Bagaimanakah Pendapat Al-Qur'an Tentang Bumi, Bulat atau Datar ?
Alwaliyah | Sudah berpuluhan tahun manusia
selalu dalam polemik mengenai ukuran bumi atau bentuk bumi. Ada yang
berpendapat bahwasannya Bumi itu bulat dan juga ada yang mengatakan Bumi itu datar.
Menjawab dua kontroversi ini kita selalu disibukkan dengan pembelaan diri
terhadap pendapat masing-masing. Selain itu tidak seditiki juga yang mengatakan
bahwa bumi bulat adalah berasal dari Al-Qur'an karena beberapa ayat yang
tertera didalamnya, sebahagian yang lain mengatakan bumi bukan datar akan
tetapi bulat. Maka mari kita sama-sama menyimak dan myakinkan diri bahwasanya bentuk
asli Bumi telah dijelaskan dalam Kitab Suci Al-Qur’an.
Untuk
menjawab polemik ini, didalam video ini anda akan diajak mengetahui jawaban
sesungguhnya mengenai bumi. Syarahan atau penjelasan didalamnya ditinjau dari
sistem kaedah quran yang tepat, seperti pendekatan ilmu nahwu, ma'ani, aqli dan
hasil riset yang telah ditemukan.
BENTUK BUMI MENURUT AL-QUR’AN
Dulunya masyarakat percaya bahwa bumi ini adalah
datar. Selama berabad-abad, orang-orang tidak berani berpetualang terlalu jauh
karena takut jatuh ke tepi bumi. Sir Francis Drake adalah orang pertama yang membuktikan
bahwa bumi itu bulat. Kesimpulan itu ia dapatkan setelah berlayar mengelilingi
bumi pada tahun 1597.
Berkenaan dengan hal ini, Al-Qur’an telah
menerangkan tanda bumi bulat dengan bukti “sistem pergantian siang” dan malam.
Allah berfirman :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ
وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ
يَجْرِي إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى وَأَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya
Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan
Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu
yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Luqman : 29).
Pada ayat diatas, terdapat kata "( يُولِجُ ) YULIJU yang artinya adalah “memasukkan”, disini
berarti bahwa dari "YULIJU" berlaku secara perlahan dan bertahap;
malam berubah menajdi siang, begitu pula sebaliknya. Fenomena ini hanya berlaku
jika bumi berbentuk bulat. Sebab, jika bumi ini datar maka akan terjadi
perubahan mendadak dari malam ke siang dan demikian sebaliknya.
Di ayat lain, Allah juga menyebutkan mengenai
bulatnya bumi :
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan
(tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas
malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu
yang ditentukan. ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Az-Zumar
: 5)
kata dalam bahasa arab yang digunakan di sini
adalah "(يُكَوِّرُ) YUKAWWIRU"
yang berarti tumpang tindih atau menggulung, seperti jalinan surban yang
dililitkan di kepala. Tumpang tindihnya antara siang dan malam hanya akan
terjadi jika bumi itu bulat.
Hakikat bulat yang dibicarakan bukanlah
berdiameter bulat seperti bola, melaikan secara geo-sperichal yaitu sedikit
rata di ujung-ujungnya. Allah berfirman didalam Al-Qur’an :
وَٱلْأَرْضَ بَعْدَ ذَٰلِكَ دَحَىٰهَآ
“Dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya.” (An-Nazi’at : 30)
Dalam bahasa arab, makna lain dari "(دَحَىٰهَآ) DAHAAHAA" bermakna
“telur burung unta”. Bentuk telur unta menyerupai benruk geo-sperichal. Dengan
demikian Al-Qur’an telah menggambrakn benruk bumi dengan sekaligus mematahkan
anggapan sebelumnya bahwa bumi itu adalah datar.
TEORI FLAT EARTH
Salah satu teori yang dibuat oleh para pendukung
bumi adatar adalah Geosentris, yaitu anggapan yang menyatakan bahwa mataharilah
yang mengelilingi bumi. Lawan dari Geosentris adalah Heliosentris, yaitu
anggapan yang menyatakan bahwa matahari adalah pusat tata surya, bumilah yang
mengelilingi matahari.
Dalam waktu yang lama, para filsuf Eropa dan
ilmuan meyakini bahwa bumi adalah pusat alam semesta dan seluruh benda-benda
langit termasuk matahari mengelilingi bumi. Di barat Geosentris sudah menjadi
pemahaman yang lazim dari zaman Ptolemy (abad kedua sebelum masehi).
Pada tahun 1512, Nicholas Copernicus mengemukakan
teori Heliosentris-lah yang menjadi hukum sebenarnya dalam tata surya. Pada
tahun 1607, ilmuan jerman Yohannus Keppler telah mengenalkan teori “Astronomia
Nova”, yaitu segala benda luar angkasa yang berada di tata surya bergerak
mengelilingi matahati dalam garis orbit yang disebut elips, mereka juga
berputar pada sumbunya masing-masing dengan kecepatan yang tidak teratur.
Penemuan teori ini menjadi alasan yang tidak
dapat dipungkiri bagi para saintist Eropa untuk megoreksi kembali mekanisme
sistem dari matahari. Dimana posisi matahari sebagai pusat tata surya dan
termasuk di dalamnya proses bergantinya siang dan malam.
Allah berfirman mengenai sistem ini :
وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلَّيْلَ
وَٱلنَّهَارَ وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan
siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam
garis edarnya.” (Al-Anbiya : 33)
Dalam bahasa Arab yang digunakan dalam ayat di
atas adalah "( يَسْبَحُونَ ) YASBAHUUNA" . kata tersebut
berasal dari kata سَبَحَ yang berarti
sebuah gerakan yang muncu dari setiap tubuh yang bergerak. Jika kita
menggunakan kata ini untuk seseorang yang berada di suatu tempat, maka makna
kata ini bukan berarti dia berguling melainkan berjalan atau berlari. Jika kita
gunakan kata ini untuk seorang yang berada di dalam air, maka tidak berarti
bahwa ia mengembang melainkan dia berenang. Maka demikian jugalah makna yang
berlaku bagi benda-benda langit, termasuk matahari bahwa sesungguhnya matahari
bukanlah terbang melewati ruang angkasa tapi matahri pun berotasi dan berjalan
mengelilingi ruang angkasa.
Allah memperkuat ayat ini pada ayat yang lainnya
:
وَٱلشَّمْسُ تَجْرِى لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ
ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ
“Dan matahari berjalan ditempat
peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.”
(Yasiin : 38)
Dalam bahasa Arab arti kata مُسْتَقَر adalah
“menetap”. Berarti matahari yang Allah maksudkan didalam firmannya disini
adalah bahwa bergerak “berjalan menetap”. Kesimpulannya alam semesta ini
berhukum pada teori Heliosentris bukanlah geosentris.
MAKNA “BUMI DATAR” DALAM AL-QUR’AN
Didalam al-Qur’an terdapat makna yang menunjukkan
bahwa bumi adalah “datar”, hal ini terdapat didalam surat Al-Kahfi : 47. Allah
berfirman :
“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu)
Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar dan
Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari
mereka.”
Apakah ayat diatas menunjukkan secara nyata bahwa
bumi adalah datar ? ada beberapa jawaban yang dapat dijawab. Didalam Al-Qur’an
arti kata “datar” bukan hanya berbahasa arabkan "BAARIZAH",
di sisi lain Allah juga menggunakan kata datar pada beberapa ayat lainnya,
seperti contoh makna “datar” dengan kata قُصُورَ pada Surat Al-A’raf :
74. Kemudian didalam surat Taha : 106, Allah SWT memberi arti datar dengan kata
قَاعًا , kemudian pada surat Al-Mukminun : 50 dengan kata رَبْوَةٍ, dan
terakhir pada surat An-Nur : 39 juga Allah berikan arti datar dengan kata قِيْعَةٍ
. Semua ayat diatas Allah menceritakan mengenai dataran gunung dan tanah bumi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa arti kata “datar” didalam Al-Qur’an bermaknakan
datar didalam bumi bukan bentuk ukuran bumi.
Kemudian, arti kata "BAARIZAH" pada ayat sebelumnya yang
bermaknakan datar bukanlah makna bahwa bumi berukuran datar melainkan tanah di
bumi adalah datar. Ini artinya Allah mengajak manusia berfikir akan segala
keajaiban mengenai bumi dari dalam. Hukum cara berfikir ini terkadang Allah
mengajak manusia untuk berfikir mengenai alam luar bumi dan terkadang Allah
juga mengajar berikir apa-apa yang terdapat didalam bumi. Maka demikianlah isi
kandungan makna yang terkandung dalam ayat diatas.
Secara akal, jika kita berada di kutub selatan
maupun kutub utara, di Amerika atau eropa, di afrika atau asia, atau lokasi
manapun di bumi, kita akan melihatnya terhampar. Hal ini terjadi karena bumi
berbentuk bulat. Jika bumi berbentuk kotak, segitiga, heksagon, atau bentuk
lainntanya, kita bisa melihat sudut-sudutnya dan kita tidak akan melihat bumi
terhampar. Kita akan melihat sudut dan tepiannya lalu langit. Oleh karena itu,
satu-satunya bentuk yang dengannya bumi dapat terhampat di manapun kita berada
adalah bentuk bulat. Jika kita mulai bergerak dari titik manapun di permukaan
bumi kemudian sampai kembali ke titik awal, kita akan menemukan bahwa bumi
terhampar selama perjalanan.
Selain itu yang bukan menunjukkan bahwa ayat
tersebut bukanlah bermakna bahwa bumi “datar” adalah terdapat dalam susunan
kalimat didalam surat tersebut. Perhatikan pada kata ayat yang bertuliskan "WA YAUMA" yang
artinya “pada hari itu”. Didalam Nahwu kata "WA
YAUMA" digolongkan dalam kaedah “Isim Zaman”, yaitu sebuah
bentuk nama yang menunjukkan hari akan datang. Maka dapat dikatakan ayat ini
memberi makna bahwa tanah bumi adalah datar, bukanlah bumi ini datar. Makna
seperti ini didapatkan dari korelasi ayat akhirnya, yaitu artinya “dan Kami
kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka”.
Kemudian, didalam ayat tersebut juga tertuliskan "NUSAYYIRUL JIBALA" , yang
artinya “Kami perjalankan gunung-gunung”, sebelum Allah katakan “Bumi
itu datar” Allah menggunakan huruf و sebagai penyambung kalimat. Didalam nahwu
huruf ini disebut “Waw Ma’iyah”, yaitu huruf pengandeng makna. Hal ini sama
artinya Allah membuat makna bahwa gunung dan bumi adalah datar, bumi disini
dimaksudkan adalah tanah bumi, karena dalam bahasa arab kata bumi yaitu
“Al-Ardh”, juga berarti tanah. Persis seperti Allah firman-kan dalam surat
Al-Ahzab : 27 yang Allah gunakan makna tanah dengan bahasa arab “Al-Ardhi”. Kesimpulannya
bahwa bumi yang dimaksudkan diatas adalah tanah bumi bukanlah bentuk ukuran
bumi.
Terkahir, pada ayat tersebut jua terdapat dua
huruf “waw”, yaitu waw pada awal ayat dan waw pada pertegahannya. Kedua waw ini
berbeda arti dan kaedah, pertma disebut “waw ibtida”, yaitu waw awal permulaan
kata”, kedua adalah “waw ma’iyah”, sepertimana yang telah dijelaskan diatas.
Sekarang telah jelas bahwa sesungguhnya bahwa
bumi itu adalah bulat bukanlah datar, sepertimana yang telah dijelaskan pada
pembahasan-pembahasan sebelumya.
KESIMPULAN
Segala penjelasan rignkas yang telah dijelaskan
telah menunjukkan kepada kita semua, bahwa bumi bukanlah datar namun ia
berukuran bulat melonjong seperti telor burung unta. Segala pembuktian yang
sudah diterangkan disini bukanlah dari hasil fikiran atau riset manusia namun
Allah-lah yang menjelaskan semuanya dengan ke Maha Pengetahuannya dari manusia.
Oleh karena itu, berfikir, riset, dan menemukan segala apapun yang berasal dari
hasil pemikiran manusia tidaklah menjadi sisi keotentikan penuh dalam ilmu
pengetahuan. Karena segala sesuatu yang terjadi adalah tak lepas dari
kepengetahuan sang pencipta ilmu pengetahuan. Dan Al-Qur’an-lah kumpulan segala
informasi dari sang maha yang memiliki ilmu pegetahuan tersebut. Tidak ada
keraguan sedikitpun didalamnya, semua kandungan adalah sumber kefaktaan dan
kita wajib mengiktuinya.
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang
Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu
surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
“Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) -
dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka
yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Al-Baqarah
: 23-24)
Semoga penjelasan ringkas yang telah diruaikan
diatas dapat bermanfaat bagi kita semua dari segala polemik-polemik yang
terjadi mengenai bumi.
Tgk.Habibie M.Waly S.TH
Lihat videonya dibawah ini :
ISLAM FOUNDATION CHANNEL
Bagaimanakah Pendapat Al-Qur'an Tentang Bumi, Bulat atau Datar ?
Reviewed by Unknown
on
9:09 PM
Rating:

No comments: