Biografi singkat Abuya Syeikh Muda Waly al Khalidy
Syeikh Muda Waly Al khalidy
dilahirkan diDesa Blang poroh,kecamatan Labuhan Haji,kabupaten Aceh
Selatan,pada tahun 1917.Beliau adalah putra bungsu dari Sheikh H.Muhammad Salim
bin Malin Palito.Ayahbeliau berasal dari Batu sangkar,Sumatra Barat.Beliau datang
keAceh Selatan selaku da`i.Sebelumnya,paman beliau yang masyhur dipanggil
masyarakat Labuhan Haji dengan Tuanku Pelumat yang nama aslinya Sheikh Abdul
Karim telah lebih dahulu menetap di Labuhan Haji.
Profil Sheikh Muda waly al Khalidy
An Naqsyabandy Al Asyiy. Tak lama setelah Sheikh Muhammad salim menetap di
Labuhan Haji,beliau dijodohkan dengan seorang wanita yang bernama Siti
Janadat,putri seorang kepala desa yang bernama Keuchik Nya` Ujud yang berasal
dari Desa Kota Palak,Kecamatan Labuhan Haji,Aceh Selatan. Siti Janadat
meninggal dunia pada saat melahirkan adik dari Sheikh Muda Waly.Beliau
meninggal bersama bayinya.SyekhMuhammad salim sangat menyayangi Sheikh Muda
Wali melebihi saudaranya yang lain.Kemana saja beliau pergi mengajar dan
berda`wah Sheikh Muda Waly selalu digendong oeh ayahnya.Mungkin Sheikh Muhammad
Salim telah memiliki firasat bahwa suatu saat anaknya ini akan menjadi seorang
ulama besar, apalagi pada saat Sheikh Muda Waly masih dalam kandungan, beliau
bermimpi bulan purnama turun kedalam pangkuannya. Nama Syeikh Muda Waly pada
waktu kecil adalah Muhammad Waly.Pada saat beliau berada di Sumatra
Barat,beliau dipanggil dengan gelar Angku Mudo atau Angku Mudo Waly atau Angku
Aceh.Setelah beliau kembali ke Aceh masyarakat memanggil beliau dengan Teungku
Muda Waly.Sedangkan beliau sering menulis namanya sendiri dengan Muhammada Waly
atau lengkapnya Syekh Haji Muhammad Waly Al-Khalidy.
Perjalanan pendidikannya
Syekh Muda Waly belajar belajar
A-Qur an dan kitab-kitab kecil tentang tauhid,fiq,dan dasar ilmu bahasa arab
kepada ayahnya.Disamping itu beliau juga masuk sekolah Volks-School yang
didirikan oleh Belanda.Setelah tamat sekolah Volks School,beliau dimasukkan
kesebuah pesantren diibu kota Labuhan Haji,Pesantren jam`iah Al-Khairiyah yang dipimpin
oleh Teungku Muhammad Ali yang dikenal oleh masyarakat dengan panggilan Teungku
Lampisang dari Aceh Besar sambil beliau sekolah di Vervolg School.Setelah lebih
kurang 4 tahun beliau belajar di pesantren Al-Khairiyah beliau diantarkan oleh
ayahnya ke pesantren Bustanul Huda di ibukota kecamatan Blangpidie.Sebuah
pesantren Ahlussunnah wal jama`ah sama seperti Pesantren Al-Khairiyah,yang
dipimpin oleh seorang ulama besar yang datang dari Aceh Besar,Syekh
Mahmud.Dipesantren Bustanul Huda,barulah beliau mempelajari kitab – kitab yang
masyhur dikalangan ulama Syafi`iyah seperti I`anatut Thalibin,Tahrir,dan
Mahally dalam ilmu fiqh,Alfiyah dan Ibn `Aqil dalm ilmu nahwu dan sharaf.
Setelah beberapa tahun di Pesantren
Bustanul Huda,terjadilah satu masalah antara beliau dengan gurunya,Teungku
Syekh Mahmud.Yaituperbedaan perdapat antara beliau dengan gurunya tersebut
tentang masalah berzikir dan bershalawat sesudah shalat didalam masjid secara
jahar.Dikemudian harinya Syekh Muda waly ingin melanjutkan pendidikan kepesantren
lainnya di Aceh Besar,tetapi sebelumnya, ayah syekh Muda Waly,Haji Muhammad
Salim meminta izin kepada Syekh Mahmud,minta do`anya untuk dapat melanjutkan
pendidikan kepesantren lainya dan yang terpenting meminta maaf atas kelancangan
Syekh Muda Waly berbeda pendapat dengan gurunya dalam masalah tersebut.
Berkali kali beliau dan ayahnya
meminta ma`af kepada Syekh Mahmud tetapi beliautidak menjawabnya.Padaakhirnya
setelah beliau kembali dari Sumatra Barat dan Tanah suci,Makkah,maka timbullah
kasus di kecamatan Blang Pidie.Adaseorang ulama dari kaum Muda dari
PUSA(Persatuan Ulama Seluruh Aceh)yang bernama Teungku Sufi, mendirikan
Madrasah Islahul Umum di Susuh,Blang Pidie,berda`wah dan membangkitkan masalah
–masalah khilafiyah.Dalam satu perdebatan terbuka diibukota kecamatan Blang
Pidie,dia mengungkapkan dalil dan alasannya sehingga hampir kebanyakan ulama
termasuk Teungku Haji Muhammad Bilal Yatim dapat dikalahkan.Tetapi pada waktu
giliran perdebatan Teungku Sufi tersebut dengan Syekh Muda Waly semua dalil dan
alasannya beliau tolak,beliau hancurkan tembok-tembok alasannya sehingga kalah
total didepan umum.Tak lama setelah itu barulah Syekh Mahmud mema`afkan
kesalahan Syekh Muda Waly yang berani berbeda pendapat dengan gurunya tersebut
pada waktu masih belajar di Bustanul Huda.
Setelah beberapa tahun belajar di
Bustanul Huda,beliau mengungkapkan niatnya untuk melanjutkan pendidikannya
kepesantren di Aceh Besar kepada ayahnya,Syekh H.Muhammad Salim.Ayah beliau
sangat senang mendengarkan niat beliau.Apalagi Syekh H.Muhammad Salim telah
mengetahui bahwa putranya ini telah menamatkan kitab-kitab agama yang
dipelajari di Pesantren Bustanul Huda.
Sebagai bekal dalam perjalanan
beliau dari Labuhan Haji,ayahanda beliau memberikan sebuah kalung emas yang
lain merupakan milik kakak kandung Syekh Muda Waly,yaitu Ummi Kalsum.Beliau
diantar oleh ayahanda beliau dari desanya sampai ke kecamatan Manggeng.Setelah
sampai ke Manggeng,ayahanda beliau berkata”Biarkan aku antarkan engkau sampai
ke Blang Pidie”.Sesampainya di Blang Pidie,Syekh Muhammad Salim berkata kepada
putranya,Syekh Muda Waly”biarkan aku antarkan engkau sampai ke Lama Inong”.Pada
kali yang ketiga ini Syekh Muda Waly merasa keberatan,karena seolah olah beliau
seperti tidak rela melepaskan anaknya merantau jauh untuk menuntut ilmu.Syekh
Muda Waly berangkat ke Aceh Besar ditemani seorang temannya yang juga merupakan
tamatan dari pesantren Busranul Huda,namanya Teungku Salim,beliau merupakan
seorang yang cerdas dan mampu membaca kitab-kitab agama dengan cepat dan
lancar.
Sesampainya di Banda Aceh,beliau
berniat memasuki Pesantren di Krueng Kale yang dipimpin oleh Syekh H.Hasan
Krueng Kale,ayahanda dari Syekh H.Marhaban,menteri muda pertanian Indonesia
para masa Sukarno.Beliau sampai di Pesantren Krueng kale pada pagi hari,pada
saat syekh Hasan Krueng Kale sedang mengajar kitab-kitab agama.Dianatar
kiatabynag dibacakan adalah kitab Jauhar Maknun.Syekh Muda Waly mengikuti
pengajian tersebut.Sebelum Dhuhur selesailah pembacaan kitab tersebut,dengan
kalimat terkhit Wa huwa hasbi wa ni`mal wakil.Setelah selesai pengajian Syekh
Muda Waly merasa bahwa syarahan syarahan yangdiberikan oleh Syekh Hasan Krueng
Kaletidak lebihdari pengetahuan yang beliau miliki dan apabial beliau
membacakan kitab tersebut maka beliau juag akan sanggup menjelaskan seperti
syarahann yang dipaparkan oleh Syekh Hasan Basri.Walaupun demikian beliau
tetang menganggap Syekh Hasan KruengKale sebagai guru beliau .Bagi Syekh Muda
Waly,cukuplah sebagai bukti kebesaran Syekh Hasan Krueng Kale,apabila guru
beliau Syekh Mahmud Blang Pidie adalah seorang alumnus Pesantren Kuerng
Kale.Syekh Muda Waly hanya satu hari di Pesantren krueng Kale.Beliau bersama
Tengku Salim mencari pesantren lain untuk menambah ilmu.Akhirnya
merekapunberpisah.Pada saat itu ada seorang ulama lain di Banda Aceh yaitu
Syekh Hasballah Indrapuri,beliau memiliki sebuah Dayah di Indrapuri.pesantren
ini lebih menonjol dalam ilmu Al-Qur an yang berkaitan dengan qiraat dan
lainnya.Syekh Muda Waly merasakan bahwa pengetahuan beliau tentang ilmu Al
–Quran masih kurang.inilah yang mendorong beliau untuk memasuki Pesantren
Indrapuri.Pesantren Indrapuri tersebut dalam simtem belajar sudah mempergunakan
bangku,satu hal yang baru untuk kala itu.Pada saat mengikuti
pelajaran,kebetulan ada seorang guru yang membacakan kitab-kitan kuning,Syekh
Muda Waly tunjuk tangan dan mengatakan bahwa ada kesalahan pada bacaan dan
syarahannya,maka beliau meluruskan bacaan yang benar beserta syarahannya.Dari
situlah Ustad dan murid-murid kelas itu mulai mengenal anak muda yang baru
datang kepesantren itu dan memiliki pengetahuan yang luas.Makaustad tersebut
mengajak beliau kerumahnya dan memerintahkan kepada pengurus pesantren untuk
mempersiapakan asrama temapat tinggal untuk beliau,kebetulan sekali pada saat
itu perbekalan yang dibawa Syekh Muda Waly sudah habis,maka dengan adanya
sambutan dari pengurus pesantren tersebut beliau tidak susah lagi memikirkan
belanja. Pimpinan Pesantren Indrapuri tersebut,Teungku Syekh Hasballah
Indrapuri sepakat untuk mengangkat Syekh Muda Waly sebagai salah satu guru
senior di Pesantren tersebut.Semenjak saat itu Syekh muda Waly mengajar di
pesantren tersebut tanpa mengenal waktu.Pagi,siang,sore dan malam semua
waktunya dihabiskan untuk mengajar.Tinggallah sisa waktu luang hanya antara jam
dua malam sampai subuh.Waktu waktu itupun tetap diminta oleh sebagian santri
untuk mengajar.Selama tiga bulan beliau mengajar di Dayah tersebut.Karena
padatnya jadwal beliau dan beliau kelihatan kurus,tetapi alhamdulillah walaupun
demikian beliau tidak sakit. Setelah sekian lamanya di Pesantren
Indrapuri,datanglah tawaran dari salah seorang pemimpin masyarakat yaitu Teuku
Hasan Glumpang payung kepada Syekh Muda Waly untuk belajar ke sebuah perguruan
di Padang,Normal Islam School yang didirikan oleh seorang ulama tamatan
Al-Azhar,Mesir Ustad Mahmud Yunus.Teuku Hasan tersebut setelah memperhatikan
pribadi syekh Muda Waly,timbullah niat dalam hatinya bahwa pemuda ini perlu
dikirim ke Al-Azhar,Mesir.Tetapi karena di Sumatra Barat sudah terkenal ada
seorang Ulama yang telah menamatkan pendidikannya di Al Azhar dan Darul Ulum di
Cairo,Mesir yang bernama Ustad Mamud Yunus yag telah mendirikan sebuah
perguruan di Padang yang bernama Normal Islam School yang sudah terkenal kala
itu melebihi perguruan perguruan sebelumnya seperti Sumatra Thawalib.Oleh sebab
itu Teuku Hasan mengirimkan Syekh Muda Waly ke pesantren tersebut sebagai
jenjang atau pendahuluan sebelum melanjutkanke al Azhar.
Berangkatlah Syekh Muda Waly menuju
Sumatra barat dengan kapal laut.Beliau sama sekali tidak mengetahui tentang
Sumatra Barat sedikit pun,dimana letak Normal Islam School dan kemana beliau
harussinggah.tiba tiba saja ada seorang penumpang yang telah lama memperhatikan
tingkah laku dan gerak gerik Syekh Muda Waly selama di kapal ,bersedia membantu
Syekh Muda Waly untuk bisa sampai ketempat yang beliau tuju. Setelah sampai di
Normal Islambeliau segera mendaftarkandiri di Sekolah tersebut. Lebih kurang
tiga bulan beliau di Normal Islam dan akhirnya beliau mengundurkan diri dan
keluar dengan hormat dari Lembaga pendidikan tersebut.Hal ini beliau lakukan
dengan beberapa alasan :
1.Cita-cita melanjutkan pendidikan
kemana saja termasuk ke Normal Islam dengan tujuan memperdalm ilmu agama,karena
cita-cita beliau mudah-mudahan beliau menjadi seorang ulama sperti ulama ulam
besar lainnya.Tetapi rupanya ilmu agama yangdiajarkan di normal Islam amat
sedikit.Sehingga seolah olah para pelajar disitu sudah dicukupkan ilmu agamanya
dengan ilmu yang didapati sebelum memasuki pesantren tersebut.
2.Di normal Islam pelajaran umum
lebih banyak diajrakan ketimbang pelajaran agama.Disana diajarkan ilmu
matematika,kimia,biologi,ekonomi,ilmu falak,sejarah Indonesia,bahasa
inggris.bahasa belanda,ilmu khat dan pelajaran olahraga.
3. Di normal Islam beliau harus
menyesuaikan diri dengan peraturan peraturan di lembaga tersebut,Di situ para
pelajar diwajibkan memakai celana ,memakai dasi,ikut olah raga disamping juga
mengikuti pelajaran umum diatas.Menurut hemat Syekh Muda Waly,kalau
begini,lebih baik beliau pulang ke Aceh mengamalkan dan mengembangkan ilmu yang
telah beliau miliki daripada menghabiskan waktu dan usia di Sumatra Barat.
Setelah beliau keluar dari Normal
Islam,beliau bertemu dengan salah seorang pelajar yang juga berasal dari Aceh
dan sudah lama di Padang yaitu Ismail Ya`qub,penerjemah Ihya `ulumuddin .Bapak
Ismail Ya`qub menyampaikan kepada Syekh Muda Waly supaya jangan cepat cepat
pulang ke Aceh,tetapi menetaplah dulu di Padang,barangkali ada manfaatnya. Pada
suatu sore beliau mampir untuk berjamaah maghrib di sebuah surau yaitu di Surau
Kampung Jao.Setelah shalat maghrib kebiasaan disurau itu diadakan pengajian dan
seorang ustaz mengajar dengan membaca kitab berhadapan dengan para
jamaah.rupanya apa yang di baca oleh ustaz itu beserta syarahan yang di sampaikan
menurut Syekh Muda Waly tidak tepat,maka beliau membetulkan.sehingga ustaz itu
dapat menerima.sedangkan jamaah para hadirin bertanya-tanya tentang anak muda
yang berani bertanya dan membetulkan pendapat ustaz itu. Akhirnya para jamaah
beserta ustaz tersebut meminta beliau supaya datang kesurau itu untuk menjadi
imam solat dan mengajarkan ilmu agama . Begitulah dari hari ke hari,ayahku
mulai dikenal dari satu surau ke surau yang lain , dan dari satu mesjid ke
mesjid yang lain. Apalagi beliau bukan orang padang, tetapi dari daerah Aceh
dan nama Aceh sangat harum dalam pandangan ummat islam Sumatra barat. Dan yang
lebih mengagumkan lagi ialah kemahiran beliau dalam ilmi fiqh, tasawwuf, nahu
dan lain. Barulah sejak itu beliau dipangil oleh masyarakat dengan Angku Mudo
atau Angku Aceh. Pada masa itu pula sedang hangat-hangatnya di Sumatra Barat
tentang masalah- masalah keagamaan yang sifatnya adalah sunat-sunat’ seperti
masalah usalli,masalah hisab dalam memulai puasa Ramadan,hari raya ‘Id al –fitr
dan lain lain.Terjadilah perdebatan antara kelompok kaum tua dengan kelompok
kaum muda. Syekh Muda Waly berasal dari Aceh dalam kelahiran,dan
pendidikannyai,tentu saja berpendirian dalam semua masalah masalah itu seperti
pendirian para ulama Aceh sejak zaman dahulu,karena semua ulama Aceh khususnya
dalam bidang syari’at dan fiqh islam tidak ada bertentangan antara yang satu
dengan yang lain.Apalagi ulama ulama Aceh zaman dahulu seperti syeikh Nuruddin
al-Raniri,Syeikh Abdul Rauf al-fansuri al-singkili [Syiahkuala],Ssyeikh Hamzah
Fansuri,Syekh Syamsuddin Sumatrani dan lain lain.Semuanya bermazhab Syafi`I dan
antara mereka tidak terjadi pertentangaan dalam syari“at dan fiqh Islam kecuali
hamya perbedaan pendapat dalam masalah tauhid yang pelikdan sangat mendalam
,yaitu masalah Wahdah al-Wujud,juga masalah hukum Islam yang berkaitan dengan
politik,seperti masalah wanita menjadi raja. Karena itulah maka semua masalah
masalah kecil di atas sangat dikuasai oleh Syekh Muda Waly dalil dalil hukum
dan alasan alasannya ,al Qur’an dan hadist ,dan juga dari kitab kitab kuning.
Karena itulah ,maka terkenallah beliau di kota padang dan mulai dikenal pula
oleh seorang ulama besar di kota padang itu,yaitu syeikh Haji Khatib
Ali,ayahandanya Prof.Drs.H. Amura.Syeikh Khatib Ali ulama besar ahli al-sunnah
wa al-jama’ah dipadang .Murid daripada Syeikh Ahmad Khatib di Mekkah Al-
Mukarramah.beliu mendapat ijazah ilmu agama dari Syeikh Ahmad Khatib dan
mendapat pula ijazah Tariqat Naqsyabandiyah daripada Syeikh Ustman Fauzi Jabal
Qubais Mekkah al-mukarramah.Yang menjadikan beliu terkenal di padang karena
kegigihannya mempertankan `aqidah ahli al-sunnah wa al-jama`ah dan mazhab
syafi`i, di samping pula beliu adalah menantu seorang ulama besar dalam ilmu
syari`at dan tariqat,yaitu Syeikh sa`ad Mungka. Syeikh sa`ad Mungka .Syekh
Khatib Ali sangat tertarik kepada Syekh muda Waly sehingga beliau menjodohkan
Syekh Muda Waly dengan seorang family beliau yaitu Hajjah Rasimah,yang akhirnya
melahirkan Syekh prof.Muhibbuddin Waly.Sejak itulah kemasyhuran Syekh Muda Wali
semakin meningkat dan terus ditarik oleh ulama-ulama besar lainnya dalam
kelompok para ulama kaum tua,tetapi beliau secara tidak langsung juga mengambil
hal-hal hal yang baik dari ulama-ulama lainnya, seperti orahg tuanya Buya
Hamka,Haji rasul. Kemudian Syekh Muda waly juga berkenalan dengan Syekh
Muhammad Jamil Jaho .Maka beliau mengikuti pengajian yang diberikan oleh Ulama
besar Padang tersebut.Hubungan beliau dengan Syekh Muda Waliy pada mulanya
hanya sekadar guru dan murid.SyekhJamil Jaho adalah seorang Ulama
Minangkabau,murid Syekh Ahmad Khatib.Beliau diakui kealimannya oleh ulama
lainnya terutama dalam ilmu bahasa arab.Di Pesantren jaho itulah Syekh Muhammad
Jamil Jaho mengumpulkan murid muridnya yang pintar untuk mencoba pengetahuan Syekh
Muda Waly pada lahiriyahnya mereka seperti mengaji pada Syekh Muda Waly tapi
pada hakikatnya adalah untuk menguji dan mencoba Syekh Muda Waly dengan
berbagai ilmu alat..Rupanya semua debatan tersebut dapat dijawab oleh Syekh
Muda Waly.Dari situlah,Syekh Muda Waly semakin terkenal dikalangan para ulama
Minangkabau .Akhirnya Syekh Muda Waly dinikahkan dengan putri Syekh Muhammada
Jamil Jaho yaitu dengan seorang putrinya yang juga alim,Hajjah Rabi`ah yang
akhirnya melahirkan Syekh H.Mawardi Waly.Akhirnya syekh Muda Waly menempati
rumah pemberian paman istri beliau yang pertama,Hajjah Rasimah .Rumah itu
terdiri dari dari dua tingkat.Pada bagian bawahnya di gunakan sebagai madrasah
tempat majlis ta`lim
Apabila datang hari hari besar islam
ummat Islam di Kota Padang beramai ramai datang kerumah tersebut.Para Ulama
Kota Padang khususnya sering berdatangan ke rumah tersebut karena bila tak ada
undangan Syekh Muda Waly sibuk mengajar dan berdiskusi dengan para ulama
lainnya Apalagi dalam rumah itu juga tinggal seorang ulama besar lain,Syekh
Hasan Basri,menantu dari Syekh Khatib `Ali Padang dan suami dari Hajjah Aminah,
ibunda dari istri beliau Hajjah Rasimah .Pada tahun 1939 Syekh Muda Waly
menunaikan ibadah haji ketanah suci bersama salah seorang istri beliau Hajjah
rabi`ah .Selama di Makkah beliau tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan
.Selain menunaikan ibadah haji, beliau juga memanfaatkan waktu untuk menimba
ilmu pengetahuan dari ulama ulama yang mengajar di Masjidil Haram antara lain
Syekh Ali Al Maliki,pengarang Hasyiah al – Asybah wan nadhaair bahkan beliau
mendapat ijazah kitab kitab hadis dari Syekh Ali Al Maliki. Selama di Makkah
Syekh Muda Waly seangkatan dengan Syekh Yasin Al fadani,seorang ulaam besar
keturunan Padang yang memimpin Lembaga Pendidikan Darul Ulum di Makkah al
mukarramah. Pada waktu Syekh Muda Waly berada di Madinah pada setiap saat
shalat beliau selalu menziarahi kuburan yang mulia Rasulullah Saw.Pada waktu
itu siapa saja yang menziarahi kuburan Nabi secara dekat, akan dipukul oleh
polisi dengan tongkatnya.tetapi pada saat Syekh Muda Waly sedang bermunujat
dekat makam Rasullualah,beliau didekati oleh polisi,ingin memukul beliau,maka
Syekh Muda Waly langsung berbicara dengan polisi tersebut dengan bahasa arab
yang fasih sehingga polisi tersebut tertarik dengan beliau dan membiarkan
beliau duduk lama didekat maqam Nabi SAW.Di Madinah Syekh Muda Waly berdiskusi
dengan para ulama ulama dari negeri lain terutama dari Mesir.Beliau tertarik
dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di negeri Mesir,sehingga beliau
sudah bertekat menuju ke Mesir,tetapi beliau lupa bahwa pada saat itu beliau
membawa istri beliau Hajjah Rabi`ah.Istri beliau keberatan ditinggalkan untuk
pulang ke Indonesia.akhirnya beliau urung berangkat ke Mesir.
Selama beliau di Makkah ataupun
Madinah beliau tak sempat mengambil ijazah dalam Tahariqat apapun. Hal ini
kemungkinan besar karena dua hal :
1.Karena beliau berada di tanah suci
lebih kurang hanya tiga bulan ,waktu yang sangat singkat bagi beliau yang
mempunyai cita-cita besar untuk menggali ilmu dari berbagai ulama.Sehingga
habislah waktu beliau hanya untuk menemui dan berdiskusi dengan para ulama
lainnya.
2.pada umumnya para pelajar yang
datang ke Tanah suci untuk mengamalkan thariqat,mengambil ijazah, dan
berkhalwat harus berada di tanah suci pada bulan Ramadan.Karena pada bualn
Ramadan halaqah pengajian sepi bahkan libur.Semua waktu dalam bulan Ramadhan
dutujukan untuk beribadah.Sedangkan Syekh Muda Waly berada di Tanah suci bukan
dalam bulan Ramadhan .
Kepulanngan Syekh Muda Waly dari
tanah suci beliau mendapat sambutan dari murid murid beliau serta dari ulama
ulama Minangkabau lainnya seoerti Syekh `Ali Khatib,syekh Sulaiman Ar
Rasuli,Buya syekh Jamil Jaho.Hal ini dikarenakan,dengan kembalinya Syekh Muda
Waly,maka bertambah kokoh dan kuatlah benteng Ahlussunnah wal jamaah di padang
khususnya. Dikalangan ulama ulama besar itu,Syekh Muda Waly merupakan yang
termuda diantar mereka,sehingga dalam perdebatan perdebatan ilmu keagamaan yang
populer pada masa itu,Syekh Muda Waly lebih didahulukan oleh ulama dari
kelompok kaum tua untuk menghadapi ulama dari kaum muda .Uniknya kedua belah
pihak (Ulama kaum Tua dan Ulama kaum Muda) menampilkan orang orang muda dari
kedua belah pihak.Sehingga antara ulama tua dari kedua belah pihak seolah olah
tidak terjadi perbedaan pendapat.
Walaupun Syekh Muda Waly telah
memiliki ilmu pengetahuan agama yang luas,namun ada hal yang belum memuaskan
hati beliau yaitu ilmu yang beliau miliki belum mampu menenangkan batin beliau
,akhirnya beliau memutuskan untuk memasuki jalan tasauf sebagaiman yang telan
ditempuh oleh ulama- ulama sebelumnya.Apabila Ar Ranirin di Aceh mengambil
tariqat Rifa`iyah dan Syekh Abdur Rauf yang lebih dikenal oleh masyarakat Aceh
dengan sebutan Teungku Syiah Kuala mengambil tariqah Syatariyah maka Syekh Muda
Waly memilih Thariqat Naqsyabandiyah,sebuah tariqat yang popular di Sumatra
Barat kala itu .Beliau berguru kepada seorang Ulama besar Tariqah di sumatar
barat kala itu yaitu Syekh Abdul ghaniy Al Kamfary bertempat di Batu Bersurat,kampar,bangkinang.Beliau
bersuluk disana selama 40 hari lamanya .Menurut sebagian kisah menyebutkan
bahwa selama dalam khalwatnya dengan riyadah dan munajat berupa mengamalkan
zikir zikir sebagaimana atas petunjuk Syekh Abdul Ghany beliau sempat mengalami
lumpuh sehingga tidak bisa berjanji untuk mandi dan berwudhuk.
Setelah selesai berkhalwat beliau
merasakan kelegaan batin yang luar biasa jauh melebihi kebahagiannya ketika
mendapat ilmu yang bersifat lahiriyah selama ini.Beliau mendapat ijazah mursyid
dari Syekh Abdul Ghani sebagai pertanda bahwa beliau sudah diperbolehkan untuk
mengembangkan thariqah Naqsyabandi yang beliau terima..Setelah mendapat ijazah
thariqah beliau kembali kekota Padang dan mendirikan sebuah Pesantren yang
bernama Bustanul Muhaqqiqin di Lubuk Begalung, Padang.Sebuah pesantren yang
terdiri dari beberapa surau dan asrama. banyak murid yang mengambil ilmu di
pesantren tersebut bahkan juga santri – santri dari Aceh..Tetapi pada saat
jepang masuk kePadang, Syekh Muda Waly mengambil keputusan pulang ke Aceh
karena di Aceh beliau merasa lebih tenang dan nyaman dalam mengamalkan dan
mengembangkan ilmu yang telah beliau miliki. Sehingga akhirnya Pesantren yang
beliau bangun di Padang lumpuh. Pulang ke Aceh. Setelah Syekh Muda Waly berjuang
menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan yang secara lahiriahnya seperti
tidak teratur,tetapi pada hakikatnya bagi Allah S.W.T., perjalanan pendidikan
beliau selama ini membawa beliau naik ke tingkat martabat ulama dan hamba Allah
yang shalih. Maka dengan hasil perjalanan pandidikannya serta
pengalaman-pengalaman yang beliau dapati selama ini, rasanya bagi beliau sudah
cukup dijadikan pokok utama untuk mengembangkan agama Allah ini dengan
pendidikan pesantren di tempat beliau dilahirkan, di blang poroh Darussalam
Labuhan Haji, Aceh Selatan. Meskipun pada waktu itu kata Darusssalam itu belum
ada, dan adanya nama ini setelah beliau mendirikan pesantrten di desa beliau
sendiri.
Lebih kurang pada akhir tahun 1939,
beliau kembali ke Aceh Selatan melalui parahu layar dari Padang ke Aceh di
kecamatan Labuhan haji.Beliau disambut dengan meriah oleh ahli famili, para
teman dan masyarakat, Labuhan Haji. Setelah beberapa hari beliau berada di
desanya, maka beliau bertekad membagun sebuah pasantren. Pembangunan sebuah
pesantren kali pertama tentu seadanya saja. Maka beliau hanya mendirikan sebuah
surau bertingkat dua. Pada tingkat dua di atas sebagai tempat tinggal beliau
beserta keluarga, sedangkan pada tingkat bawah dan yang masih tersisa di atas
dipergunakan sebagai tempat ibadah. Lahan tempat mendirikan musholla yang
diberi oleh famili beliau sangat terbatas, sedangkan jamaah sudah mulai
kelihatan berbondong-bondong datang ke surau beliau. Ibu-ibu pada malam selasa
dan harinya, sedangkan bapak-bapak pada malam rabu dan harinya pula. Oleh
karena itu, maka beliau ingin memperluas lahan untuk betul-betul memulai sebuah
pesantren yang dapat menampung santri-santri dengan tempat tinggalnya sekalian,
yang dalam istilah Aceh, disebut dengan rangkang-rangkang. Maka beliau berusaha
untuk membeli tanah sekitar surau yang ada. Beliau membeli tanah untuk
pembangunan pesantren sedikit demi sedikit, hingga mencapai ukuran 400×250 m2.
Di atas tanah itulah beliau menampung santri-santri yang berdatangan sedikit
demi sedikit, dari Kecamatan Labuhan Haji, dari kecamatan-kecamatan di Aceh
Selatan, bahkan juga dari berbagai kabupaten di Daerah Istimewa Aceh.
Berkembanglah pesantren itu, sehingga pelajar-pelajar dari luar daerahpun pada
berdatangan, khususnya dari berbagai propinsi di Pulau Sumatra.
Pesantren itu beliau bagi-bagi atas
berbagai nama, sebagai berikut; Pertama: Darul-Muttaqin;di bagian ini terletak
lokasi madrasah, mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi dan di
sampingnya dibangun sebuah surau besar selaku tempat ibadah. Khususnya dalam
pengembangan tariqat Naqsyabanditah dan dijadikan tempat khalwat atau suluk 40
hari selama ramadhan dengan 10 hari sebelumnya, 10 pada awal zulhijjah, 10 hari
pada bulan Rabiul awal. Kedua : Darul `Arifin ;dilokai ini bertempat tinggal
guru guru ynag sebagian besar sudah berumah tangga.Lokasinya agak berdekatan
dengan pantai Laut Samudra Hindia. Ketiga : Darul Muta`allimin ;Ditempat ini
bertempat tinggal para santri pilihan diantaranya anak syekh Abdul ghani Al
kampari,guru tasauf Syekh muda Waly.
Keempat : Darus salikin ;dilokasi
ini banyak asrama asrama tempat tinggal para pelajar penuntut ilmu yang juga
digunakan sebagai tempat berkhalwat. Kelima : Darul zahidin ;lokasi yang paling
ujung dari lokasi pesantren Darussalam ini. Kalau bukan karena tempat lainnya
sudah penuh,maka jarang seklai santri yang mau tinggal di lokasi ini apalagi
tempat ini pada mulanya merupakan tambak udang dan ikan. Keenam : Darul Ma`la
;lakasi ini merupakan lokasi nomr satu karena tanhnya tinggi dan udaranyapun
bagus dan terletak dipinggir jalan .
Semua lokasi ini dinamakan oleh
syekh Muda waly dengan nama demikian sebagai tafaul kepada Allah semoga semua
santri yang belajar disitu menjadai hamba hamba Allah yang senatiasa menuntut
ilmu (Al Muta`allimin),hamba hamba yang zahid, mengutamakan akhirat dari pada
dunia (Az-Zahidin),hamba hamba yang shalih mendapat tempat terhormat baik
disisi Allah maupun dalam pandangan masyarakat. Tak lama kemudian beliau
menikah dengan seorang wanita dari desa pauh,Labuhan Haji.Kemudian beliau
mendirikan sebuah pesantren lain di ibu kpta kecamatan.Pesantren ini merupakan
sebuah pesantren khusus,pelajarnya juga tidak banyak .para pelajar di pesantren
ini secara langsung berhadapan dengan kaum orang orang yang berfaham wahabi sewhingga
mendatangkan persaingan pengembangan ilmu pengetahuan agama melalui perdebatanm
yang diadakan para pelajar membahas masalah masalah khilafiyah dengan dalil
dalilnya menurut pendirian ulama ahlussunnah waljamaah .Dipesantren inilah
diadakan pengajian yang dikuti oleh semua lapisan masyarakat bahkan juga dikuti
oleh kalanganMuhammadiyah dan golongan Salik Buta sehingga menjadikan majlis
ini majlis yang dipenuhi dengan pertanyaan dan debatan yang ditujukan kepada
Syekh Muda Waly.namun semuanya dapat di jawab oleh Syekh Muda Waly dengan
jawaban ilmiah yang memuaskan
.
PENDIDIKAN PESANTREN
Di pesantren yang beliau bangun itu
Syekh Muda Waly mengajarkan kepada masyarakat ilmu agama.Khusus untuk kaum ibu
pada hari malam selasa,senin,atau malam senin.Pada malam senin kaum ibu ibu
mendapat ceramah agama dari guru guru yang telah ditetapkan oleh beliau
.sedangkan pada selasa pagi sebelum zuhur,setelah pengajian subuh,semua kaum
ibu ibu yang bermalam di pesantren ikut membangaunn pesantren dengan menimbun
sebagian lokasai pesantren yang belum rata dengan batu yang diambil dari
pantai.Satuyang aneh dan luar biasa,batu itu dihempaskan oleh gelombang air
laut kepantai dan batu batu itu berwarna putih bersih.Dan ini hanya terjadi di
pantai yang berada di dekat pesantren. Setelah shalat Dhuhur para ibu ibu
tersebut mendapat ceramah dari guru yang telah ditentukan oleh Syekh Muda Waly
yang kemudian lanjutkan dengan tawajuh dalm tariqat Naqayabandyah dan shalat
ashar.Sedangkan waktu untuk kaum laki laki dalah pada selasa malam mulai
maghrib hingga larut malam. Pada setiap bulan Ramadan Syekh Muda waly mengadakan
khalwat untuk masyarakat yang dimulai sejak sepuluh hari sebelum Ramadan sampai
harai raya idul fitri.Ada yang berkhalwat selama 40 hari ada juga yang 30 hari
dan ada juga yang 20 hari.Selain dalam bulan Ramadan ,khalwat juga diadakan
dalam bulam Rabiul awal selama 10 hari.Demikian juga pada bulan Zulhijjah
selama 10 hari semenjak tanggal satu sampai 10 Zulhijjah.
Sistem pendidikan pesantren yang
diterapkan oelh syekh Muda Waly terbagi kepada dua:
Pertama:sistem qadim,yakni sitem
pendidikan yang telah berjalan bagi para ulama sebelumnya.Sistem ini menekankan
supaya kitab kitab yang dipelajari mesti khatam.Oleh Karena guru hanya
membaca,menerjemahkan dan menjelaskan sepintas lalu makna yang terkandung di
dalamnya .Menurut beliau sitem ini kita bagaikan naik bus pada malam hari,yang
kita lihat hanyalah jalan yang disorot oleh lamu bus saja.walaupun
perjalanannya panjang dan banyak yang kita lihat tetapi hanyalah sekedar jalan
yang diterangi oleh lampu bus saja,sedangakan dikiri kanannya kita tidak melihatnya
.
Kedua:sistem madrasah.Pada sitem ini
para pelajar sudah mengunakan bangku dan papan tulis.Pada sitem kedua ini tidak
ditekankan pada khatam kitab,tetapi harus banyak diskusi untuk
pendalaman.Sewbagai contoh,apabila pelajaran fiqh yang dibaca adalah kitab
Tuhfah Al Muhtaj syarah Minhajul Thalibin,maka yang dibaca hanya sekitar 10
baris saja,dilanjutkan dengan pembahasan pada matannya,syarahnya serta hasyiah
hasyiahnya serta pendalaman berdasarkan dalil dalilnya baik dari Al Qur an,Al
Hadis ataupun disiplin ilmu lainnya.ini memang memakan waktu yang lama ,tetapi
bila para santri terbiasa dengan sstem ini maka akan menghasilkan pemahaman
yang mendalam dalam memahami kitab kuning.Rupanya kedua sitem ini sangat
menarik sehingga banyak santri yang berdatangan ke Darussalam yang berasal dari
berbagai daerah.
Syekh Muda Waly mengamalkan ilmunya
dengan luar biasa.pukul 6.00 pagi beliau mengajar semua santri muali dari
tingkat yang paling rendah sampai yang paling tinggi.Disini terbuka pintu bagi
semua santri untuk menanyakan segala sesuatu tentang lafaz yang beliau
baca..Pukul 9.00 pagi setelah sarapan dan shalat dhuha belaiu menagjar pada
tingkat yang lebih tinggi,yang terdiri dari para dewan guru.kitab yang dibaca
adalah Tuhfah Al Muhtaj,jam`ul jawami` dan kitab besar lainnya samapai waktu
ashar.Sesudah asar beliau juga menyediakan waktu bagi siapa saja yang berminat
mengambil ilmu dari beliau.Syekh Muda Waly sangat disiplib dalam menagjar
sehingga dalam kondisi sakitpun beliau tetap mengajar.Pernah pada satu kali
pada saat beliau sakit.para murid beliau sepakat untuk tidak mendebat
beliau,tetapi hanya mendengarkan penjelasan dari beliau.Rupanya hal ini membuat
beliau marah,kenapa para murid beliau tidak mendebat beliau.Pertanyaan dan
debatan dari murid mrid beliau rupanya menjadi obat yang sangat mujarab bagi
beliau.Tetapi beberapa saat setelah mengajar beliau kembali jatuh
sakit.Ketekunan dan kedisiplinan beliau dalam mendidik muridnya telah
membuahkan hasil yang luar biasa,sehingga dari beliau lahirlah puluhan ulama
ulama yang menjadi benteng Ahlussunnah di Aceh dan sekitarnya Hampir seluruh
pesantren di Aceh sekarang ini mempunyai pertalian keilmuan dengan beliau dan
dari murid murid beliau lahir pulalah ulama ulama terpandang dalam
masyarakat.Dengan adanya perjuangan beliau perkembangan faham wahabi dan ide
pembaruan terhadap ajaran islam yang telah menjalar ke sebagian tokoh tokoh di
Aceh dapat ditekan Beliau sangat istiqamah dengan faham Ahlussunnah dan mazhab
syafii Diantara murid murid beliau adalah
1. Al Marhum Tgk. H.Abdullah
Hanafiah Tanoh Mirah,pimpinan Dayah darul Ulum, Tanoh Mirah,Bireun
2..Al Marhum Tgk.Abdul Aziz bin
Shaleh,pimpinan pesantren MUDI MESRA(Ma`hadal Ulum Diniyah
Islamiyah)Samalanga,Bireun.
3.Al Marhum Tgk. Muhammad Amin
Arbiy.Tanjongan,Samalanga,Bireun.
4. Tgk. H.Muhammad Amin Blang
Bladeh(Abu Tumin)pimpinan pesabtren Al Madinatut Diniyah Babussalam,Blang
Bladeh Bireun.
5. Teungku H.Daud Zamzamy.Aceh
Besar.
6. Al Marhum Tgk..Syekh Syihabuddin
Syah(Abu Keumala)pimpinan pesantren Safinatussalamah,Medan.
7. Teungku Adnan Mahmud pendiri
pesantren Ashabul Yamin Bakongan Aceh Selatan
8. Al Marhum.Tgk Syekh Marhaban
Krueng Kalee(putra Syekh Hasan Krueng kale) mantan menteri muda era Sukarno.
9. Al MarhumTgk.Muhammad Isa Peudada
10. Al MarhumTgk.ja`far Shiddiq Kuta
Cane
11. Al MarhumTgk. Abu Bakar
sabil,Meulaboh Aceh Barat
12. Al MarhumTgk.Usman fauzi.Cot
Iri,Aceh Besar.
13. Syekh.prof.Muhibbuddin waly
(putra beliau sendiri yang paling tua)
14. Al Marhum Syekh Jailani
15. .Al Marhum Syekh Labai sati ,
Padang Panjang
16. Al Marhum Tgk.. Qamaruddin
,Teunom.Aceh Barat
17. Tgk.Syekh Jamaluddin Teupin
Punti,Lhok sukon,Aceh utara
18. Tgk.Syekh Ahmad Blang Nibong
Aceh Utara
19. Tgk.Syekh Abbas Parembeu,Aceh
Barat
20. Tgk.Syekh Muhahammad Daud,Gayo
21. Tgk.Syekh Ahmad,Lam Lawi,Aceh
Pidie
22 Tgk.Muhammad Daud Zamzami,Aceh
Basar.
23. Tuanku Idrus, Batu
Basurek,Bangkinang
24. Al Marhum Tgk.Syekh Amin
Umar,Panton labu
25 Syekh Nawawi Harahap,Tapanuli
26. Al Marhum Tgk Syekh Usman
Basyah,Langsa
27. Tgk.Syekh Karimuddin,Alue
Bilie,Aceh Utara
28. Tgk.Syekh Basyah Kamal
Lhoung,Aceh BaratDan lain lain banyak lagi…..
Ditulis oleh
Tgk.Mursyidi `Ar Ali
Santri LPI MUDI MESRA
Samalanga
Maraji`
1.Prof.Muhibbuddin
Waly,Ayah Kami Haji Muhammad Waly Al Khalidy.
2.KH.Sirajuddin
Abbas,Keagungan Mazhab Syafii
3……….,Ulama Syafii dan
Kitabnya dari abad keabad
4.Tgk.Syekh Syihabuddin
Keumala,Wazifah Abuya
5Shabri A,dkkBiografi
Ulama-Ulama Aceh Abad xx jilid I
Dibawah ini kami nuqil
wazifah Abuay Syekh Muda Waly karangan murid beliau TGK.Syihabuddin Syah
keumala.
MUQADDIMAH
Lahirnya wazifah Abuya
yang sangat mulia ini kedalam sebuah bentuk ynag berasal dari permintaan adinda
prof.DR.H.Muhibbuddin Waly (anak abuya sendiri,Alhamdulillah saya terima
permintaannya denagn menulis wazifah wazifah Abuya yang dimaksud,sepanjang yang
saya ketahui dan yang saya lihat selama saya mendampingi Abuya di Darussalam
Labuhan Haji
Sya menyadari bahwa
wazifah Abuya yang saya uraikan ini hanyalah sebagiannay saj,sedangkan wazifah
lathifah yang lengjap dan sempurna yang ada pada diri pribadi Abuya yang mulia
tidak mungkin dapat diliputi keseluruhannya oleh sebuah pena yang pendek lagi
kecil dan tintanya yang sedikit serta waktunya yang terbatas pula
Semoga dengan adanya
tulisan tentang wazifah Abuya ini dapat kiranay dimanfaatkan oleh murid murid
Abuya pada umumnya dan oleh anak cucu Abuya pada khususnya,apalagi anak cucu
yang tidak pernah bermuwajjahah (bertatap muka) denagn Abuya
Jika uraian ini sejalan
denagn apa yang dimaksud,maka saya ucapkan Alhamdulillah dan jika tidak,saya
ucapkan Asta`firullah.
Akhirnya saya menghimbau
marilah marilah kita semua mengikuti jejak langkah sesuai denagn kemampuan yang
ada pada kita masing – masing Insya Allah.
Medan,25 November 1997
Wassalam bil ma`arif
H.Syihabuddin
Syah(TGK.Keumala
WAZHIFAH ABUYA
HARI AHAD
Setelah fajar
terbit,Abuya sudah berada didalam Mushallanya yang terletak dalam Baitul Taklif
untuk mempersiapkan diri menghadapi Shalat Shubuh .Setelah masuk waktu beliau
melaksanakan Shalat berjama`ah dengan murid –murid laki-laki dan perempuan yang
memang sudah menunggu sebelumnya .
Seusai Shalat Shubuh dan
Wirid yang biasanya dilakukan dan do`anya,jama`a h yang mengikuti Abuya
meninggalkan mushalla menuju kepada kegiatannya masing-masing .Sedangkan Abuya
masih tetap duduk di mushallanya menghadap kiblat.
– Wirid Abuya
Disinilah Abuya mulai
berwirid khusus yang mengandung do`a dan munajat,tasbih,dan
taqdis,tahmid,tahlil,dan takbir.selain itu dirangkai pula dengan bermacam
–macam bentuk bacaan Shalawat kepada Baginda Rasulullah SAW.Dalam wirid ini
juga, Abuya merangkaikan pula dengan berbagai Hizbul Auliya,antara lain Hizbun
nashar,Hizbul bahar(Asy Syazili)Hizbun Nawawy,Hizbul Ustad al ustad Al
Bayyuni,Al Jaljalud dan Hizbun lainnya .
Abuya mengucap zikir,doa
,dan munujat ini dengan suara sirriyah dan jahriyah yang memilukan hati bagi
parang mukmin yangmendengarkanya.abuya mengucapkan semua zikir ini diikuti oleh
seluruh anggota tubuhnya ikut bergerak seirama dengan suaranya dan sesuai
dengan makna dan maksud munajat yang diucapkan,yang menyangkut dengan kasih
sayang serta rahmat Allah dan yang menyangkut dengan amarah serta siksa Allah
kepada orang kafir dan maksiat kepadaNYa .Menurut kebiasaan yang kami
perhatikan,setiap harinya Abuya mengakhiri wiridnya dengan doa pada jam 10.00
siang .
– BUSTANUL MUHAQQIQIN
Setelah selesai berwirid
Abuya mempersiapkan diri dengan sarapan pagi dan mengenakan pakaian sebagai
guru besar untuk menuju ruangan Bustan(ruangan Abuya mengajar)yang diiringi
oleh beberapa orang khadam.Sesampai Abuya di pintu ruangan,semua murid yang telah
menungggu di ruangan berdiri pada tempatnya masing –masing sehingga Abuya duduk
diatas kursinya.lalu satu demi satu murid menjabat tangan Abuya dan kembali
ketempatnya .Perlu diketahui bahwa kitab – kitab pelajaran yang akan diajarkan
sudah tersedia diatas meja Abuya,yang terdiri dari;
1. Kitab Tuhfatul muhtaj
(Al Fiqh)
2. Kitab Jam`ul jawami`(
ushul Fiqh)
3. Kitab Syuruh
Talkhis(Al Ma`ani)
4. Kitab Asy Syamsiyah
(Mantiq)
5. Kitab Hikam Ibn
`Athaillah (At Tauhid Wat Tashwwuf)
Dengan penuh khidmat
Abuya mulai mengajar dengan bertanya halaman kitab yang bakal Abuya ajarkan dan
kalimat di mulai bacaanya .
(Ruangan Bustan
berukuran ± 8×9 m,di dalam nya paling depan terletak sebuah meja besar(1,5×1
m)dan kursi pusing khusus untuk Abuya,dan didepan meja Abuya terletak beberapa
meja kecil dan kursi yang tersedia untuk murid- murid.)
– Abuya mulai mengajar
Abuya mengajar dengan 2
metode;
1. Abuya membaca dan
menjelaskan seperlunya,kemudian Abuya meminta kepada murid – muridnya untuk
mempersoalkan (i`tiradh) atas masalah yang sedang dibicarakan.
2. Murid yang membacakan
serta menjelaskan,kemudian diminta kepada murid–murid yang lain untuk
mengi`tiradhkannya atas masalah yang sedang dibacakannya itu termasuk Abuya
sendiri.
Akhir i`tiradh semua
masalah tersebut,Abuya sendiri yang mengatakan cukup .Cara Abuya mengajar
demikian,khusus pada kitab Tuhfatul Muhtaj,sedangkan kitab- kitab yang lain
Abuya baca sendiri dan memberi penjelasan yang cukup.
Demikianlah majlis
ta`lim yang dipimpin Abuya mulai jam 10.00 -1.00 siang.Bustan ditutup Abuya
diantarkan kembali ke Baitul Ta`lif untuk melaksanakan Shalat Dhuhur
berjama`ah.
– Abuya Istirahat
Seusai Shalat Dhuhur
Abuya makan siang pada hidangan yang telah disediakan dii Baitul Ta`lif,Abuya
kemudian berbaring dalam keadaansantai.pada saat istirahat inilah saya
(Tgk.Syihabuddin keumala,lebih terkenal dengan Abu Keumala)dan Tgk Abdul Aziz
Samalanga (pimpinan Dayah MUDI MESRA Samalanga )mengambil kesempatan untuk
memohon keterangan dan penjelasan tentang masalah yang musykil kami
rasakan,seraya kami menunjukkan kepada Abuya Kitab Al Mahalli,lalu Abuya
memberikan penjelasan yang cukup dan memuaskan.pada saat kami melihat Abuya
dalam keadaan ayung –ayungan kami memohon diri untuk menuju kebilik kami
sendiri dan Abuya tidur.
Menjelang waktu Shalat
Ashar Abuya bangun dari istirahatnya mengasuh diri untuk melaksanakan Shalat
Ashar di Baitul Ta`lif.UsaiShalat Ashar serta wirid dan doanya ,Abuya keluar ke
Raudhah Riyahin,sebuah kebun bunga yang terletak tidak jauh dari Baitut
Ta`lif,sebelah selatan dari menara dan menara ini berdiri di sebelah selatan
Abu Syik Salim (Ayah Abuya sendiri).
Raudhah yang dimaksud
3×4 m persegi yang ditanami sekelilingnya bunga –bunga laping ,para tamu yang
ingin bertemu dengan Abuya dapat langsung menemui beliau di Raudhah ini (waktu
bertamu siang hari).beberapa saat kemudian Abuya bangun untuk meninjau Darun
yangditentukan seraya diringi oleh beberapa orang khadam,panglima dan tamu-tamu
.Dalam peninjauan ini Abuya memberikan petunjuk kepada penghuni Darun yang
beliau tinjau tentang ketertiban,kebersihan ,keamanan dan perbaikan lainnya
.Akhirnya Abuya dan pengikutnya kembali ke Raudhah .seterusnya di Raudhah ini
Abuya mengajar kitab kitab kecil kepada murid murid kelas satu atau kelas dua
untuk mendapatkan barakah melalui Abuya,sambil menantikan waktu Shalat MAghrib
beliau berdialog dengan para tamu tentang masalah – masalah agama.
SHALAT MAGHRIB(MALAM
SENIN)
Seusai shalat maghrib
berjamah beserta doanya, jamaah kembali ke tempatnya masing masing dan Abuya
meneruskan wiridnya sebagaimana biasanya sampai waktu shalat isya,dan
seterusnya selesai Shalat isya Abuya duduk di Baitut Ta`lif yang biasanya sudah
ada jamaah tamu yang dekat maupun yang jauh untuk menanyakan masalah –masalah
agama,terutama sekali mengenai amal Thariqah,yang demikian itu berakhir sampai
jam 12.00 WIB malam .selanjutnya meninggalkan Baitut Ta`lif menuju ke rumah
ummi yang telah ditentukan bahagiannya.Demikianlah Wazifah Abuya sampai kepada
waktu Shalat Shubuh hari senin (Wazifah Abuya 1×24 jam ).
HARI SENIN
Wazifah Abuya dimulai
dengan Shalat Shubuh berjamaah kemudian berwirid sampai jam 09,00.selanjutnya
beliau mengasuh ,kemudian Abuya bersiap siap untuk menuju ruangan Bustanul
Muhaqqiqin.Abuyamengajar sebagaimana biasa sampai dengan jam 01.00 siang
.kemudian beliau kembali ke Baitut Ta`lif untuk melaksanakan Shalat Dhuhur
berjamaah .pada saat inilah Abuya mengasuh dan istirahat sampai masuk waktu
Shalat Ashar.setelah selesai upacara Shalat Ashar beliau meninjau Darun
sebagaimana biasa bila dianggap perlu dan berakhir di arudhah ,disinilah abuya
istirahat denag menjawab pertanyaan yang diajukan kepada beliau,dibarengi soal
jawab tentang agama dan mengajar anak –anak yang sebelumnya telah menunggu
Abuya .Keadaan demikian berlalu sampai menjelang shalat Maghrib.
SHALAT MAGHRIB(MALAM
SELASA )
Selesai Shalat maghrib
dan wirid- wiridnya, Abuya istirahat beberapa saat selanjutnya beliau memberi
ijazah Thariqah Naqsyabandi kepada murid laki-laki baik yang tinggal di Darus
Salam maupun yang datang dari luar Darus Salam ,hal ini berjalan sampai waktu
Shalat isya.seusai Shalat isya Abuya langsung memberikan ceramah yang
menyangkut soal Thariqah dan tawajjuh serta dikaitkan dengan amalan
suluk.Adajuga yang memberikan cermah dari khalifah –khalifah yang telah abuya
tentukan termasuk penulis sendiri (Abu Keumala).selama acara ini juga diadakan
soal jawab yangmenyangkut dengan soal Thariqah dan lain lain ,yang demikian
berlalu sekurang kurangnya sampai jam 12.00 malam,dan selanjutnya Abuya
meninggalkan majlis menuju kerumah ummi yang telah ditetapkan untuk beristirahat
sampai menjelang waktu Shalat Shubuh.
SHALAT SHUBUH(HARI
SELASA )
Wafizah Abuya pada pagi
hari selasa sampai menjelang waktu maghrib berjalan sebagaimana wazifah pada
hari senin meskipun disana sini terdapat perbedaan yang tidak diperhitungkan .
SHALAT MAGHRIB(MALAM
RABU)
Wazifah Abuya pada malam
rabu juga tidak berbeda dengan wazifah dengan wazifah Abuya pada malam selasa
kecuali pada pemberian ijazah Thariqah kepada murid-murid perempuan,baik yang
tinggal di Darussalam maupun yang diluar.Selesai acara tersebut Abuya
meninggalkan ruangan menuju kerumah ummi yang telah ditentukan untuk
beristirahat.
SHALAT SHUBUH(HARI RABU
)
Wafizah Abuya pada pagi
hari rabu sejak pagi hari sampai menjelang shubuh hari kamis bersamaan dengan
wazifah hari selasa kecuali pemberian ijazah yang dikhususkan pada malam selasa
dan malam rabu.
SHALAT SHUBUH(HARIKAMIS)
Wazifah Abuya pada hari
kamis sejak selesai shalat shubuh sampai selesai mengajar di Bustanul
Muhaqqiqin dan Shalat Shubuh berjamaah sama gengan wazifah Abuya
sebelumnya.Selesai Shalat Dhuhur Beliau istirahat dan bersiap-siap meninggalkan
Darus Salam untuk menuju Kampung pauh ,Labuhan Haji,tempat letaknya rumah
kediaman Ummi Pauh (ibunda Tgk.Imran Waly).Keberangkatan Abuya ini dari
Darussalam menuju Kampung Pauh diantarkan oleh beberapa orang pengasuh dan
panglima.Kiranya perlu diketahui jarak antara Darussalam dengan Kampung Pauh
±3km.Abuya tiba di Kampung Pauh menjelang Shalat `Ashar dan beliau Shalat
`Ashar berjama`ah.
SHALAT `ASHAR(HARI
KAMIS)
Seusai Shalat `Ashar
biasanya Abuya memberi ceramah kepada murid-muridnya yang telah hadir menungguu
Abuy sebelumnya.Ceramah dan petunjuk-petunjuk ini beliau sampaikan sampai
menjelang Shalat maghrib.
SHALAT MAGHRIB(MALAM
JUM`AT)
Setelah Shalat maghrib
dan wirid seperlunya Abuy aistirahat sampai menjelang Shalat isya.Selanjutnya
seusai Shalat isya Abuy memberikan penjelsan tentang ilmu Thariqah dan
memberikan jawaban kepadmurid-murid yang bertanya.Wakatu soal –jawab ini
berjalan penuh khidmat dan merasa kepuasan semua pihak,sehingga berakhir pada
jam 11.00 atau lebih.Selanjutnya Abuya istirahat .
SHALAT SHUBUH(HARI
JUM`AT)
Sebagaimana biasanya
Abuya melaksanakan Shalat Shubuh dan wirid-wiridnya,berakhir sampai dengan jam
10.00 siang.Lalu Abuya mengasuh diri danbersiap siap untuk menghadiri upacara
Shalat Jum`at di Masjid Kampung Pauh.Setibanay Abuya dan rombongan di masjid
Kampung Pauh.Setibanya Abuya bersama rombongan di masjid dan muazzinmulai azan
pertama.Setelah azan dan jamaah melaksanakan dua rakaat Shalat sunat qabliyah.
ABUYA BERKHUTBAH
Setelah Abuya naika
mimbar dan memberi salam lalu beliau duduk ,kemudian azan kedua dimulai dan
setelah azan kedua selesai Abuya bangun menyampaijan khutbahnya
Kaifiat khutbahnya
;Mula-mula Abuya menyampaikan serangkaian nasehat dan petunjuk agama pada
masalah yang dihadapi oleh masyaradat muslimindengan bahasa Indonesia.Kemudian
baru Abuya memulaimembaca khutbah yang pertama dalam bahasa arab penuh,tanpa
campuran dengan bahasa Indonesia.Lalu Abuya duduk antara dua khutbah dan selanjutnya
beliau bangun untuk membaca khutbah yang kedua hingga selesai .
SHALAT JUM`AT
Abuya mengumami shalat
jum`at sebagaiman yang ma`ruf dilakukan oleh kaum Ahlus sunnah Wal Jama`ah
.Selesai Shalat jum`at ,Abuya dan rombongan kembali ke rumah kediamannya di
Kampung Pauh dan makan siang.Kami rasa perluu dicatat kaifiat Abuya
makan.Setelah selesai hidanganmakanan dihidangkan,penulis melihat piring
makanan yang disediakan dihadapan Abuya lebih besar dari pada piring makanan
yang lain dan daitas mkanan itu telah dibubuhi lauk pauknya.Lalu para hadirin
dipersilahkan untuk memulainya.penulis memperhatikan dengan sungguh-sungguh
kaifiyat Abuy makan .Ia memulai dengan Basmalah lalu memegang makanan yang
tersediai dihadapannya,sesuap Abuya memulai makan,berceritalah ia tentang
keramat para Shahabat dan rahmat tuhan kepad para aulia –auliaNya sambil beliau
menyuapkan makanan ke mulutnya dengan suapan kecil.Demikianlah santapan makanan
berjalan,jam`ah mendengarkan cerita Abuya sambil menyuapkan makanan
seperluanya.Sedang Abuya asyik bercerita dan tidak pernahmenghadap ke piring
makanan yang ada dihadapannya,seakan akan kita melihat makanan yang ia makan
itu bukan untuk kenyang akan tetapai sekedar hilang lapar saja.padasaat Abuya
meliahat jama`ah sekelilingnya sudah merasa puas dengan makanan dihapannya lalu
Abuya membasuh tanganny adan diikuti oleh para jama`ah sekaligus cerita Abuya
di akhiri.Selanjutnya penulis memperhatikan makanan yang masih banyak tersisa
dihadapan Abuya diangkat dan seterusnya panitia membagi-bagikan sebagia
mengambil berkah dari makanan tersebut.Demikianlah penulis memperhatiak kaifiat
makn Abuya,bukan saja pada tempat ini tetapai juga pada tempat yang laian juga
demikian,bukan satu kali tetapi puluhan kali selama penulis mengikuti rombongan
Abuya.Maka dapat dikatakan bahwa rohaniyah Abuya sudah cukup kenyang,oleh
karena itu kenyang jasmaninya tidak diperhitungkan,sehingga dapat kita lihat
Abuya tidak begitu serius menghadapi makanan.Setelah upacara makan bersama
berakhir,abuya beristirahat dan para jama`ah bubar munuju ketempatnya masing –
masing.
SHALAT `ASHAR(HARI
JUM`AT)
Setelah Shalat `Ashar
berjam`ah dilaksanakanserta wirid-wird dan doanya,Abuya duduk istirahat bersama
jam`ah seraya memberikan ceramah ringan.Dalam kempatan ini pula Abuya meneriam
tamu-tamunya yang berkunjung untuk menemuinya.acara ini sampai menjelang waktu
shalat maghrib.
SHALAT MAGHRIB(MALAM
SABTU)
Seusai Shalat maghrib
dan doanya,Abuya istirahat sampai waktu shalat isya.Selanjutnya wazifah Abuya
setelah shalat Isya sampai jam istirahat hampir bersamaan dengan wazifahnya
pada malam jum`at.
SHALAT SHUBUH (HARI
SABTU)
Seusai Shalat Shubuh
berjama`ah bersamaan dengan wirid dan doanya ,jamaah meninggalkan mushalla.
Abuya melanjutkan wiridnya sebagaimana biasanya sampai ± jam 10.00
siang.Disinilah Abuya istirahat dan mengasuh untuk mengisikan waktu
selanjutnya,kemudian Abuya bersama pengikut menuju kesebuah Madrasah Tarbiyah
yang terletak di kedai Labuahan Haji yang jauhnya ±1/2km,untuk memberi ceramah
tauhid khusus dalam bidang naïf dan istbat ,yang mana sebelumnya telah
berkumpul murid-murid yang dekat maupun yang jauh untuk mengikuti ceramah
tersebut.LaluAbuya memulai kuliahnya dengan membaca sebaris dua kitab yang
menyangkut dengan masalah tauhid yang akan dibahaskan.Majlis ini dibebaskan
soal jawab dan masing masing para hadirin juga dibenarkan mengeluarkan
pendapatnya,sehingga sewaktu-waktu majlis ta`lim ini menjadi forum diskusi yang
hangat.Majlis ini berlalu sampai jam 01.00 siang.Setelah majlis ini ditutup
dengan doa,Abuya dan pengikutnya menuju ke Masjid Kampung pauh untuk
melaksanakan Shalat Dhuhur berjamaah dan seusai Shalat Dhuhur beserta wiridnya
abuya menuju kerumah kediamannya kembali untuk makan siang bersama.Selanjutnya
Abuya bersiap siap untuk kembali ke Darussalam.Dan Abuya berangkat bersama
pengikutnya menuju Darussalam,Abuya tiba diDarussalam menjelang ashar.
SHALAT `ASHAR(HARI
SABTU)
Seuasai Shalat `ashar
bersama dengan wirid-wiridnya, Abuya memasuki rumah ummi yang telah ditentukan
untuk beristirahat sampai menjelang Shalat maghrib.Kemudian selanjutnya setelah
shalat maghrib Abuya berwirid,biasanya sampai waktu shalat isya.
SHALAT ISYA
Setelah Shalat isya
beserta wiridnya,disinilah Abuya menerima tamu-tamunya yang datang dari yang
jauh maupun yang dekat,yang telah menunggu Abuya selama dua malam sebelumnya
(selama Abuya di Kampung Pauh ).Acara ramah tamah ini diisikan dengan
bermacam-macam persoalan agama yang sesuai dengan maksud dan tujuan tamu yang
hadir.Acara ini berlalau biasanya sampai jam 11.00 malam,dan Abuya beristirahat
di rumah kediaman ummi yang telah ditentukan sampai menjelang waktu shubuh.
Demikianlah sebagian
wazifah Abuya yang dapat saya (Tgk.Keumala)ikuti untuk waktu 7×24 jam,sedangkan
wazifah yang lathifah lainnya tidakmungkin diliputi oleh sebuah pena yang amat
kecil dan tintanya yang amat terbatas pula.Wazifah yang mulia sudah menjadi
suatu tabiat yang melekat pada pribadi Abuya.Buktinya saya telah melihat
sendiri keadaan yang demikian selama bertahun-tahun. Untuk kebenaran catatan
wazifah Abuyaini, ratusan murid Darussalam dan ribuan manusia yang telah
mengenal Abuya secara dekat,telah menyaksikannya sendiri secara musyahadah.Perlu
diketahui bahwa wazifah Abuya ini kadangkala terjadi pergeseran pelaksanaannya
justru mengingat waktu dan tempat,situasi dan kondisi.atas semua kekurangan
liputan saya ini, Allah menyediakan ampunanNya kepada Tgk.Keumala.InnAllaha
Ghafurur Rahim
Kejadian –kejadian yang
dapat menunjuki kelebihan Abuya
1. Penyusunan struktur
organisasi Darussalam
Pada satu waktu sekitar
awal tahun 1953 Abuya memanggil tokoh –tokoh masyarakat yang mendukung
Darussalam baik yang dekat ataupun yang jauh dan para guru guru yang ada di
Darussalam beserta murid murid Bustan untuk menghadiri sebuah majlis yang
diadakan di ruangan Bustanul muhaqqiqin.Setelah para hadirin lengkap hadir
seluruhnya lalu Abuya membuka majlis dengan ummul Qur an, dan Abuya menamakan
majlis ini dengan السلامة والنجاح سفينة ‘’ sehingga saya menamakan satu
pengajian di Medan dan sekitarnya dengan nama Safinatus Salamah.Setelah Abuya
menyampaikan maksud dan tujuan majlis ini dengan cara rinci,lalu Abuya
menyerahkan kepada para hadirin untuk dapat menyusun struktur organissi
Darussalam.Seterusnya Abuya meninggalkan majlis danmajlis mulai menyusun dan
menetapkan struktur organisasi yang terdiri dari :
a. Pimpinan tertinggi
Darussalam :Abuya Syekh H.Muhammad Waly Al-khalidy
b. Wakil pimpinan
Darussalam :Tgk.Muhd.Yusuf.Alami
c. Sekretaris Darussalam
:Tgk.Idrus Abd.Ghani
d. Ketua Dep.Keamanan
:Tgk.Abdullah Tanoh mirah
e. Ketua Dep.P.U
:Tgk.Basyah Lhong.
Pengamat Darussalam yang
terdiri dari beberapa tokoh masyarakat ,antara lain :
1. Tgk.Nyak Diwan
2. T.Ramli Akasyah
(Widana )
3. Tgk.Andan Bakongan
4. T.Usman (Camat)
Dan didukung pula oleh
beberapa orang tokoh lainya.Sedangkan Depertemen lain dismpurnakan kemudian
.Setelah struktur organisasi dibentuk dan ditetapkan lalu Abuya kembali masuk
ke ruangan majlis untuk mengesahkan keputusan majlis tersebut.Usaha ini semua
bertujuan untuk mengangkat keberadaan Darussalam ditengah tengah masyarakat
kaum muslimin.
KUNJUNGAN GUBERNUR
Sekitar tahun 1954
Gubernur Sumatera utara (Medan )Mr.S.M.Amin,Residen Aceh Abd.Razak danpembesar
–pembesar daerah dengan dideking oleh sebuah kompi Brimob mengunjungi
Darussalam.Setibanya Gubernur dan rombongan di pintu gerbang Darussalam,kami
dan rakyat sekitar telah siap menunggu kedatangan rombongan Gubernur dengan
uoacara sambutan ala Darussalam.Seterusnya kami persilahkan Gubernur dan
rombongan untuk mengambi tempat dikursi yang telah kami sediakan ,sedangkan
diantara gubernur dan residen tersedia kursi yang masih kosong,kemudian saya
(Tgk.Keumala) menjemput Abuya untuk menghadiri majlis.Setibanya Abuya dipintu
ruangan,Saya berseru :’’Dengan hormat,para undangan mohon berdiri…..!Abuya
masuk ruangan.Setelah Abuya menyalami Gubernur dan residen ,…..’’Para undangan
mohon duduk kembali ‘’!.Seterusnya majlis dibuka oeh nya` Diwan.bapak gubernur
dipersilahkan :!……
Inti sari pidato
gubernur:
‘’Pemerintah sangat
bersedih hati dan prihati atas meletusnya peristiwa DI/TII di Aceh ini,yang
telah banyak menelan korban,baik harta benda dan nyawa maupun sarana dan
prasarana lainnya.Olehkarena itu marilah kita bersama-sama bahu membahu
berusaha untuk menciptakan keamanan dan kedamaian,sehingga kita dapat
melaksanakan tugas sehari-hari yang menyangkut dengan agama dan
Negara.Seterusnya atas nama pemerintah, gubernur menyampaikan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya kepada Abuya yang telah memberikan sumbangsih yang
sebesar-besarnya kepada terciptanya kembali keamanan di Aceh khususnya dan
didaerah lainnya umumnya diIndonesia’’ ………………..Demikian Gubernur
Abuya dipersilahkan
‘’…….
Inti sari dari kata sambutan
Abuya:
‘’Peristiwa Aceh yang
dahsyat itu berasal dari salah penafsiran Nash Al-Qur an dan Hadis oleh para
ulama –ulama yang telah mendukung peristiwa tersebut,oleh karenanya ,andaikata
para ulama ulama itu dapat didatangkan atau datang ke Darussalam ini,InsyaAllah
saya akan dapat memberikan penafsiran yang benar tentang hukum peristiwa yang
sedang bergejolak.Demikian Abuya .seterusnya para hadirin beristirahat sambil
minum the, lalu saya mendekati Gubernur memohon kepadanya atas nama Abuya dan
murid Darussalam supaya didirikan sebuah kantor pos pembantu di Labuhan Haji
,demi kemudahan kami tentang urusan pos.Gubernur menjawab ‘’ya, saya terima dan
saya laksanakan’’ .itulah kantor pos Labuhan haji .Akhirnya gubernur dan
rombongan meningglakan Darussalam .
UNDANGAN PRESIDEN
Tidak lama setelah
gubernur mengunjungi Darussalam ,Abuya diundang oleh presiden RI Sukarno ke
Jakarta .kami rasa undangan ini sangat rapat hubungannya dengan isi kunjungan
gubernur ke Darussalam.Rupanya undangan ini bukan saja kepada Abuya tetapi
undangan yang sama juga ditujukan kepada tokoh –tokoh ulama yang didaerah
masing masimg ada peristiwa yang sama.sekalipun tidak serupa .Diantara tokoh
tokoh ulama Aceh yang diundang antaralain Abuya sendiri ,Abu Hasan Krueng kale
dan beberapa oarng pengikutnya .Berangkatlah merek a melalui bandara Polonia
,Medan yang mana saya sendiri (tgk.Keumala )ikut mengantarkan mereka kebandara
.Setibanya di Jakarta Abuya menemui puluhan tokoh tokoh ulama daerah yang
diundang antara lain dari padang ,jawa barat ,Maluku dan lain lain .Setelah
berkumpul ulama ulama di istana Negara ,lalu presiden menyatakan selamat datang
dan menyampaikan maksud tujuan undangannya ,presiden berkata ‘’saya meminta
kepada para ulama yang hadir untuk merumuskan nama dankeberadaan saya sebagai
presiden RI.Lalu para ulama merumuskan dan sepakat atas usulan Abuya dengan
nama ‘’ أولى الأمرضرورى بالشوكة ‘’.Setelah memutuskan nam ynag disepakati ,lalu
Abuya sebagai ketua majlis melaporkan kepada presiden dan presiden menyucapkan
terimakasih .Akhirnya para ulam meninggalkan istan menuju daerahnya
masing-masing.Dankepada Abuya khususnya ,Presiden menghadiahkan stu unit mesin
listrik bertenaga tinggi,mesin itu dimuatkan melalui Medan melalui gubernur
Sumatera Utara kedalam sebuah kapal laut.Abuya ,bupati Aceh selatan
(Kamarusyid)dan saya sendiri ikut bersama-sama melalui laut menuju Aceh.Inilah
satu-satunya mesin listrik didaerah Labuhan Haji.
PENGAKUAN ULAMA
Tgk.Muhammad Ali Cumat
Keumala meriwayatkan sebagai berikut:
‘’Pada akhir tahun 1950
diadakan sebuah forum perdebatan besra di Mesjid Raya Kuta Raja (Banda Aceh
)yang diadakan oleh panitia majlis ,ulama –ulama yang hadir dalam forum
tersebut terdiri dari kaum ulama tua disatu pihak dan ulama muda dipihak yang
lain.Sedangkan masalah ynag dperdebatkan terdiri dari 9 masalah termasuk
bilangan rakaat Shalat Tharawih .Dipihak ulama kaum muda muncullah Tgk.Hasbiy
Ash Shiddiqiy untuk mengemukakan satu demi satu masalah yang diperdebatkan,lalu
ulama kaum tua dipersilahkan untuk menanggapinya .Demikian sterusnya perdebatan
itu berlalu diantara mereka selama beberapa malam .Dalam pada itu,hujjah kaum
tua mulai melemah sekalipun prinsipnya masih kuat .Akhirnya muncullah Abuya
untuk menggapi keseluruhan masalah yang diperdebatkan dengan member dalil dan
nash ynag cukup pada setiap permasalahannya,dan Abuya menerangkan asal usul
perselisihan seraya beliau menunjuki orang-orang yang mendalangi timbulnya
perselisihan.ألحمد لله
Kemudian Tgk.Hasbi Ash
Shiddiqi memberikan komentarnya :
‘’Saya tidak berdepat
dengan Tgk.H.Muh.Waly,akan tetapi saya ingin mengetahui apakah ia seorang yang
alim dan bijaksana’’(Demikian riwayat Tgk.Muh.Ali Cumat)
Disamping itu perlu
dicatat bahwa ulama yang hadir merasa kagum dan mengakui akan kealiman Abuya meskipun
tidak diucapkan ,kecuali Abu Hasan Krueng Kalee yang mengucapkan langsung bahwa
Tgk.H.Muda Wali sangat alim.(tambahan Tgk.Muh .Ali .Cumat)
KUNJUNGAN ULAMA INDIA
Salah seorang Ulama
besar india berkebangsaan Pakistan mengunjungi Darussalam dekitar awal tahun
1953.Setibanya ulama ini di Darussalam,keesokan harinya ikut bersama kami ke
ruangan Bustanul Muhaqqiqin untuk menurima pelajaran yang akan diberikan Abuya
melalui kitab Tuhfatul muhtaj….Abuya masuk ruangan ..pelajaran dimulai dengan
Abuya sendiri membaca kitab .kami memperhatikan surah kitab yang dikemukakan
Abuya pada hari itu sangat tinggi,dengan cara mengkombinasikan hasil pendapat
Ibnu Hajardalam surah Tuhfah dengan pendapat Muhammad Syarwany dalam hasyiah
pertama Tuhfah dan duhubungkan pula dengan pendapat Ibnu Qasem pada Hasyiah
Tuhfah yang kedua.Kemudian Abuya dapat mentaqrirkan dan mengeluarkan
pendapatnya sehingga merupakan sebuah bentuk Hasyiah yang lain dan langsung
Abuya menulis dengan tangannya pada lembaran kosong kitab Tuhfah yang ada
dihadapannya .Dan tiap-tiap akhir pendapatnya Abuy amenulis إبن سالم إنتهى
(Abuya sendiri).Saya memperhatikan dengan sungguh –sungguh sikap ulama ini yang
duduk tidak jauh dari saya ,bahwa ia sangat merasa kagum atas pembahasan yang
diuraikan Abuya pada setiap masalahyang dibacakan.Pada akhir majlis Bustan
ulama tersebut sempatt memberikan kata pengakuaannya .dikatakan ‘’Saya telah
mengelilingi Negara-negara Islam di Asia Tengah dan Asia Tenggara dari Pakistan
,Mesir,Makkah ,Madinah ,Yordania ,Malaysia,Indonesia tidak pernah saya dapati
Kitab Tuhfah karangan Ibnu Hajar yang dijadikan sebagai mata pelajaran dii
Universitas di Negara Negara tersebut ,kecuali di Darussalam ini.Dan saya belum
pernah mendengar pembahasan kitab ini setinggi pembahasan yang saya peroleh di
dalam Bustanul Muhaqqiqin ini.Syukran !
Akhirnya ulama India itu
meninggalkan Darussalam .
KUNJUNGAN K.H.SIRAJUDDIN
ABBAS
Seiring dengan kunjungan
ulama India ,Darussalam dikunjungi pula oleh seorang ulama besar,pengarang
ulung dan merupakan ketua Umum PERTI seluruh Indonesia dari
Padang,K.H.Sirajuddin Abbas.Setibanya di Darussalam Abuya langsung menyambut
K.H Siraj ini sebagaimana seorang abang menyambut adiknya yang tersayang
.Demikian pula K.H. Siraj menghadapai Abuya laksana seorang adik menghadapai
abang nya yang tercinta,sekalipun K.H Siraju jauh lebih tua usianya dari Abuya
.Demikian pula tidak luput dari perhatian saya pada saat temu ramah dan
muzakarah tentang agama yang seharusnya diterapkan dalam PERTI terlihat dalam
suasana ringan dan santai.
Tiadak lama kemudian
berkunjung pula seorang Ulama terkenal dari Padang yaitu Abuya Labai Sati
.Kunjungan Abuya Labai Sati ke Darussalam ,Abuya sambut sebagaimana seroang
murid yang disayanginya,dan abuya selalu menghormati nya dalm segala suasana.
Berselang beberapa tahun
kemudian ,Abusyik Keumala sempat juga berkujng ke Darussalm untuk menemui Abuya
dengan penuh khidmat dan dihormati Abuya sebagai guru besarnya .Selanjutnya
Abusyik dalam sebuah pertemuan dengan Abuya menyodorkan Kitab Al Hikam yang
memang sudah disediakan untuk dibaca Abuya sebagai mengambil berkat.Abuya
membacakan kitab tersebut satu jumlah kalimat pada awalnya dan satu jumlah
kalimat pada khatamnya dan Abuya berdoa .Setelah Abusyik meninggalkan
Darussalam ,sampai dikampung Abusyik mengatakan kepada semua keluarganya yang
berkumpul ;’’Waktu saya melihat Tkg.Syehk H.Muh.WAly seakan akan saya melihat
sebuah gedung yang penuh dengan berbagai macam macam intan mutiara didalamnya
‘’Demikian ucapan Abusyik Keumala terhadap Abuya .
SAYA MENGETAHUI TAPI
TIDAK BERANI UNTUK BERTANYA
Pada setiap tahun selama
saya di Darussalam,saya melihat waktu selesai shalat idul fitri dan khutbahnya
daiadakan sebuah acara ketangkasan pencak silat yang dilakaukan pasangan
panglima panglima dan ditengah –tengah kumpulan massa penonto sudah
disediaakana meja dan sebuah kursi untuk Abuya dan dihadapan terletak sebuah
Kitab.Tidak jauh dari dari Abuya saya duduk untuk memeperhatiakn sikapp Abuya
.Apabila suasana aksi pencak silat sudah memuncak dan makin seru serta
perhatian penonton tertuju pada aksi pencak silat itu dan saya emusatkan
perhatian terhadap Abuya ,ternyata Abuya بنفسه شغل ( bimbang dengan dirinya
sendiri) dan bukan dengan aksi pencak silat itu.
MANDI ABUYA
Pada setiap pertengahan
bulan Syawal Abuya turun mandi kesungai Krueng Baroe disekitar kampong Pante
Gelima .sedangkan masyarakat tua muda ,laki laki ,dan perempuan sudah
mengetahui ketentuan acara ini melalui informasi Tanya bertanya .Tepat waktu
acara itu dilaksanakan pantai Krueng Baroe sudah penuh dengan masyarakat sejak
dari jam 08.00 sampai Abuya masuk menghadairi acara tersebut.Sekitar jam 10.00
Abuya hadir ketempat acara .Abuya duduk atas kursi ditenda yang telah
disediakan dan dihadapan ny asudah terletak sebuah kitab diatas meja.Acara dimulai
dengan permainan pencak silat sepanjang pantai dengan penuh meriah yang
disakasiakn ribuan masayrakat sekitar Labuahan Haji.Dan saya perhatikan Abuya
sibuk membuka kitab dan membulak balik lembarannya.sedikitpun tidak tampak
perhatiannya kepada keramaian masyarakat yang ada dihadapannya ,tetapi Abuya
بنفسه شغل ,seterusnya acara makan dimulai dan mandi Abuya dilaksanakan
,sekaligus masyrakat yang hadir ikut mandi bersama ,dan berakhirlah acara ini
sampai menjelang waktu azan Dhuhur.
CINCIN ABUYA
Pada jari manis tangan
kanan Abuya terselip sebuah bentuk cincin suasa berbunga segi empat
bujur.Cincin ini bukan saja saya yang melihatnya .akan tetapi saya yakin semua
murid sudah pernah menyaksikannya.Pada suatu yang senggang saya ingi bertanya
tentang hal cincin itu,tetapi tidak memungkinkan .Hal ini kecil pada hal luas
pembasannya .
SAYA MENGETAHUI DAN
BERANI SAYA BERTANYA
Pada tangan Abuya selalu
kami melihat tersangkut buah tasbih yang tampaknya sebagai amal lazim
baginya,sehingga tidak pernah ditinggal bahkan pada saat menghadap presiden
kecuali pada waktu shalat ,mengajar, waktu makan ,waktu zikir khusus dan waktu
mandi.Kami tidak pernah melihat Abuya memegang parang atau cangkul untuk
membersihkan halaman rumahnya ,dan tidak pernah memegang martil atau gergaji
untuk memperbaiki dinding rumahnya .Kami kira Abuya tidak memegang benda lain
karena ia takut tertinggal buah tasbihnya .Pada suatu saat yang senggah sayay
memberanikan diri untuk bertanya ;’’Abuya …..apakah hikmah kita selalu memegang
buah tasbih ..?’’.Abuya menjawab dengan senyum manis ‘’Kalau kita memegang
pena,teringat apa yang akan kita tuliskan ,kalau kita memegang pedang ,teringat
apa yang akan kita pancungkan ,dan kalau kita memegang buah tasbih ,teringat
zikir apa yang akan kitaucapkan.saya menjawab’’ Alhamdulillah jelas Abuya ’’.
SAYA MENGETAHUI AKAN
TETAPIA KEPADA SIAPA SAYA BERTANYA
Sebagimana saya
mengetahui di pantai laut sebelah selatan batasan Darussalm tertimbun batu
kerikil putih yang hampir sama ukurannya sejak Abuya mendirikan Darussalm dan
dengan batu itulah paya (rawa)Darussalam ditimbun oleh ribuan murid selama
bertahun tahun,karena komplek Darussalam itu 25% daratan dan 75% lainnya
rawa-rawa.Komplek Darussalam sudah tertimbun rata dan Abuya pun wafat .Lalu
batu batu di pantai laut pun hilang semua .Pada tahun 1978 saya dan Tgk
H.Sayyid Zain Badrun serta keluarga menziarahi Abuya keDarussalam.Langsung kami
datang kepinggir pantai dengan ta`ajjub (heran ) bercampur haru.Dahulunya
pantai batu ,kini i berganti menjadi kuala.Sekarang kepada siapa saya bertanya
…………………?
ألله أكبر لاحولا ولاقوة
إلا بالله علي الغظيم ……….
KHATIMAH
Wazifah Abuya yang mulia
ini saya orbitkan kehadapan saudara saudara sekalian ,bukanlah keterangan
catatan dari orang lian akan tetapi merupkan serangkaian catatan emas didalam
kenangan saya sendiri yang InsyaAllah tak akan terlupakan untuk selama lamaya
,memang jarak jauh waktu saya mu`asharah dengan masa kini saya di Medan sudah ±
40 tahun .namun dalam kenangan saya terasa baru kemarin terpisah dengan Abuy
,perhatikanlah kalau kita ingin menyimpulkan seluruh kegiatan Abuya maka
ternyata tersimpan kedalam 3 pokok perjuangan yaitu ;
1. Tuntut ilmu dan
mengajar dengan segala macam sistemnya
2. Amar ma`ruf nahi
mungkar dengan segala macam tehniknya
3. Ibadah ,berzikir dan
berdoa dengan segala macam qaedah dan kaifiatnya .
Semua Wazifah Abuya yang
telah kita bicarakan merupakan wazifah wazifah lahiriyah sedangkan wazifah
bathiniyah belum/tidak kita bicarakan,seperti: syaja`ah Abuya ,sabarnya,
tawakkalnya,tadharru`nya,zahidnya,ikhlasnya,idraknya,pahamnya,istiqamahnya,dan
wazifah nafisah lainnya,karena wazifah ini hanya Allah ta`ala ynag mengetahui
dan menilainya والشهادة هو الرحمن الرحيم عالم الغيب
Abuya sudah tiada
……………………..dan Abuya sudah meninggalkan contoh kepada kita semua.Mari kita ikuti
jejak langkahnya menurut kemampuan dan kelayakan yang ada pada kita.Abuya sudah
berangkat .Tgk.Keumala berseru Abuyaku ………Abuya kami ………….tunggulah kami .kami
menunggumu .ألفاتحة الشريفة untuk Abuya …..
Medan 25 november 1997
TKG.H.SYIHABUDDIN
SYAH(ABU KEULAMA)
Di tulis kembali oleh Al
Faqir Mursyidi A.Rahman Aly
Diposkan oleh Mursyid di
4/09/2009 08:13:00 PM 0 komentar
Selasa, 2009 April 07
Sebagian orang memang
ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi itu tidak boleh disanjung-sanjung
,dipuji,itu kultus individu namanya.memang benar sangking tawadhunya (rendah
hati) sudah tentu beliau menolak untuk di kultus individukan ummatnya.Tapi
perlu kita ingat ,kita tak pernah menganjungnya sampai-sampai menyamakan
kedudukannya dengan tuhan sebagaimana dilakukan oleh kaum yahudi dan nasrani
.Hal ini juga jelad
tergambar dari satu bait burdah
دع ما ادعته النصارى فى
نبيهم * واحكم بما شئت مدحا فيه واحتكم
فاسب إلى ذاته ما شئت من
شرف * واسب إلى قدره ما شئت من عظم
فإن فضل رسول الله لـيس
له * حـد فيغرب عنه نـاطق بفـم
v Tinggalkan tuduhan orang nasrani
v Tuduhan yang dilontarkan kepada Nabi mereka
v Tetapakanlah untaian pijian kepada Nabi
v Pujian apapun yang engkau suka
v Nisbahkan kepad Zat Nabi
v Segala kemuliaan yang engkau kehendaki
v Nisbahkan kepada martabat Nabi
v Segala keagungan yang engkau kehendaki
v Karena keutamaan Rasul Allah Ta`ala
v Tiada tepi batasnya
v Sehingga mengurai mudah terasa
v Bagi lisan yang berkata
Pada hakikatnya
menyanjung Rasulullah adalah mengakui Nabi ini sebagai lelaki pilihan.dalam Al
Qur an Allah menyatakan ‘’Kami tidak utus engkau Hai Muhammad kecuali sebagi
Rahmat bagi semesta alam’’Bukankah ini juga satu pujian ?
Untuk mencintai kekasih
apalagi Beliau adalah kekasih Allah Ta`ala,Al Qur-an menganjurkan
kepada kita umat Islam
sebagaimana tertera dalam Al Qur-an surat Al Ahzab 56 yang artinya:
. "Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untukNabi.Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya"
Sumber
: Tgk.Habibie M.Waly, S.TH
Biografi singkat Abuya Syeikh Muda Waly al Khalidy
Reviewed by Unknown
on
9:28 AM
Rating:

No comments: