Kisah Keberanian Sultan Muhammad (Alib Arselan), Dalam Mendirikan Islam
alwaliyah | Orang-orang
saljuk telah mendirikan sebuah pemerintahan saljuk besar yang muncul pada abad
ke-5 H/ke-11 M. Otoritasya meliputi wilayah Khurasan, Turkistan, Iran, Irak,
Syam dan Asia Tengah. Ray di Iran, kemudian Baghdad di Irak merupakan pusat
kekuasaan Sultan Saljuk. Pada saat yang sama berdiri pemerintahan kecil Saljuk
di Khurasan dan Karman, juga di Syam (Saljuk Syam), bahkan ada pula Saljuk di
Asia Kecil yang disebut dengan Saljuk Romawi. Orang-orang kerajaan Saljuk merupakan orang yang bermazhab Sunni (Ahlusunnah waljamaah).
Dalam
pemerintahan Kesultanan Saljuk, terdapat beberapa sultan kerajaan Saluk yang
pertama dijuluki atau bergelar Alib
Arselan(Singa Pemberani) yang bernama Sultan Muhammad, dan yang kedua Sultan Maliksyah, Sultan Nizhamul Muluk.
1. Sultan
Muhammad, Bergelar Alib Arselan (Singan Pemberani).
Alib
Arselan memegang kendali pemerintahan setelah meninggalnya Thughril
Baek,pamannya. Sebelumnya telah terjadi sengketa, tentang siapa yang berhak
memimpin pemerintahan di negeri itu setelah Thughril Wafat? Namun akhirnya Alib
Arselan mampu memenangkannya.
Sebagaimana
pamannya, Alib Arselan juga dikenal sebagai sosok pemberani dan cerdik. Dia
telah mengambil siasat yang sangat jempolan dalam penaklukan wilayah-wilayah
lain, dimana sebelum melakukan penaklukan dia akan selalu berusaha mencari
kepastian, apakah negeri-negeri yang berada dibawah kekuasaan Saljuk
betul-betul setia atau tidak ? jika dia mantap bahwa negeri itu sepenuhnya
Loyal, dia akan beranjak untuk menaklukkan negeri yang lain. Dia juga dikenal
sebagai sosok yang senang berjihad di jalan Allah dan gencar menyebarkan agama
Islam di berbagai negeri Kristen yang berbatasan dengan wilayah kekuasaannya,
seperti Armenia dan Romawi. Spirit Jihad Islamlah yang menjadi pendorong utama
dilakukannya pembukaan negeri-negeri oleh Alib Arselan. Dia menjadi komandan
jihad orang-orang Saljuk. Dia begitu antusias menebarkan Islam di negeri-negeri
itu dan memancangkan panji-panji Islam berkibar di wilayah-wilayah Byzantium.
Kemudian
dia juga melakukan penyerbuan ke Syam bagian Utara dan mengepung negeri
Mudarisah di Aleppo, sebuah negeri yang didirikan oleh Saleh bin Muradas yang berdasarkan Madzab Syiah pada tahun 414 H / 1023 M. Dia memaksa pemimpin
pemerintah ini, Mahmud bin Saleh bin
Maradas untuk kembali mengakui pemerintahan Khilaffah Abbasiyah dan tidak
lagi mengindik kepada pemerintah Fatimiyyah(Ubaidiyah).
Hal itu terjadi sekitar Tahun 462 H / 1070M.
Penaklukan-penaklukan
Oleh Alib Arselan ini telah membuat Marah Kaisar Romawi Romanus Diogonez (berkuasa Pada 1076-1071 M-Pent). Oleh sebab itu dia bertekad melakukan serangan balik
dalam rangka membela dan mempertahankan kekaisarannya. Pasukan kaisar
berkali-kali terlibat perang dengan pasukan Saljuk. Dianatara peperangan yang
paling penting adalah perang Maladzkird (Manzikart)
yang terjadi pada tahun 483 H atau
bertepatan dengan bulan Agustus 1070 M.
Ibnu
Katsir Berkata, “Pada Tahun itulah kaisar
Romawi Rumanus berangkat dalam satu pasukan yang besar laksana gunug yang
terdiri dari pasukan Romawi, Georgia, Perancis. Jumlah pasukan dan
persenjataannya demikian kuat. Dalam pasukan itu, ikut serta 35 ribu Bitriq
(komandan Pasukan Romawi). Dibawah seorang
Bitriq ada 100 ribu penunggang Kuda. Pasukan yang dating dari Perancis ada
berjumlah 35 ribu, sedangkan pasukan yang bermarkas di Konstatinopel berjumlah
15 ribu personil, ikut bersamanya 100 ribu tukang seruling dan penggali lobang,
1000 kuda kerja, 400 gerobak pengangkut sandal dan paku, 1000 gerobak lainnya
mengangkut yang mengangkut senjata,lampu, alat perang, pelempar batu, dan
manjaniq dalam jumlah ribuan dan 200 orang. Apa yang menjadi ambisinya,adalah
untuk menghancurkan islam.
Para Bitriq telah mampu
menyeberangi negeri-negeri hingga akhirnya sampai di Baghdad. Kaisar menasehati
wakilnya untuk berlaku baik pada khalifah dengan mengatakan “bersikap lunaklah kalian padanya sebab dia
adalah teman kita!” kemudian setelah mamalik (kerajaan-kerajaan kecil) di
Irak, Khurasa telah bisa ditaklukan, maka berangkatlah pasukan Romawi itu ke
Syam untuk mengambil alih Syam dari tangan Kaum Muslimin. Allah Berfirman : “ Demi umurmu (Muhammad) sesungguhnya
mereka terombang ambing didalam kemabukkan (kesesatan).” (Al-Hijr : 72).
Maka mereka
dihadang oleh Sultan Alib Arselan yang saat itu memimmpin Pasukan sekitar 20
ribu "disebuah tempat yang disebut
dengan Zahwah. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu Tanggal 25 Dzulqa’dah.
Sultan Alib Arselan merasa cemas melihat jumlah Pasukan Romawi yang sedemikian
banyak. Melihat hal ini, maka seorang Faqih yang bernama Abu Nashr Muhammad bin
Abdul Malik Al-Bukhari, menasehati agar waktu perang ditetapkan pada hari Jum’at
setelah matahari tergelincir, tatkala para khatib sedang mendoakan kemenangan
kaum muslimin.
Saat tiba waktunya
dan kedua pasukan saling berhadapan, maka sultan turun dari kudanya dan
bersujud kepada Allah dengan melekatkan wajahnya ke tanah kemudian dia berdoa
kepada Allah agar memberikan kemengan,maka Allah turunkan kemenangan pada kaum
muslimin dan memberikan karunia-Nya yang besar. Kaum muslimin mampu membunuh
demikian banyak tentara Romawi dan Kaisar mereka ditawan oleh seorang pemuda
yang berasal dari Romawi. Tatkala dia berada di hadapan sultan Alib Arselan,
maka dia dipukul dengan tiga pukulan tangan sambil mengatakan, “Jika saya menjadi tawananmu, lalu apa yang
akan kau lakukan terhadapku?.” Dia berkata “Pasti semua yang buruk-buruk!.” “Lalu apa yang akan saya perbuat menurut sangkaanmu?” lanjut sultan.
“Mungkin kau akan membunuhku dan kau
giring aku dinegerimu, atau mengampuniku dan mengambil tebusan dariku dan
mengembalikan aku kepada negeriku.” Jawab Romanus. “tak ada yang aku inginkan kecuali mengambil tebusan darimu” Tegas
Sultan.
Setelah itu sultan
mengambil tebusan 150 ribu dinar dari Romanus. Lalu Romanus berdiri didepan
sultan dan member minum kepada sultan sambil mencium tanah didepan sultan. Lalu
kemudian dia mencium tanah yang mengarah akan khalifah berada sebagai rasa
Hormat. Lalu sultan sendiri member 1000 dinar sebagai perbekalan pulang dan
mengirim beberapa komandan pasukan mengantarnya hingga jarak dia selamat sampai
negerinya. Sultan sendiri mengantarkannya sejauh 4 mil. Para tentara yang
mengatarkan Romanus membawa panji-panji Laa
Ilaaha IlalAllah Muhammad Rasulullah.
Sultan Alib Arselan
dikenal sebagai sosok manusia saleh saleh yang selalu mencari sebab-sebab
kemenangan dari segi Maknawi dan Materi. Dia selalu dekat dengan Ulama dan
mengambil nasehat mereka. Alangkah indahnya nesehat yang diberikan oleh seorang
Alim rabbani, Abu Nashr Muhammad bin Abdul Malik Al-Bukhari Al-Hanafi dalam
perang Maladzkird tatkala dia berkata kepada sultan Alib Arselan, “Sesungguhnya kau berperang dalam membela
agama yang Allah janjikan akan member pertolongan dan kemenangan atas semua
agama. Saya berharap Allah telah menuliskan kemenangan ini atas namamu. Maka
hadapilah mereka di jam-jam saat para khatib Jumat sedang berdoa diatas mimbar,
sebab mereka berdoa untuk kemenagan kaum mujahidin.”
Maka tatkala
waktunya datang, dia menjadi imam shalat bagi kaum muslimin. Sultan pun
menangis dan seluruh hadirin pun ikut menangis. Dia berdoa yang diamini oleh
semua pasukannya. Lalu dia pun berkata “Barang
siapa yang ingin meninggalkan tempat, maka tinggalkanlah, sebab disini tidak
ada seorang sultan yang menyuruh dan melarang !.” dia pun segera mengambil
busur, anak panah, dan pedang. Dia pasang pelana kuda dengan tangannya sendiri.
Para prajurit melakukan hal yang sama. Kemudian dia memakai pakaian putih-putih
dan bersumpah untuk berjuang hingga titik darah penghabisan. Dia berkata dengan
lantang “Jika saya terbunuh, maka inilah
kafanku!”. Allah huakbar! Terhadap orang-orang yang demikian inilah
pertolongan Allah akan senantiasa turun.
Sultan sendiri
terbunuh ditangan seseorang yang membalas dendam bernama Yusuf Al-Kharwarizmi,
pada 10 Rabi’ul Awwal Tahun 456 H / 1072 M. Dia disemayamkan dikota Marw
disamping kuburan ayahnya. Anaknya yang bernama Maliksyah menggantikan posisi
Ayahnya.
Semasa hidupnya
Sultan Alib Arselan dikenal sebagai sosok yang Murah hati, cinta kaum fakir
miskin, selalu bersyukur atas semua karunia yang Allah berikan kepadanya. Pernah
suatu hari sultan melewati kaum fakir khuraisin di Marw, lalu dia menangis. Dia
memohon kepada Allah, semoga Allah menjadikannya sebagai orang kaya. Sultan juga
dikenal sebagai sosok yang banyak bersedekah. Pada bulan Ramadhan dia
bersedekah sebanyak 15 ribu dinar. Ditempatnya bekerja ada sekian nama kaum
fakir yang senantiasa yang ia santuni. Tidak ada satupun perbuatan criminal atau
perampokan. Rakyat telah puas dengan pajak asli yang diambil dua kali dalam
setahun, sebagai ungkapan kasih-sayang pada mereka.
Sumber :
"Bangkit dan Runtuhnya Khilafah
Ustmaniyah"
“Prof. DR. Ali Muhammad
Ash-Shalabi”
Kisah Keberanian Sultan Muhammad (Alib Arselan), Dalam Mendirikan Islam
Reviewed by Unknown
on
5:42 PM
Rating:
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-y0p7bLmR1ndlMLB7HNLolsUnG6z008Mb0W5BhTdb_f4T5koA0Ft7RjwH1azTjcc0QdEA6dKuVz59c3tcKjBtkh2GF6PermbA9BmHK49CKwmJXk0BHSy50LWJCa-kNVZz-qaZfx-ut8cB/s72-c/berganda.jpg)
No comments: