Dimanakah Allah SWT ?
alwaliyah | Pernahkah kita merenung, bahwa dari segala kesulitan hidup
yang kita hadapi didunia ini, ada satu hal yang paling sulit untuk dicari
jawabannya. Kesulitan itu adalah “Dimanakah Allah SWT ?”. Perlu diketahui ini
adalah salah satu bentuk kesulitan kita sebagai umat muslim untuk bisa
menjawabnya secara tepat. Dan yang lebih sulit lagi adalah, pertanyaan ini
berasal dari mereka yang tidak beriman kepada Allah, yaitu kafir. Bahkan
disuatu kejadian, sebahagian kafiriin menuntut jawaban tersebut karena mereka
ingin lebih mengenal Tuhan kaum muslimin, jika puas atas jawaban yang diberikan
maka mereka berjanji akan masuk kedalam agama rahmatan lil alamin.
Dan sekarang yang mejadi pertanyaan kita adalah, dapatkah
kita menjawab pertanyaan tersebut yang berasal dari kafirin?. Karena
sesungguhnya jika kita menjawab Allah ada diatas, maka mereka pastilah
bertanya, lalu dibawah siapa ?. Jika kita menjawab Allah ada dimana-mana, maka
mereka akan menjawab Allah kalian berjumlah banyak. Dan juga jika kita menjawab
bahwa Allah sangatlah dekat dekat kita, sepertimana yang telah dijelaskan
didalam Al-Qur’an :
"Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Qaaf : 16)
Dari semua jawaban yang kita
arahkan kepada mereka sedangkan mereka tidak dapat memahaminya, maka sang
penjawab tentu telah berbuat suatu kesalahan besar pada dirinya, karena telah
memberi pemahaman tauhid kepada mereka mengenai Keberadan Allah SWT.
Lantas, jawaban apa yang dapat kita
berikan ?
Jawabannya adalah pada akal kita.
Mengapa menjawab harus memakai akal ? karena sang penanya bertanya menggunakan
akal oleh karena itu saat penanya meminta jawaban harus dengan korelasi akal
maka si penjawab juga harus demikian. Sekarang bagaimanakah menggunakan akal
yang dimaksudkan ?
Pertama : “Jelaskan 4 sisi Hukum
‘Adat”
Menjawab dengan menggunkan 4 hukum
‘adat disini maksudnya adalah menjelaskan 4 hukum realitas alam. Didalam kitab
Tauhid, seperti kitab Kifayatul Mubtadiin menjelaskan :
a. Hukum
Ada Mengikut Ada. Maksudnya alam ini memiliki realitas hukum yang
sifatnya adalah ada dan terus ada. Contoh seperti bumi yang kita huni ini
adalah ada dan kedepan sebelum hancurnya bumi masih tetap akan ada.
b. Hukum Tiada
mengikut Ada. Maksudnya alam ini memiliki sifat realitas hukum yang
pada awalnya tiada namun menjadi ada. Semua hukum ini berlaku bagi seluruh
alam, baik bumi dan alam luar bumi.
c. Hukum Ada
mengikut Tiada. Maksudnya alam ini memiliki realitas hukum mati,
artinya ia akan mati dalam setiap kondisi apapun. Contohnya sama seperti bumi
diatas, jikalah bumi pada awalnya ia tiada kemudian dia menjadi ada. Maksudnya
adalah bumi tercipta dari dasarnya ketiadaan.
d. Hukum Tiada
mengikut Tiada, Maksudnya alam ini juga memiliki hukum realitas yaitu
sesuatu yang memang pada dasarnya tiada maka akhirnya ia pastilah akan tiada.
Dari keempat hukum ini tidaklah
berlaku bagi Allah SWT. Tidaklah mungkin keberadaan Allah ada menjadi ada,
tiada menjadi ada, ada menjadi tiada atau tiada menjadi tiada. Tentulah hal ini
sangatlah mustahil terjadi pada dirinya, karena ini adalah hukum realitas alam,
tidak berlaku bagi Allah SWT yang bukan unsur alam. Jadi, jika si penanya
memaksakan untuk menjawab “Dimanakah Allah SWT”, tentu jawabannya Allah tidak
ada dimana-mana, Ia ada, dan tidak mungkin diadakan adanya Allah karena
sesungguhnya mustahil ia ada dibalik hukum realitas alam sebelumnya. Jika pun
Ia masuk kedalam hukum tersebut maka sangatlah mustahil, karena Allah tidak pantas
bersatu, menyentuh, ataupun bergabung dengan alam. Selain itu Dzat Allah dengan
alam juga sangatlah berbeda. Alam memiliki tempat, ruang, gerak, batasan,
panjang, tinggi, besar, kecil, kasar, halus, melempang, meninggi, dan
sebagainya, semua keadaan ini tidak ada pada Dzat Allah SWT.
Kedua : “Kehadiran Allah ada didalam Bathin Seorang yang beriman”
Maksudnya
Allah akan dapat dirasakan didalam hati seorang beriman. Artinya, jika segala
alam ini dipandang hanya sebatas pada 4 katagori hukum realitas diatas, maka ia
akan mendapatkan suatu hikmah penting didalamnya, yaitu semua alam ini akan
binasa dan akan tinggalah sang yang maha pembuat segala-galanya. Al-hasil dari
sinilah ia akan merasakan keberadaan Allah SWT.
Lalu
apakah Allah bertempat dan dapatkah dilihat secara bathin ? jawabannya tidak.
Karena bathin juga masih dalam katagori alam dan juga memiliki 4 fungsi hukum
alam. Oleh karenanya Allah dapat dirasakan didalam bathin tapi tidak bisa
dirasakan keberadaannya Dzatnya secara bathin. Karena sesungguhnya Allah-lah
yang lebih megetahui dimanakah ia berada.
Ketiga : “Menggunakan akal lain”
Ini
adalah jawaban ketiga yang tidak ada jawaban lain setelahnya. Jika sipenanya
masih belum tidak mau menerima atas jawaban yang telah diberikan, maka si
penjawab harus menggunakan akal lain. Berikan satu pertanyaan pada si penanya,
“Apakah kamu memiliki nyawa ?, jika ia dimanakah nyawa itu ? coba berikan
penjelasan mengenai bentuk, ukuran dan masa yang dimiliki oleh ruh. Atau
tanyakanlah kepada si penanya, dimanakah sesungguhnya letak akal ?,
bagaimanakah bentuk dan ukuranya ?. Jika pertanyaan ini tidak dapat dijawab
oleh nya, maka si penjawab membalas kata : “maka demikian jugalah Allah, yang
makhluk buatan darinya saja sepeti akal dan ruh tidak dapat dikihat secara
panca indra maka Allah jualah demikian. Ia ada sepertimana pada contoh ruh dan
akal tadi, namun pada Dzat Allah tidak tersusun, berbentuk, memiliki masa waktu
dan ruang sepertimana pada ruh dan akal dan juga pada makhluk-makhluk yang
lainnya.
Sumber : Tgk. Habibie M. Waly S.TH
Silahkan lihat videonya dibawah ini :
Dimanakah Allah SWT ?
Reviewed by Unknown
on
9:06 AM
Rating:

No comments: