’an
barusan.
Serentak
mereka melayangkan Bogem mentah ke tubuh Ibnu Mas’ud. Dalam sekejap, sahabat
Rasulullah Itu telah menjadi bulan-bulanan kafir Quraisy. Dia dipukul, di
tendang, dan dihantam seluruh tubuhnay, bahkan mukanya hingga tak berbentuk.
Namun, lelaki pemberani itu tidak berhenti membacanya. Dia terus membaca
samapai surat Ar-Rahman hingga selesai.
Setelah
selesai, Ibnu Mas’ud segera pulang dengan terhuyung-huyung. Hampir seluruh
tubuhnya berdarah. Melihat kondisinya yang sangat parah, para sahabat segera
membopongnya. Mereka menolongnya sebisa mungkin.
Diluar
dugaan, Ibnu Mas’ud malah tersenyum. “Aku tidak apa-apa, kawan ! sungguh demi
Allah, itu lebih baik dari pada tidak sama sekali. Bahkan, jika kalian
kehendaki, sungguh aku akan membacakan lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang lain
dihadapan mereka.” Berkata Ibnu Mas’ud. Itulah keadaan Ibnu mas’ud,
keinginannya untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur’an di hadapan para kafir Quraisy
telah terlaksana. Meski untuk itu dia harus membayar mahal dengan luka-luka
yang dideritanya. Semoga kita bisa mengambil dan meneladani keberaniannya dalam
berdakwah.
Sumber :
Karakteristik Peri Hidup 60
Sahabat Rasulullah
( Khalid Muhammad)
Keberanian Sahabat Abdullah Bin Mas'ud di Mata Rasulullah
Reviewed by Unknown
on
9:55 PM
Rating:
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_BrM-CT6azMwSbPePuvkvhOzyn7XzKeva-EB0CA87Lrh5W17aSA24d8V-9eIkEbzWzRhmGI-4WJuiJD509iDfkLd4JLXYs5lAQqJHQpwirQXLddawrp-VsoBOOZYBMfF_Qx7vmufMuSwb/s72-c/Abdullah+Bin+Mas%2527ud.jpg)
No comments: