Inilah Tanda Kita Telah Dibukakan Pintu Karamah Allah (Abuya Muhibbuddin Waly)
Al-Waliyah | Apabila kita ketahui, dan sedari,
bahwa selain Allah s.w.t itu pasti miskjn atau papa, yakni tak dapat tidak kita
berhajat kepada Allah. Pada waktu itulah hati kita mulai liar dengan
makhluk-makhlukNya. Yakni hati kita tidak menggantungkan dalam segala keadaan
kepada makhluk-makhluk Allah, tetapi pergantungan kita adalah hanya kepada
Allah s.w.t. semata. Untuk itu hakikat Tauhid dan Tasawuf telah merumuskan hal
keadaan ini, seperti yang telah diungkapkan oleh yang mulia Ibnu Athaillah
Askandary dalam Kalam Hikmahnya yang ke-100, sebagai berikut:
مَتَى أَوْحَشَكَ مِنْ خَلْقِهِ ،
فَاعْلَمْ أَنَّهُ يُرِيْدُ أَنْ يَفْتَحَ لَكَ بَابَ الْأُنْسِ بِهِ
“Manakala Allah telah meliarkan anda dari
makhluk-makhlukNya, maka ketahuilah, bahwa Dia berkehendak untuk membukakan
bagi anda keramahan denganNya.”
Untuk menjelaskan Kalam hikmah ini,
Abuya Syeikh Muhibbuddin Waly memberikan 3 katagori penjelasannya sebagai
berikut :
Pertama
Apabila kita telah betul-betul
merasakan, bahwa kita berhajat kepada Allah s.w.t. dalam segala hal berupa apa
pun saja dalam hidup dan kehidupan kita, maka nyatalah kita tidak terlepas dari
ketentuan Allah s.w.t. Apabila perasaan yang demikian itu telah be-gitu
menyelinap dan mencekam dalam hati, otomatis hati kita menjauh dari manusia.
Yakni hati kita tidak bersangkut lagi dengan manusia, tetapi adalah dengan
Allah s.w.t. Atau dengan kata lain, hati kita merasakan dengan sinar Iman,
bahwa segala apa yang terjadi dalam hidup dan kehidupan ini, adalah dengan
ketentuan dan ciptaan Allah s.w.t. jua.
Kedua
Hal keadaan di atas itu
disebabkan, kerena hati tidak sunyi dari sesuatu yang menjadi lawannya. Jadi,
apabila hati telah lari dari makhluk, tentulah hati akan bergantung dan tertuju
kepada Allah. Dan apabila hati telah mengakui kefakirannya kepada Allah s.w.t, maka
hati akan mendapatkan keramahan dengan keyakinan kepada Allah s.w.t. Pada waktu
itulah hati dan anggota seluruh tubuh berhadap kepada Allah. Sebagaimana hati
pada waktu itu dengan segala anggota tubuh berpaling dari sekalian makhluk apa
saja, kapan saja dan di mana saja. Inilah maksud syair Tasawuf, sebagai
berikut:
اَلْأُنْسُ
بِاللهِ لَا يَحْــوِيْـهِ بَطَّالُ
وَلَا
يَحْوِزَنَّهُ بِالْحَـوْلِ مُحْتَالُ
وَالْآنِـسُوْنَ رِجَالٌ كُلُّـهُمْ فَحُمُوْا
وَكُلُّــهُـمْ صَـفْـوَةٌ
لِلهِ عُــمَّـالُ
“Ramah dengan Allah tidaklah diliputi oleh yang tidak
kekal, dan
tidak cenderung padanya orang yang berusaha dengan
kekuatan dan
daya. Semua orang yang telah jinak, hatinya merasa megah
dan mulia, semua mereka itu begitu ikhlas karena Allah, lagi orang-orang yang
beramal.”
Demikianlah apabila sudah jinak
dengan Allah dan sudah dekat denganNya. Maka tidak akan mungkin lagi datang
pengaruh-pengaruh dunia yang tidak kekal itu. Orang-orang tersebut dalam segala
tindak-tanduknya dan gerak-geriknya, baik lahir ataupun bathin, memandang bahwa
segala kejadian-kejadian dalam alam dunia ini, adalah dengan ketentuan Allah
dan dengan ciptaanNya. Mereka tidak lagi dipengaruhi oleh perasaan-perasaan
yang menimbulkan sesuatu dakwaan, bahwa segala-galanya ini mesti dengan daya
manusia, tetapi sebaliknya adalah dengan kekuatan dan kekuasaan Allah s.w.t.
Jadi, orang-orang yang sudah
jinak hatinya kepada Allah, mereka gembira disebabkan keikhlasan dalam beramal
kepada Allah sudah mulai mereka rasakan dalam jiwa dan perasaan hati, dan telah
mem-pengaruhi pula anggota tubuh.
Ketiga
Sebagai contoh keliaran hati dari
dunia di mana berarti telah terbuka pintu ramah kepada Allah s.w.t, dapat kita
lihat pada suatu kejadian zaman dahulu, seperti yang telah disebutkan oleh para
Ulama. Kejadian itu ialah, bahwa seorang laki-laki telah membeli seorang budak.
Waktu budak itu dibeli oleh laki-laki tersebut, si hamba itu berkata: Wahai
Tuan, saya menginginkan dari Tuan tiga syarat sebelum Tuan membeli saya:
Syarat pertama, apabila
masuk waktu sembahyang, maka jangan-lah Tuan melarang saya bersembahyang.
Syarat kedua, bahwa Tuan
mempekerjakan saya, hanya di waktu siang saja dan jangan di waktu malam.
Syarat ketiga, bahwa Tuan
jadikan sebuah kamar buat saya yang tidak boleh dimasuki oleh seseorang pun
selain hanya saya.Laki-laki itu berkata: “Baiklah, bahwa usulanmu itu aku
terima dan cubalah lihat kamar-kamar itu semua, semoga ada yang cocok denganmu.
” Si budak itu pun melihat semua kamar-kamar tersebut, sehingga ia mendapatkan
kamar yang jelek, tetapi menurut dia adalah baik, meskipun kamar tersebut kamar
yang tidak baik menurut pandangan orang lain. Maka Tuannya itu bertanya
kepadanya: “Kenapakah anda pilih kamar yang jelek itu?” Si budak menjawab:
“Biarlah jelek tetapi asalkan ia merupakan bangunan yang indah di sisi Allah
s.w.t.”
Maka di kamar itulah si budak
tersebut bertempat tinggal di malam hari dan melaksanakan amal ibadahnya kepada
Allah s.w.t. Pada suatu malam, Tuannya mengadakan pesta yang dihadiri oleh banyak
tamu dari para undangan yang menghadiri pesta itu. Setelah lewat tengah malam
orang-orang yang menghadiri pesta itu pun bubar meninggalkan rumah itu, si Tuan
rumah berjalan-jalan dalam rumahnya sebagai melepaskan keletihan setelah
selesainya pesta di malam tersebut. Tiba-tiba penglihatannya tertumpu pada
kamar sang pembantu dan dia melihat dalam kamar tersebut sebuah lampubergantung
di atap, sedangkan cahaya sinar lampu itu menembus ke langit-langit atap kamar
si budak pembantu itu. Sedangkan si budak tengah melakukan sembahyang, sedang
sujud bermunajat kepada Allah s.w.t. Tuan rumah dapat menangkap apa-apa yang
diucapkan si budak itu dalam sujudnya.
Si budak itu bermunajat kepada
Allah dengan kata-kata: “Ya Tuhanku! Engkau telah perintahkan daku berkhidmat
me-laksanakan tugas-tugasku terhadap majikanku di waktu siang hari. Andaikan
jikalau bukan tugas yang demikian, maka aku tidak akan bekerja selain
semata-mata berkhidmat kepadaMu, ya Allah, pada malamku dan pada siang hariku.
Oleh sebab itu Engkau ampunilah aku ini wahai Tuhanku!” Majikannya asyik sekali
melihat kejadian yang demikian itu, sehingga subuh hari. Kemudian hilanglah
cahaya lampu dari pengli-hatannya dan bertaut kembali loteng dan atap kamar si
budak tersebut. Si majikan lalu masuk ke kamarnya dan menceritakan kepada isterinya
apa yang telah terjadi. Kerena itu pada malam keduanya setelah pertengahan
malam, majikan dan isterinya sama-sama meng- intip kamar sang budak. Pada saat
itu, mereka berdua melihat kejadian seperti apa yang telah terjadi pada malam
pertamanya. Mereka mengintip lewat lobang-lobang dinding kamar tersebut, sampai
ke subuh hari.
Kemudian pada siang harinya
majikan dan isterinya memanggil budaknya itu dan menyampaikan kepadanya, bahwa
anda mulai dari saat ini menjadi manusia merdeka karena Allah s.w.t, sehingga
anda akan benar-benar mengarahkan ibadat anda kepada Allah di mana anda telah
meminta keampunanNya, disebabkan anda tidak dapat menjalankan pengkhidmatan
suci kepadaNya dengan lebih sempurna. Di samping itu, kedua suami isteri tadi
menceritakan kepada budaknya akan kemuliaan-kemuliaan yang diberikan Allah
terhadap budak itu sebagaimana yang mereka lihat sendiri. Tetapi bagi sang budak,
demi mendengar yang demikian itu, ia kaget dan terkejut seraya mengangkat kedua
tangannya ke arah langit dan berkata: “Ya Tuhanku! Aku telah bermohon kepadaMu
agar Engkau tidak memperlihatkan keadaanku kepada selainMu. Maka apabila Engkau
telah membukakan dan memperlihatkan rahasiaku itu, matikanlah aku ya Tuhan!”
Demi setelah kata-katanya itu
selesai, dia pun rebah dan mati seketika itu juga. Demikianlah contoh hamba
Allah yang shaleh di mana hatinya telah merasa jauh dengan makhluk, tetapi
telah begitu dekat kepada Allah, sehingga hatinya telah jinak kepadaNya, gemar
dan cinta kepadaNya. Dan beginilah yang dikehendaki dan menjadi cita-cita bagi
para wali Allah s.w.t.
Kesimpulan:
Apabila hati telah liar dalam
pergaulan hidup terhadap makhluk, manusia dan alam sekelilingnya, maka hati itu
telah diliputi dengan kejinakan dan keramahan pada mengingat Allah dengan
beribadat dan asyik dengan ilmu pengetahuan yang terus menambah keimanannya dan
keyakinannya untuk lebih hampir lagi kepada Allah s.w.t. Maka berarti orang itu
telah dibukakan pintu keramahan dari Allah ter-hadapNya. Dan apabila pintu itu
telah terbuka, maka yang demikian itu menunjukkan bahwa hamba yang bersangkutan
telah dekat kepada Allah dan telah diperbolehkan padanya untuk masuk gedung perbendaharaan
Allah, perbendaharaan nikmat, iman dan yakin kepadaNya.
Hal ini tidak mustahil. Dan yang
penting adalah beramal dengan sebaik-baiknya, karena itu berjuanglah dengan
amal dan ibadat. Semoga Allah s.w.t. akan mengurniakan kepada kita keindahan
dan keramahan terhadap ketuhanan Allah dalam arti yang luas. Amin, ya Rabbal-’alamin.
Sumber :
"Hakikat Hikmah Tauhid dan Tasawuf"
Abuya Syeikh Muhibbuddin Muhammad Waly Al-Khalidy
Inilah Tanda Kita Telah Dibukakan Pintu Karamah Allah (Abuya Muhibbuddin Waly)
Reviewed by Unknown
on
9:00 PM
Rating:
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhV-L_s8Kni2_BmKROLNW48FVvwLQMI60aVE9m1_pWgkLGonP2vQQXkzsvyDcVAgF9WDiqzXFf0-xzeBbOQ3RQe4TOguKFUZNOyRxCqaKj6jCba2Mjug_hfnz45wS-ijqxhloH9BYTF5g/s72-c/kajian+hikam.jpg)
No comments: