Top Ad unit 728 × 90

News

random

Menyusuri Hakikat SIfat "Wujud" Yang Sesunguhnya Bagi Allah


Al-Waliyah | Sifat wujud merupakan urutan pertama dalam ilmu tauhid. Para ulama menempatkan ini karena wujud adalah sifat inti bagi segala sifat-sifat yang ada pada diri Allah SWT. Sifat wujud dinamakan juga dengan Sifat Nafsiah, yang artinya adalah :
اَل۟حَلُ ال۟وَجِبَةُ لِلذَّاتِ مَادَامَتِ الذَّاتُ غَي۟رَمُعَلَّلَةٍ بِعِلَّةٍ

“Satu keadaan Dzat yang wajib selama tidak terdapati kecacatan dengan suatu cacat”.

Maksudnya adalah segala sesuatu dzat yang tidak terdapati daripada sifat makhluk, seperti sifat kurang, pendek, tidak kekal, mudah layu, mati, dan tidak hidup maka ia disebut Nafsiah. Jika tidak maka tidak disebutkan sifat tunggal, yaitu nafsiah. Sifat ini hanya dimiliki pada dzat wujud Allah SWT, tidak pada yang lainnya. Tidak ada satupun makhluk yang tidak memiliki sifat kurang atau cacat kecuali Dia yang Maha Suci dari segalagalanya.

Adapun arti wujud menurut Imam Haramain, Imam Al-Qadhi, dan Imam Abu Bakar Al Baqilany adalah :
اَنَّهُ حَالٌ فَلَهُ ثُبُو۟تٌ فِى نَف۟سِهِ
“Bahwasanya ia satu keadaan yang bagina itu adalah sifat Tsubutiah(suatu keadaan yang wajib) bagi diri-Nya.”

Para ulama berbeda pendapat mengenai wujud apakah termasuk pada dzat ataukah sifat. Imam Al-Asyari menyebutkan bahwa wujud termasuk diri Dzat Allah bukanlah sifat, sedangkan Imam Fakhrur Razy mengatakan bahwa wujud itu adalah sifat. Kedua pendapat ini memiliki alasan masing-masing mengapa wujud tidak termasuk sifat atau tergolong pada dzat. Penjelasan ini dapat dilihat didalam kitab-kitab tauhid, seperti kitab Hud-hudi, Jauharatut Tauhid, „Akidatun Naajin dan kitab lainnya.

Sifat nafsiah hanya ada satu sifat, yaitu wujud. Daridua puluh sifat wajib Allah hanya wujud yang dimasukkan oleh para ulama kedalam sifat Nafsiyah, yaitu sifat tunggal wujud Allah SWT.

Dalam ilmu tauhid ada beberapa pembahagian wujud :

A. Wujud Hakiki, wujud Allah Dzat Maha Hidup takan akan pernah mati, musnah dan menghilang.

B. Wujud Idhafi, wujud Makluk yang mereka hidup adalah karena hidupnya Khaliq, ia mempunyai awal, hidup, berkembang dan akan mati.

Mengenai Wujud Hakiki menurut Ibnu Arabi bahwasanya ia adalah satu, bukan banyak. Wujud yang satu itu adalah wujud dengan pengertian:

“Ada dengan sendirinya, keberadaannya tidak karena yang lain dan tidak bergantung pada yang lain.

Ibnu Arabi membagikan wujud hakiki tersebut kepada dua pembahagian :


Pertama : Ia dapat dipandang sebagai wujud mutlak, tanpa terkait dengan sifat-sifat dan nama-nama. Wujud mutlak ini menyerupai “Yang Esa” dalam paham Plotinusi. Hakikat wujud mutlak itu tak bisa diterangkan, tak bisa dibayangkan oleh pikiran, dan tak bisa digambarkan dengan ungkapanungkapan negative, seperti: Ia tak seperti ini atau tak seperti itu. Pendeknya wujud mutlak itu transenden (sesuatu yang jauh di atas hal-hal yang terdapat dalam pengalaman), maha ghaib, dan sama sekali berbeda dengan apa yang dibayangkan oleh pikiran manusia. Wujud hakiki yang dipandang sebagai wujud mutlak ini disebut oleh Ibnu Arabi dengan berbagai sebutan, seperti: al-Ama (kebutaan), an-Nuqtat (titik), Markaz ad-Dairat (pusat lingkaran), dan lain-lain.

Kedua : Wujud hakiki itu dapat dipandang sebagai wujud yang tidak mutlak, tapi sudah terkait dengan nama-nama dan sifat-sifat, yang menggambarkan “ain” (hakikat, identitas, kepribadian, tipe, atau bentuk) wujud hakiki itu. Wujud hakiki, dalam pandangan kedua ini, dikatakan sebagai wujud hakiki yang ber-tajalli, ber-ta‟ayyun, atau”menyatakan diri dan identitas” melalui nama dan sifat. Dengan kata lain: Wujud hakiki yang sudah bernama dan bersifat itu adalah wujud hakiki yang dapat diketahui identitas atau hakikat-Nya. Al-Asma al-Husna (nama-nama yang indah) adalah nama-nama wujud hakiki itu, dan di antara nama-nama itu adalah Allah, nama yang menghimpun segenap nama dan sifat yang dapat dikaitkan dengan wujud hakiki tersebut. Singkatnya yang dimaksud dengan wujud hakiki itu adalah wujud yang ada pada diri Allah, wujud yang tidak sama seperti wujud-wujud pada makluk. Wujud Allah hidup tak penah mati, tidak ada wujud pada awal atau akhir, wujud selama lamanya. Inilah wujud Allah SWT, maka mustahi Ia tiada atau mati.

Dalil Naqli :
                                       
قُل۟ مَن۟ رَّبُّ ٱلسَّمٰوَٰاتِ وَٱلآر۟ضِ قُلِ اللَّهُ ۚ قُل۟ أَفَٱ تَّخَذ۟ تُم مِّن دُونِهِ ۦ أَو۟لِيَآءَ لَا يَملِكُونَ لِاَ نفُسِهِم۟ نَفعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُل۟ هَل۟ يَس۟تَوِى ٱل۟اَع۟مَىۤ وَٱل۟بَصِيرُاَم۟ هَل۟ تَس۟تَوِى ٱلظُّلُمَٰتُ وَٱلنُّورُ ۗ اَم۟ جَعَلُوالِلَّهِ شُرَكَٓاءَ خَلَقُوا كَخَل۟قِهِ ۦ فَتَشَبَٰهَ ٱل۟خَلقُ عَلَيهِم۟ ۚ قُلِ اللَّهُ خَلِقُ كُلِّ شَي۟ءٍ وَهُوَ ال۟وَٰحِدُ ال۟قَهَّرُ.

“Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa". (Ar-Ra’du : 16)

Dalil Ijmali :
Adanya bumi ini menunjukkan bahwa ada yang menciptakannya.

Dalil Tafsili :
Masa rotasi Bumi pada sumbunya dalam dalam hubungannya dengan bintang ialah 23 jam, 56 menit dan 4.091 detik.



Masa rotasi dalam kaitannya dengan Matahari ialah 24 jam. Namun perputaran ini perlahan terus melambat karena pengaruh gravitasi bulan. Hal ini bisa dilihat dari melambatnya satu hari pada masa kini sebesar 1.7 milidetik dibanding seabad yang lalu.
Sistematik pegerakan ini menunjukkan adanya keseimbangan yang teratur, jika salah sedikit waktu perputarannya maka bumi tidak akan seimbang, panas dan dingin pada bumi akan terasa cepat. Keseimbangan ini pastilah telah diatur dengan sebaik-baiknya oleh sang pencipta, yaitu Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa Allah adalah wujud, tidak mungkin bumi ada jika Sang Pencipta tidak ada.

Dalil Burhan :

Sifat wajib pertama bagi Allah adalah Wujud yang artinya ada. Wujud akan dzat-Nya, sifat-Nya dan Af ‟al- Nya. Membuktikan bahwa Allah SWT memiliki sifat wujud sangatlah banyak sekali. Seperti diatas bahwa adanya bumi menunjukkan adanya Allah. Bumi tidak mungkin ada, tercipta sendiri, dan bergerak sendiri jika tidak ada yang meciptakan dan menjaganya. Contoh sederahan seperti papan tulis yang telah tertulis dengan barisan-barisan tulisan diatasnya. Ketika seseorang masuk maka ia melihat papan tulis tersebut dan temannya bertanya : Siapa yang menulis ini ?, lalu ia menjawab : tulisan ini pastilah ada yang menulis, kalau bukan guru kita pastilah teman sekalas kita. Jawaban seperti ini menunjukkan bahwa wajib pada akal manusia untuk menerima bahwa segala sesuatu ada adalah sebab ada yang mengadakannya. Persis seperti contoh pada bumi dan contoh papan tulis diatas.

Kesimpulan diatas adalah :

Allah mustahil tiada. Jika tiada siapa yang menggerakan bumi, yang mencitptakannya, juga siapakah yang menciptakan bintang, matahari, bulan dan menjaga seluruh pergerakan ini. Maka mustahil Allah tiada, jika makhluk ada maka pastilah ada sang Pencipta.


Sumber : 
"Risalah Tauhid Al-Waliyah"
Tgk. Habibie M. Waly S.TH

Menyusuri Hakikat SIfat "Wujud" Yang Sesunguhnya Bagi Allah Reviewed by Unknown on 7:33 PM Rating: 5

No comments:

© 2018, Al Waliyah. All right reserved.
Powered By Blogger, Touched by Iqbal Mauludy

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.