Menyusuri Hakikat SIfat "Wujud" Yang Sesunguhnya Bagi Allah
Al-Waliyah | Sifat
wujud merupakan urutan pertama dalam ilmu tauhid. Para ulama menempatkan ini karena
wujud adalah sifat inti bagi segala sifat-sifat yang ada pada diri Allah SWT.
Sifat wujud dinamakan juga dengan Sifat Nafsiah, yang artinya adalah :
اَل۟حَلُ ال۟وَجِبَةُ لِلذَّاتِ مَادَامَتِ الذَّاتُ غَي۟رَمُعَلَّلَةٍ
بِعِلَّةٍ
“Satu
keadaan Dzat yang wajib selama tidak terdapati kecacatan dengan suatu cacat”.
Maksudnya adalah
segala sesuatu dzat yang tidak terdapati daripada sifat makhluk, seperti sifat
kurang, pendek, tidak kekal, mudah layu, mati, dan tidak hidup maka ia disebut Nafsiah. Jika tidak maka
tidak disebutkan sifat tunggal, yaitu nafsiah. Sifat ini hanya dimiliki pada
dzat wujud Allah SWT, tidak pada yang lainnya. Tidak ada satupun makhluk yang
tidak memiliki sifat kurang atau cacat kecuali Dia yang Maha Suci dari
segalagalanya.
Adapun arti
wujud menurut Imam Haramain, Imam Al-Qadhi, dan Imam Abu Bakar Al Baqilany adalah :
اَنَّهُ
حَالٌ فَلَهُ ثُبُو۟تٌ فِى نَف۟سِهِ
“Bahwasanya ia
satu keadaan yang bagina itu adalah sifat Tsubutiah(suatu keadaan yang wajib)
bagi diri-Nya.”
Para ulama
berbeda pendapat mengenai wujud apakah termasuk pada dzat ataukah sifat. Imam Al-Asyari menyebutkan
bahwa wujud termasuk diri Dzat Allah bukanlah sifat, sedangkan Imam Fakhrur Razy mengatakan
bahwa wujud itu adalah sifat. Kedua pendapat ini memiliki alasan masing-masing
mengapa wujud tidak termasuk sifat atau tergolong pada dzat. Penjelasan ini
dapat dilihat didalam kitab-kitab tauhid, seperti kitab Hud-hudi, Jauharatut Tauhid,
„Akidatun
Naajin dan kitab
lainnya.
Sifat nafsiah
hanya ada satu sifat, yaitu wujud. Daridua puluh sifat wajib Allah hanya wujud
yang dimasukkan oleh para ulama kedalam sifat Nafsiyah, yaitu sifat tunggal wujud Allah SWT.
Dalam ilmu
tauhid ada beberapa pembahagian wujud :
A. Wujud Hakiki, wujud
Allah Dzat Maha Hidup takan akan pernah mati, musnah dan menghilang.
B. Wujud Idhafi, wujud
Makluk yang mereka hidup adalah karena hidupnya Khaliq, ia mempunyai awal,
hidup, berkembang dan akan mati.
Mengenai
Wujud Hakiki menurut Ibnu Arabi bahwasanya ia adalah satu, bukan banyak. Wujud
yang satu itu adalah wujud dengan pengertian:
“Ada dengan sendirinya,
keberadaannya tidak karena yang lain dan tidak bergantung pada yang lain.
Ibnu Arabi
membagikan wujud hakiki tersebut kepada dua pembahagian :
Pertama : Ia dapat
dipandang sebagai wujud mutlak, tanpa terkait dengan sifat-sifat dan nama-nama.
Wujud mutlak ini menyerupai “Yang Esa” dalam paham Plotinusi. Hakikat wujud
mutlak itu tak bisa diterangkan, tak bisa dibayangkan oleh pikiran, dan tak
bisa digambarkan dengan ungkapanungkapan negative, seperti: Ia tak seperti ini
atau tak seperti itu. Pendeknya wujud mutlak itu transenden (sesuatu yang jauh
di atas hal-hal yang terdapat dalam pengalaman), maha ghaib, dan sama sekali
berbeda dengan apa yang dibayangkan oleh pikiran manusia. Wujud hakiki yang
dipandang sebagai wujud mutlak ini disebut oleh Ibnu Arabi dengan berbagai
sebutan, seperti: al-Ama (kebutaan), an-Nuqtat (titik), Markaz
ad-Dairat (pusat lingkaran), dan lain-lain.
Kedua : Wujud hakiki itu dapat dipandang sebagai wujud yang tidak mutlak, tapi sudah terkait dengan nama-nama dan sifat-sifat, yang menggambarkan “ain” (hakikat, identitas, kepribadian, tipe, atau bentuk) wujud hakiki itu. Wujud hakiki, dalam pandangan kedua ini, dikatakan sebagai wujud hakiki yang ber-tajalli, ber-ta‟ayyun, atau”menyatakan diri dan identitas” melalui nama dan sifat. Dengan kata lain: Wujud hakiki yang sudah bernama dan bersifat itu adalah wujud hakiki yang dapat diketahui identitas atau hakikat-Nya. Al-Asma al-Husna (nama-nama yang indah) adalah nama-nama wujud hakiki itu, dan di antara nama-nama itu adalah Allah, nama yang menghimpun segenap nama dan sifat yang dapat dikaitkan dengan wujud hakiki tersebut. Singkatnya yang dimaksud dengan wujud hakiki itu adalah wujud yang ada pada diri Allah, wujud yang tidak sama seperti wujud-wujud pada makluk. Wujud Allah hidup tak penah mati, tidak ada wujud pada awal atau akhir, wujud selama lamanya. Inilah wujud Allah SWT, maka mustahi Ia tiada atau mati.
Dalil
Naqli :
قُل۟ مَن۟ رَّبُّ
ٱلسَّمٰوَٰاتِ وَٱلآر۟ضِ قُلِ اللَّهُ ۚ قُل۟ أَفَٱ تَّخَذ۟ تُم مِّن دُونِهِ ۦ
أَو۟لِيَآءَ لَا يَملِكُونَ لِاَ نفُسِهِم۟ نَفعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُل۟ هَل۟ يَس۟تَوِى
ٱل۟اَع۟مَىۤ وَٱل۟بَصِيرُاَم۟ هَل۟ تَس۟تَوِى ٱلظُّلُمَٰتُ وَٱلنُّورُ ۗ اَم۟
جَعَلُوالِلَّهِ شُرَكَٓاءَ خَلَقُوا كَخَل۟قِهِ ۦ فَتَشَبَٰهَ ٱل۟خَلقُ عَلَيهِم۟
ۚ قُلِ اللَّهُ خَلِقُ كُلِّ شَي۟ءٍ وَهُوَ ال۟وَٰحِدُ ال۟قَهَّرُ.
“Katakanlah:
"Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah".
Katakanlah: "Maka Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari
selain Allah, Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula)
kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama
orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang
benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat
menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut
pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu
dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa". (Ar-Ra’du : 16)
Dalil Ijmali :
Adanya bumi ini
menunjukkan bahwa ada yang menciptakannya.
Dalil Tafsili :
Masa rotasi Bumi
pada sumbunya dalam dalam hubungannya dengan bintang ialah 23 jam, 56 menit dan
4.091 detik.
Masa rotasi
dalam kaitannya dengan Matahari ialah 24 jam. Namun perputaran ini perlahan
terus melambat karena pengaruh gravitasi bulan. Hal ini bisa dilihat dari
melambatnya satu hari pada masa kini sebesar 1.7 milidetik dibanding seabad
yang lalu.
Sistematik
pegerakan ini menunjukkan adanya keseimbangan yang teratur, jika salah sedikit
waktu perputarannya maka bumi tidak akan seimbang, panas dan dingin pada bumi
akan terasa cepat. Keseimbangan ini pastilah telah diatur dengan sebaik-baiknya
oleh sang pencipta, yaitu Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa Allah adalah
wujud, tidak mungkin bumi ada jika Sang Pencipta tidak ada.
Dalil Burhan :
Sifat
wajib pertama bagi Allah adalah Wujud yang artinya ada. Wujud akan dzat-Nya,
sifat-Nya dan Af ‟al- Nya. Membuktikan bahwa Allah SWT memiliki sifat wujud
sangatlah banyak sekali. Seperti diatas bahwa adanya bumi menunjukkan adanya
Allah. Bumi tidak mungkin
ada, tercipta sendiri, dan bergerak sendiri jika tidak ada yang meciptakan dan
menjaganya. Contoh sederahan seperti papan tulis yang telah tertulis dengan
barisan-barisan tulisan diatasnya. Ketika seseorang masuk maka ia melihat papan
tulis tersebut dan temannya bertanya
: Siapa yang menulis ini ?, lalu ia menjawab : tulisan ini pastilah
ada yang menulis, kalau bukan guru kita pastilah teman sekalas kita. Jawaban
seperti ini menunjukkan bahwa wajib pada akal manusia untuk menerima bahwa
segala sesuatu ada adalah sebab ada yang mengadakannya. Persis seperti contoh
pada bumi dan contoh papan tulis diatas.
Kesimpulan
diatas adalah :
Allah mustahil
tiada. Jika tiada siapa yang menggerakan bumi, yang mencitptakannya, juga
siapakah yang menciptakan bintang, matahari, bulan dan menjaga seluruh
pergerakan ini. Maka mustahil Allah tiada, jika makhluk ada maka pastilah ada
sang Pencipta.
Sumber :
"Risalah Tauhid Al-Waliyah"
Tgk. Habibie M. Waly S.TH
Menyusuri Hakikat SIfat "Wujud" Yang Sesunguhnya Bagi Allah
Reviewed by Unknown
on
7:33 PM
Rating:
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1Oyz_hbxUAgJbtGePUx97VZq8bq2ugVhPOOmdKHkr_cjNbcYfM2Tu61SQU6mTMefS6EDUuhE9a4IMbKsdzTI-zmcS4a2AmOlflgonvR8niGQOSXgBON2xOd9FESGNa9QK8owbwyR4Aheg/s72-c/Wujud11.png)
No comments: