Top Ad unit 728 × 90

News

random

Ternyata Dalam Tasawuf Maksiat Terbagi Kepada Baik dan Buruk

Alwaliyah | Pernahkah anda mendengar kata Taat dan Maksiat ? sudah pasti pernah, namun tahu kah anda bahwa ada di ilmu Tauhid ada istilah Maksiat yang Baik dan Taat yang tercela. Mau tau lebih dalam mari kita sama-sama menyimak tulisan Artikel penulis.


Apabila kita perhatikan secara lahiriah, bahwa Taat artinya, adalah patuh kepada segala perintah Allah dan Ajaran-ajaranNya, untuk diamalkan, disamping menjauhkan larangan-laranganNya, baik yang besar maupun yang kecil. Dan tentulah kita melihat bahwa taat dalam arti begini adalah baik dan seolah-olah sama sekali tiada Celaannya.

Demikian pula dalam melihata Maksiat, yang pengertiannya sepintas lalu dalam arti yang lahir ialah : kedurhakaan kepada Allah Swt, disebabkan tidak menjalankan  perintahNya dan melanggar LaranganNya. Tetapi apabila kita dalam pula kadangkala kita melihat ada taat yang tidak murni dan suci, dan ada maksiat yang membawa kepada akibat baik dan kesudahannya yang terpuji. Maka untuk menerangkan hal keadaan ini, yang mulia Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah merumuskan dalam Kalam Hikmahnya yang ke-96 sebagai berikut :

مَعْصِيَةُ أَوْثَتْ ذُلاًّ وَافْتِقَارًاخَيْرُمِنْ طَاعَةٍأَوْرَثَتْ عِزًّاوَاسْتِكْبَارًا
Maksiat yang menimbulkan kehinaan dan kefakiran (kepada Allah s.w.t) lebih baik dari taat yang menimbulkan megah dan takabbur”.

Untuk lebih mengerti atas kalam yang disebutkan diatas ,baiklah mengikuti penjelasannya sebagai berikut :

I.   Adzdzulu, artinya Hina atau Kehinaan, sedangkan Al-Ifiqaar artinya Fakir atau Kefakiran kepada allah adalah merupakan sifat-sifat kehambaan makhluk kepadaNya. Al-‘Izzu Yang artinya Megah atau kemegahan dan Al-Istikbaar ialah takabbur atau Ketakabburan. Ini adalah sifat-sifat ketuhanan Allah s.w.t. antara kedua sifat-sifat tersebut, yakni antara hina dan megah, antara fakir dan takabbur, demikian juga kehinaan dan kemegahan kefakiran dan ketakabburan, adalah dua keadaan yang saling bertentangan, dimana tidak dapat berkumpul antara keduanya.

II.  Taat kepada Allah s.w.t apabila disertai dengan keadaan-keadaan yang bertentangan dengan sifat-sifat kehambaannya hamba, berarti keadaan-keadaaan yang tidak cocok itu dapat menghapuskan taat dan dapat membatalkan pahala-pahalanya. Sebab taat itu telah disertai dengan sifat-sifat yang tidak layak dengan kehambaan manusia yang mana mengerjakan taat itu kepada Allah s.w.t. Melaksanakan ibadat berarti merupakan menuaikan kewajiban kita selaku hamba Allah kepada Allah s.w.t. karena itu wajiblah kita melaksanakan Taat itu dalam gambaran lahir dan batin dengan memperlihatkan dan menghayati seakan kita penuh dengan Dosa, kehinaan kita kepada Allah dan merasakan dalam kefaikran kita kepadaNya. Jika perasaan itu kita tidak ada dan malah sebaliknya kita merasakan dengan keadaan saat kita beribadah dan taat kepada Allah dengan rasa perasaan yang Takabbur, dan rasa Tinggi Hati, yang hakikatnya kita hanya seorang hamba, maka itu sangat dibenci oleh Allah s.w.t yang dapat menyebabkan semua amalan kita dan pahala-pahala kita dapat terhapuskan karena Sifat yang kita rasakan tadi.

Akan tetapi apabila seorang hamba itu telah mengerjakan maksiat sedemikian rupa, sedangkan hatinya selalu diliputi dengan perasaan kehambaannya kepada Allah s.w.t. dengan rasa penuh hinanya dan fakirnya kepada Allah S.W.T, maka dengan perasaan dan kesadaran yang beginilah kesadaran akan kehambaan. Kesadaran yang demikian itu, apabila ada izin Allah, akan dapat menghapuskan maksiat-maksiat yang dikerjakannya dan juga dapat menghilangkan dosa maksiat-maksiat itu dengan ridha Allah s.w.t. Inilah makna perkataan dari Waliyullah Abu Madyan :

اِنْكَسَارُالْعَاصِيْ خَيْرُمِنْ صَوْلَةِالْمُطِيْعِ 
“Sedih hati Orang Yang Durhaka kepada Allah s.w.t. lebih baik dari kekasaran hati orang yang taat kepadaNya.”

Bahwa bukti atas kebenaran ini, dengan penjelasan diatas tadi ialah yang menyebabkan pembawaan sebagian hamba Allah yang saleh seperti Abul Abbas Al-Misry r.a dimana beliau lebiih memuliakan manusia yang durhaka apabila berkunjung kepada beliau, dari manusia yang taat tetapi takabbur dan tinggi hati.

Untuk memperkuat penjelasan diatas mari kita pelajari dari Riwayat Ibban bin Ilyas dimana dia berkata :

“ pada suatu hari aku keluar dari (rumah) Anas bin Malik r.a di Basrah. Tiba-tiba aku melihat sebuah jenazah yang diangkut oleh empat orang hitam, tetapi aku tidak melihat laki-laki lain beserta mereka. Lantas keluar dari mulutku perkataan “Subhaanallaah (Maha Suci Allah)” dimana di kota Basrah ini ada jenazah muslim yang tidak dapat perhatian orang, maka biarlah aku menemani mereka itu. Akupun pergi bersama mereka. Tatkala mereka itu meletakkan jenazah untuk disembahyangkan, mereka berkata kepadaku :”Silahkan Tuan” (maksudnya supaya aku menjadi Imam). Aku menjawab : “Tuan-tuanlah yang lebih patut dariku”. Lalu mereka berkata : “Ya,Sama.”.

Kemudianpun aku maju untuk menjadi Imam sembahyang, dan kamipun menyembahyangkan mayat itu.

Setelah sembahyang akupun bertanya kepada mereka : “Bagaimana ceritanya mayit ini ?” mereka pun menjawab : “kami ini diupah oleh wanita itu!” setelah itu akupun duduk,melihat mereka menguburkan mayat tersebut. Setelah mayat tersebut dikuburkan,tidak berapa lama kemudian, wanita yang tidak jauh dari perkuburan itu kembali pulang dan sambal tertawa. Larena itu kau pergi kepada wanita itu, dan aku ingin menanyakan sesuatu mengenai akan keadaan hal ini. Aku bertanya kepada wanita itu : “ Anda akan selamat dengan kebenaran, sebab itu ceritakanlah kepadaku, bagaimanakah kejadian ini ?” dia pun menjawab : “yang mati ini adalah puteraku, dia tidak meninggalkan perbuatan durhaka, tetapi semua maksiat dilakukannya. Dia sakit sejak tiga hari yang lalu, dia berkata kepadaku “mama, apabila aku meninggal dunia,jangan mama katakana kepada jiran-jiran kita atas kematianku, supaya mereka tidak melihat jenazahku, selain hanya memaki-maki atas kematianku. Dan mama tulislah atas cincinku ini laa Ilaha Illallah Muhammadur Rasulullah.lalu mama masukanlah cicin itu kedalam kafanku. Moga-moga Allah s.w.t ,engasihi aku. Kemudian mama injakkan kaki mama atas pipiku, serta mama katakanlah : ‘inilah balasan terhadap orang yang durhaka kepada ALLAH!’ apabila mama telah menguburkan aku, maka angkatlah kedua tangan mama sambal bermohon kepada Allah dan mama katakana dalam permohonan itu : “akutelah meridhai anakku, maka ridhailah ia pula ya Allah terhadap anakku ini!” Demikianlah wasiatnya Kepadaku.

Kemudian tatkala ia telah meninggal dunia, aku laksanakanlah sekalian wasiat-wasiatnya itu. Maka tatkala aku mengangkatkan kedua tanganku kelangit, dengan permohonan diatas, aku dengar suara anakku dengan Bahasa lancer : “Kembalilah mama, Sebab aku telah menghadap Allah yang maha kasih, dan dia tidak marah kepadaku”. Itulah yang menyebabkan aku ketawa tadi”.

Dari kejadian diatas dapatlah kita ketahui, bahwa meski seseorang itu telah berbuat banyak maksiat, tetapi jika ia sadar dan insaf atas kedurhakaanya, atas kehinaannya, dan atas kefakirannya kepada Allah s.w.t. Insya Allah segala dosanya diampunkan oleh Allah s.w.t. karena menurut Ulama Tasawuf, bahwa Allah s.w.t.menghendaki supaya hati hamba-hambaNya bersih dari segala penyakit-penyakitnya. Dengan demikian adalah segala anggota tubuhnya, bersih pula dari segala Dosa, karena mengikut hati. Dan apabila seseorang itu takabbur, meskipun dia orang alim, atau orang yang banyak ibadatnya, tidaklah ada artinya ilmunya dan ibadatnya itu disisi Allah s.w.t. maka dari itu perbuatan yang sedemikian rupa dilarang dalam Islam, karena dapat menghapuskan seluruh amalan ibadatnya.

Semoga Pembaca serta saya pribadi setelah membaca artikel ini diberikan Rahmat serta RidhaNya akan diri kita dalam melaksanakan keTaatan kepada Allah  s.w.t dengan yang disukai oleNya. Aamiin yaa Rabbal ‘alamin.


Sumber :
"Al-Hikam, Hakikat Hikmah Tauhid dan Tasawuf "
Al-Mursyid Abuya Prof. Dr. Tgk. Chiek, K.H Muhibbudin Muhammad Waly Al-Khalidy

Ternyata Dalam Tasawuf Maksiat Terbagi Kepada Baik dan Buruk Reviewed by Unknown on 8:33 PM Rating: 5

No comments:

© 2018, Al Waliyah. All right reserved.
Powered By Blogger, Touched by Iqbal Mauludy

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.