Bagaimanakah Proses Pertama Kali Islam Masuk ke Aceh, Simak Penjelasannya ?
alwaliyah | Aceh dalam sejarah memang sudah menjadi target utama dalam ekonomi, politik dan kepentingan lainnya dalam ranah dunia. Bahkan menurut riwayat, sebelum turunya belanda tahun 1874 ke Aceh, faktanya aceh sudah memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara terkenal seperti Turki, Amerika, Inggris dan Portugis. Hal ini dapat dilihat dalam literatur naskah yang tersimpan dalam beberapa tempat didunia, seperti Malaysia, Inggris, Belanda dan Aceh itu sendiri. Selain itu, sejarah juga mencatat bahwa Aceh sejak dipimpin oleh 4 Raja, yaitu Sultan Malikus Shaleh, Sultan Ali Mughayat Syah, Sultan Iskandar Muda, dan Sultanah Saifiatuddin bahwa negri Makkah juga tak lepas dari peran sejarah yang dibawa oleh aceh, hal inipun dapat dibuktikan dari beberapa bukti nyata mengenai pernah berdirinya Hotel Al-Atjih dimasjidil Haram, bahkan hampir 70 %-nya tanah sekitar makkah adalah punya waqaf aceh. Wakaf ini diberikan langsung oleh keturunan Rasulullah yang bernama Habib Abdur Rahman As-Seghaf kepada Aceh. Selain itu beberapa keturunan kerajaan arab disana memiliki nama "atjih" sebagai gelar turunan mereka, hal ini bukti bahwa dari beberapa keturunan arab juga memiliki peran dahulu bahwa memang aceh memiliki hubungan erat terhadap Makkah.
Namun yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mengapakah Aceh dapat berjaya seperti itu, darimanakah asal nama aceh pertama kali dan bagaimanakah perkembangan islam di aceh pertama kali ? simak penjelasan yang dijelaskan dalam beberapa nara sumber sebagai berikut :
Seminar Medan
Pada Tanggal 17 sampai
20 Maret 1963, di kota medan di langsungkan seminar tentang sejarah masuknya
Islam ke Indonesia. Banyak ahli sejarah dari seluruh Indonesia hadir dan ikut
mengambil bagian dalam perdebatan dan diskusi selama seminar berlangsung. Kesimpulan
yang diambil pada seminar tersebut sebagai berikut :
a. Menurut sumber yang diketahui, pertama kali Islam masuk ke Indonesia pada
abad I Hijriah (abad 7 atau 8 M) langsung dari Arab.
b. Daerah pertama yang didatangi Islam ialah pesisir Sumatra; sesudah terbentuknya
masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh.
c. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang Indoneisa ikut aktif mengambil
bagian.
d.
Mubaligh Islam yang pertama, selain sebagai penyiar Islam juga sebagai
saudagar.
e. Penyiaran Islam di Indonesia membawa kecerdasan dan peradaban tinggi dalam
membentuk kepribadian bangsa Indonesia.
Selain kesimpulan
tersebut, ada satu sumber sejarah yang menerangkan bahwa mubaligh Islam yang
pertama kali datang ke Indonesia, berasal dari Gujarat (pantai barat India,
daerah sebelah barat Ahmadabad). Hal itu
dapat diartikan sebagai berikut : Mubaligh-mubaligh itu datang dari
Mekkah-Madinah, mungkin saja sebahagian dari Mereka melewati Yaman dan sekitarnya,
lalu singgah di Gujarat sebelum meneruskan perjalanan ke timur (Indonesia,
Malaysia dan Filipina). Kesinggahan mereka di Gujarat, tentu saja sambil
berdakwah dan berdagang. Besar kemungkinan bahwa perjalanan mereka ke timur
ditempuh dengan perahu-perahu layar, mengungsi Samudra Indonesia yang begitu
jauh.
Pengertian Islam Datang dari Gujarat
Menurut sejarah, pada
tahun itu sudah banyak pula imigran Arab yang menetap di pantai barat Pakistan.
Sebagaimana dimaklumi, bangsa Arab, disamping terkenal sebagai pelaut, juga
tekenal kelana jalan darat. Sementara itu, rempah-rempah Indonesia sudah amat
dikenal dunia, termasuk pula negri Arab. Maka sambil menunggu cuaca yang baik
untuk mengarungi perjalanan jauh, mubaligh Arab itu menjadikan Gujarat sebagai
Pangkalan mereka untuk menuju ke Indonesia. Tujuannya
sudah jelas, yaitu berdakwah untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam sambil
berdagan. Mereka menjadikan Gujarat sebagai pangkalan perjalanan ke Indonesia
dengan perimbangan praktis psikologis, bahwa hubungan india dan Indonesia sudah
ada sejak jaman Hindu dahulu. Dengan demikian bila dikaitkan dengan
pertimbangan tersebut, tujuan di atas adalah suatu hal yang tak dapat
dikesampingan.
Sangat masuk akal bahwa yang memegan
peranan dalam masuknya Islam ke Indonesia adalah bangsa Arab bukanlah orang
India. Disamping itu, pada waktu umat Islam di India masih sangat sedikit, jika
dibandingkan dengan penganut agama Hindu. Inilah yang menyebabkan kita
berkesimpulan bahwa para mubaligh Islam bangsa India, akan mengutamakan
berdakwah dinegrinya sendiri, daripada berdakwah ke Indonesia. Lain halnya
dengan mubaligh Arab, mereka memang senagaja melakukan dakwah Islamiah sambil
berdagan kemana saja, sejauh jarak perjalanan mereka, waktu singgah di Gujarat
maupun setelah mereka sampai ke Indonesia. Hal ini tidak menutupi kemungkinan,
bahwa pada waktu bangsa Arab melaksanakan tugas dakwahnya di sekitar India, di
sana ada mubaligh pribumi sendiri. Sebab hubungan antara orang-orang Arab
pendatang dengan orang-orang India di Gujarat cukup erat.
Dan juga harus diakui, bahwa mubaligh
bangsa India, karena cintanya kepada bangsanya lebih mengutamakan perhatianya
untuk mengislamkan sesama bangsanya, daripada mengislamkan bangsa lain, termasuk Indonesia.
Beberapa
Pendapat Tokoh Islam
Almarhum H. Agus Salim dalam bukunya
“Riwayat kedatangan Islam ke Indonesia” berkesimpulan bahwa agama Islama masuk
ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Tionkok, yakni pada abad
VII (7) M. pada tahun 758 M telah terjadi kerusuhan antar kaum niaga Islam di
Kanton. Dapat dipastikan bahwa pada abad VII (7) M sudah ada orang Indonesia
yang beragama Islam terutama di Sumatra dan Jawa. Dan agama Islam telah
berkembang sejak pemerintahan Erlangga pada adab IX (9) M. Alasan yang dikemukakan, sejak semula perdagangan
Arab Islam dengan tiongkok telah ramai. Mulai abad IX (9) M tidak ada kapal
asing lain kecuali Islam yang melayari lautan itu. Tiap kali perjalanan pulang
pergi, pulau Sumatra dan Jawa pasti disinggahi. Jalan laut ke timur itu ada
dalam kitab-kitab Arab sebagai berikut :
Sesudah menyelusuri
pantai semanjung India sampai ke Kulon (Quion) di pesisir Malabar, kemudian
masuk ke lautan besar timur Cyelon (Sringlangka), ke pulau-pulau Nikobar
kira-kira 15 hari perjalanan dari Cyelon (Sringlangka), ke ujung utara
pulau sumatra (tanah Aceh), melalui selat malaka ke india, ke selatan sampai ke
palembang menyebrang ke pulau jawa, pantai utara pulau jawa, 15 hari di laut
sampai ke Kamboja, dari situ menyelusuri pantai melalui Kacin Cina
sampai ke pesisir Tiongkok. Perjalanan sepanjang
pesisir itu pulang pergi selama 2 bulan. Sewaktu pergi, perjalanan sampai ke
Aceh selama 40 hari. Disana berhenti beberapa waktu menantikan musim angin
baik. Perjalnan pulang juga 40 hari. Begitulah perjalanan itu setiap tahunnya.
Dalam perjalanan mereka pasti singgah di setiap pelabuhan Sumatra dan Jawa.
Muhammad Said, sejarawan yang terkenal pada seminar di Medan tersebut
berkesimpulan :
a. Sumber
sejarah Arab menegaskan bahwa sejak abad IX (9) M (catatan) sudah banyak
pedagan Arab beragama Islam yang mendatangi berbagai bandar di Sumatra.
b. Berdasarkan
sumber-sumber dari orang-orang luar (Arab dan Tionghoa), Islam
masuk ke Indonesia pada abad I H.
c. Menurut
versi itu, pada abad ke I H raja “Tasyi” telah mengirim seorang peninjau
ke Holing yang ratunya bernama Sima. Petunjuk lain mengatakan, bahwa
Tasyi yang di maksud ini berada di ujung Sumatra. Ada alas an untuk meyakinkan,
bahwa yang dimaksud adalah “lamuri” dan “Rami” yang disebut orang
Arab pada abad XI (11) M.
d.
Maka
kemungkinannya bahwa Tasyi sudah mempunyai raja yang beragama Islam.
e. Prof.
Mainar mengatakan, bahwa Rami adalah Lamno yang terletak di pantai barat
Sumatra. Di situlah mulai masuknya Islam. Menurutnya dengan menghubungkannya
dengan catatan dari Tiongkok itu, ada kemungkinan Tasyi yang dimaksud adalah
Lamno atau Rami.
Prof. Dr. HAMKA dalam karangannya (pada risalah seminar di Medan) mengutip
keterangan Sir Thomas Arnold dalam bukunya “Preaching of Islam” mengatakan,
bahwa pada tahun 684 M di pantai barat pulau Sumatra telah ada satu kelompok
perkampungan orang Arab, yakni pada jaman pemerintahan putra Muawiyyah yang
bernama Yazid I.
Meskipun dari kutipan Prof.Dr. Hamka itu
tidak dijelaskan pantai barat Sumatra itu dimana, tetapi boleh jadi yang
dimaksudnya ialah daerah yang terletak antara wilayah Sumatra
Barat-Tapanuli-Aceh sekarang ini. Pada seminar sejarah masuknya Islam ke
Indonesia yang diadakan di Medan tahun 1963, salah seorang peserta (Dada
Meuraxa) mengatakan bahwa daerah yang mula-mula disinggahi oleh mubaligh Islam bangsa
Arab pada abad pertama itu, ialah “Barus”.
Dalam buku “Sejarah Melayu”, karangan
Tun Muhammad Sri Lanang dimuat Hikayat Raja Pasai. Hikayat itu menceritakan
bahwa pada tahun tahun 1536 M raja dari negri Mu’tabar (Malabar) turun dari
tahtanya dan memakai baju fakir. Beliau menumpang kapal dari Mekkah yang hendak
menuju Samudra Pasai, dengan maksud hendak mengislamkan orang-orang di Samudra
Pasai. Pada buku itu disebutkan, bahwa “Setelah beberapa lama berjalan,
sampailah beliau pada sebuah negri, fansuri namanya, maka semua orang Fansuri
itu masuk Islam”.
Dari hikayat tersebut maka kita dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Daerah
pertama yang didatangi oleh Islam ialah sebelah barat ujung Sumatra, yakni
Lamno, yang terletak dalam kawasan Lamuri atau Rami (yang disebut oleh orang
Arab dalam abad IX (9) di atas) dan untuk sekarang ini terletak di pinggir
perbatasan Aceh Besar dengan Aceh Barat. Hal ini disebabkan karena pinggir
pantai Lamno yang merupaan pelabuhan kapal-kapal pada jaman dahulu, adalah
daerah yang sangat menarik. Merupakan pelabuhan alam strategis di ujung Sumatra
yang menrik bagi pelaut-pelaut Arab, Persia, India, dan lain-lain. Apa yang
digambarkan dalam catatan sejarah di atas, rasional sekali. Ini dapat kita
saksikan bila melihatnya dari arah laut, apalagi dari atas gunung Grute pemandangannya
begitu indah, rasanya pelaut jaman dahulu tidak akan meremehkan keindahan dan
strateginya pesisir daerah Lamno jaya itu.
b. Dari
situlah perjalanan safari ini dilakukan oleh mubaligh Islam, baik yang menuju
ke pesisir barat pulau Sumatra atau yang menuju selat Malaka, sampai ke Kamboja
dan pesisir Tiongkok, seperti yang telah diungkapkan oleh H. Agus Salim di
atas.
Dengan demikian, itulah dasar dalam menetapkan tentang
daerah pertama yang dimasuki Islam di Indonesia. Semantara para ahli sejarah
harus terus menyelediki hal ini lebih lanjut.
Aqidah dan Syariah
Apbila hasil keputusan
seminar di Medan dan lainnya itu telah menetapkan bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad I H, maka bagaimanakah gambaran haluan ‘aqidah dan hukum
Syari’at yang masuk ke Indonesia pada abad I H itu ?
Bagi kita tidak ada
perbedaan, bahwa ajaran ‘aqidah Islamiyah yang dibawa oleh da’i-da’i Islam ke
Indonesia pada abad I H adalah menurut Sunnah Rasulullah SAW, dan sunnah
sahabat, yang biasa disebut dengan Istilah “Ahli Sunnah wal Jama’ah”. Sedangkan
ajaran-ajaran Islam dalam bidang syari’at berdasarkan fatwa sahabat Rasulullah
SAW, sebab qaulu shabah atau aqwalush shahabah merupakan sumber
hukum Islam, bagi para mujtahidin. Lebih-lebih lagi bagi umat islam secara umum
yang tingkat pemikirannya belum sampai ke tingkat pemikirannya belum sampai ke
tingkat mujtahid muthlaq, yakni mujtahid yang dapat langsung menggali
hukum-hukum Islam dari Al-Qur’an, Hadist atau Sunnah maupun dari Ijma’ dan
Qiyas.
Tentang pendapat bahwa
ajaran Islam yang masuk ke Indonesia itu berhaluan Ahli Sunnah wal Jama’ah,
kiranya dapat juga dibuktikan dengan fakta sejarah sebagai berikut :
1. Pada tahun 52 H orang-orang Arab dari utusan Mu’awiyyah bin Abu Sufyan
telah mendirikan kampung Pariaman, pantai barat Sumatra Barat.
2. Khalifah Mua’wiyyah bin Abu Sufyan pernah berkirim surat kepada raja
Sriwijaya di Jambi (Sumatra Selatan), yakni Sri Maha Raja Lukitawarman. Bahkan
beliau pernah berkirim surat kepada Ratu Sima di Kalingga Jepara, Jawa Tengah
Isi surat itu selai tentang urusan perdagangan juga tentang ajakan atau dakwah
Islam. Karena itulah Raja Jepara tersebut telah masuk Islam kira-kira pada abad
akhir I H.
3. Pada tahun 715 sd 717 M atau sekitar tahun 96 sd 99 H, Sulaiman bin Abdul
Malik khalifah Bani Umayyah VII, mengirimkan armadanya ke wilayah Timur lewat
teluk Persia, Gujarat, Samudra Pasai, Perlak dan terus ke Jambi. Khalifah juga
mengirimkan armadanya ke laut Turki untuk mengepung kota Konstantinopel, dengan
kekuatan prajurit sebanyak 600 ribu orang, dan menggunakan kapal layar sejumlah
1700 buah. Namun demkian jumlah armada yang dikirm khalifah ke Timur itu, tidak
sebanyak jumlah armada yang dikirimkan ke laut Turki, karena tujuannya bukan
untuk melakukan serangan tetapi semata-mata untuk menjalankan dakwah dakwah
Islamiyah.
Karena
itu, khabar mengenai sampainya utusan khaifah Mu’awiyyah bin Abu Sufyan itu ke
hulu sungai Jambi di Sumatra Tengah dan Jepara, di Jawa Tengah, dapat diterima.
Apalagi dengan adanya Sri Maha Raja Serindrawarman di Sriwijaya, jambi memeluk
agama Islam secara sukarela pada tahun 99 H atau sekitar 86 tahun setelah
wafatnya Rasulullah SAW.
4. Pada waktu khaifah Umar bin Abdul Aziz dari bani Umayyah berkuasa, pada
tahun 99 H sd 101 H setelah menggantikan khalifah Sulaiman bin Abdul Malik,
telah terjadi kerospondensi antara beliau dengan maha raja Jambi dan Ratu Sima
tersebut. Surat-surat hasil kerospondensi itu, khabarnya masih tersimpan dengan
baik di Granada, Spanyol.
Dari uraian tersebut di
atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ajaran Islam yang masuk ke
Indonesia dan telah dianut oleh penguasa-penguasa yang telah memeluk agama
Islam itu, seperti Maharaja Jambi dan Ratu Jepara berhaluan Ahli Sunnah wal
Jama’ah dan bukan Syi’ah, sebab raja-raja Bani Umayyah yang telah berjasa
dengan usahanya menyiarkan Islam ke Timur itu adalah raja Islam yang tidak
sejalan dengan haluan atau paham Syi’ah. Sementara mazhab furu’ syari’at pada
jaman itu belum terkenal. Karena perkembangan mazhab-mazhab fikih Islam dari 4
Mazhab besar, yaitu Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali, baru dikenal
pada pertengahan abad I H sampai pada pertengahan abad III H.
Karena itu seminar di
medan tentang masuknya Islam ke Indonesia tersebut menetapkan, bahwa mazhab
Syafi’i sejak semula perkembangan Islam telah berpengaruh dalam kerajaan Pasai.
Bahwa raja-raja Pasai itu adalah seorang ahli fiqih mazhab Syafi’i. Begitulah
selanjutnya kedatangan ulamaulama Islam dari luar negri ke Aceh untuk
memperteguh dan memperkuat mazhab Syafi’i yang telah ditanamkan oleh raja-raja
Pasai itu. Karena itulah umat Islam Indoneisa sejak dahulu sampai sekarang,
hampir seluruhnya menjadi pengikut mazhab Syafi’i, tetapi disamping itu mereka
membenarkan juga pengikut mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali. Oleh karena itu
mereka menamakan dirinya sebagai umat Islam Ahli Sunnah wal Jama’ah. Dan ini
sesuai dengan hadist Rasulullah SAW, dalam kitab At-Thabari sebagai berikut :
وَالَّذِى نَفْسُ
مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفتَرِقَ اُمَّتِى عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعُينَ فِرْقَةً,
فَوَاحِدَةٌ فِى الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِى النَّارِ, قِيْلَ مَنْ
هُمْ يَارَسُولُ الله ؟ قَالَ اَهلُ السُنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ. (رواه الطبرانى).
“Demi Tuhan yang memegang Jiwa
Muhammad, umatku akan berfirqah (terbagi-bagi) menjadi 73 firqah, yaitu satu
masuk surga, sedangkan 72 firqah lainnya masuk neraka. Para sahabat bertanya :
Siapakah gerenagan firqah yang tidak masuk neraka itu ya Rasulullah ? Nabi
menjawab : Ahli Sunnah wal Jama’ah.” (Hadist Imam Thabari).
Istilah yang dipakai Rasulullah SAW, tentang Ahli Sunnah
wal Jama’ah itu telah diterangkan oleh para ulama Islam, di antaranya dalam
kitab “Ittihaafusaadatil Muttaqin” karangan Muhammad bin Muhammad
Al-Husni Az-Zabidi, yakni sebuah kitab yang mensyarahkan kitab Ihya ‘Ulumuddin
karangan Imam Ghazali juz ke-2 halaman 6 sebagai berikut :
اِذَا اُطْلِقَ
اَهلُ السُنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ فَالمُرَادُبِهِمْ اَلْأَشَاعِرَةُ
وَاْلمَاتِرِدِيَّةُ.
“Apabila disebut “Ahli Sunnah wal Jama’ah”
maka maksudnya ialah orang yang mengikuti rumusan (hasil penggalian dan
pemahaman aqidah dari Asr’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi”.
Inilah pegangan umat Islam di seluruh dunia dalam
memahami dan mengembangkan aqidah atau ushuluddin. Sedangkan dalam masalah
‘ibadah dan mu’amalah yang mencakup dalam fiqih Islam mereka, mengikuti salah
satu 4 mazhab besar (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali).
Sumber :
"Ayah Kami-Syeikhul Islam Abuya Muhammad Waly Al-Khalidy-Bapak Pendidikan Islam"
Abuya Syeikh Prof. Dr. Tgk. H. Muhibbuddin Muhamad Waly
Bagaimanakah Proses Pertama Kali Islam Masuk ke Aceh, Simak Penjelasannya ?
Reviewed by Unknown
on
4:00 AM
Rating:

No comments: