Kisah Seorang Ulama Bani Isra'il Yang Mencari Nabi Akhir Zaman
Al-Waliyah | Ats-Tsa’labi
menghikayatkan, pada masa Bani Israil ada seorang lelaki bernama Isya. Dia
adalah seorang Ulama Bani Israil. Setiap saat dia sering membolak-balikkan
lembaran kitab-kitab kuno samawi untuk ditela’ahnya. Sampai suatu ketika, di
lembaran-lembaran itu dia menemukan tulisan tentang sifat-sifatnya Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia dengan sigap mencatat semua sifat-sifat
tersebut yang tercecer dibeberapa lembaran. Kemudian dia mengumpulkan menjadi
satu halaman. Dan pada akhirnya, ia sembunyikan lembaran itu (yang didalamnya
terdapat sifat-sifat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alahi wa Sallam) kedalam sebuah
peti. Selanjutnya, peti itu dikunci mati. Tidak ada seorang pun yang mengetahui
dimana kunci peti itu disembunyikan, bahkan dia sendiri.
Isya
ini mempunyai seorang anak kecil bernama Baluqiya. Menjelang akhir
ajalnya, isya berwasiat pada anaknya Baluqiya agar meneruskan tugasnya yaitu
menjadi hakim dikalangan Bani Isra’il. Setelah beberapa waktu lamanya Baluqiya
menjadi hakim menggantikan ayahnya, suatu saat dia melihat sebuah peti terkunci
dirumahnya. Peti itu membuat Baluqiya menjadi penasaran. Dia menanyakan isi
peti itu pada ibunya. Ibunya malah menjawab, “Aku tidak tahu apa yang ada
didalam peti itu. Bahkan kunci-kuncinya pun aku belum pernah mengetahuinya”.
Baluqiya
semakin penasaran ingin mengetahui isi peti tersebut. Akhirnya, dengan keras ia
menggedor kunci-kunci yang menutup rapat peti itu. Setelah dibukannya, ternyata
didalamnya terdapat sebuah lembaran. Lembaran itu berisi sifat-sifat Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan lembaran itu dikatakan bahwa
Muhammad adalah penutup para Nabi dan Rasul. Surga diharamkan kepada para Nabi
sebelum terlebih dahulu Muhammad dan Ummatnya masuk kedalamnya.
Seusai
mambaca lembaran itu, Baluqiya keluar rumah, menemui kaum Bani Isra’il untuk
menyampaikan apa yang tertera didalam lembaran AL-Kitab yang dibawanya. Ketika
kaum Bani Isra’il dengan seksama menyimak penuturan Baluqiya, mereka berkata “Beraninya
ayahmu menyembunyikan yang diketahuinya sehingga dia tidak menyampaikannya
kepada kami?” mereka marah, “Jika
Bukan karena kamu (Sebagai Anaknya), Kami akan membakar kuburannya. Sebab dia
telah menyembunyikan berita tentang akan datangnya panutan para Rasul, Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam”. Demikian mereka menambahkan.
Kemudian
Baluqiya pamitan kepada ibunya untuk melakukan sesuatu perjalanan panjang. “Ibu,
aku menemukan berita tentang akan diutusnya Nabi akhir zaman. Sekarang aku mau
pergi dan dan tidak akan kembali sampai menemukan kabar tentang keberadaan Nabi
tersebut”. Ibunya mendoakan “Semoga Allah menjadikan Angan-angan mu
tercapai”. Setlah berpamitan dan berkemas, Baluqiya pergi meninggalkan
Mesir dalam rangka mencari kabar tentang Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Dia mengelilingi bumi dari ujung timur sampai ujung barat sehingga
sampai dilaut tujuh. Disana, ia melihat beberapa keanehan yamg tidak dapat
dilihat oleh orang lain. Diantaranya, dia melihat suatu pulau yang penghuninya
adalah ikan hut (sejenis Paus). Ikan-ikan itu berkata “Laa Ilaha Illallah
Muhammad Rasulullah” (tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad itu utusan Allah). Melihat
hal itu, Baluqiya Menyapa mereka, “Assalammualaikum”. Tetapi mereka tidak
menjawabnya. “kami belum pernah mendengar sama sekali perkataan seperti itu,”
kata ikan-ikan hut itu. Baluqiya menjelaskan, “Ungkapan tersebut adalah sunnah
Nabi Adam.” Ikan-ikan hut bertanya, “ Dari mana asal kamu?” “Aku berasal dari
kaum bani Isra’il,” jawab Baluqiya. Akan tetapi meskipun mereka banyak bertanya,
tetap saja mereka tidak mengenal Baluqiya. “kami tidak tahu menahu Adam, tidak
juga Bani Isra’il.” Mendengar pengeakuan mereka Baluqiya Menjadi penasaran,
“Kenapa kalian mengenal Muhammad?” mereka menjawab, “Sejak awal mula, Allah
menciptakan kami seperti ini(mengucapkan kalimah syahadah diatas).” Sebenarnyab
kami berasal dari ikan neraka Jahannam.
“
Bagaimana keadaan Neraka Jahanam?” Tanya Baluqiya pada ikan-ikan hut. Akhirnya
mereka menjelaskan tentang keadaan jahanam yang terkenal mengerikan. “ Ia adalah
lembah hitam yang berbau busuk. Setiap tahunnya, ia bernafas hanya dua kali.
Nafas pertama ketika musim panas. Maka
nafasnya pun mengeluarkan hawa yang sangat panas. Dan nafas kedua ketika musim
dingin. Maka nafasnya menyemburkan hawa yang sangat dingin.” Ikan hut
menjelaskan lebih detail. Selanjutnya Baluqiya melongokkan pandangannya kea rah
pulau lainnya. Disana ia melihat ikan hut yang ukurannya lebih besar dari yang
pertama. Ikan tersebut bagaikan pelepah kurma. Diantara ikan-ikan hut itu terdapat
seekor ikan hut yang bewarna kuning. Jika ia berjalan, naka ikan-ikan hut
disekitarnya ikut berjalan. Ketika ikan-ikan hut merasa diperhatikan oleh
Baluqiya, mereka bertanya. “siapakah kamu ?” Baluqiya menjawab “ Aku adalah
Baluqiya dari Bani Isra’il.” Perkataan Baluqiya itu asing ditelingan mereka. “
Kami belum pernah mendengar perkataan itu sebelumnya. Sebenarnya aku ditugaskan
untuk mengusai semua ikan hut yang ada didunia. Jika tidak ada aku, maka
ikan-ikan hut itu akan mengejar kaum Bani Isra ‘il dan memangsanya dalam satu
hari.
Kemudian
Baluqiya melanjutkan perjalannya sampai kelaut ketujuh. Disana dia menjumpai
beberapa keanehan yang panjang sekali
untuk dapat disebutkan disini. Di antara keanehan-keanehan tersebut, Baluqiya
melihat sebuah pulau yang di dalamnya terdapat sebuah pohon kurma dari emas.
Jika pohon itu terkena sinar matahari pagi, maka akan kelihatan mencorong
bagaikan kilat. Ketajaman sinarnya tidak dapat ditembus dengan pandangan mata.
Selain pohon kurma, dipulau tersebut terdapat juga pohon yang besar. Ketika
Baluqiya mencoba untuk mengambil salah satu dari pohon-pohon tersebut, maka ada
suara yang menyerunya, “ Awas, jangan kau ganggu aku, wahai orang yang salah.”
Maka Baluqiya mengurungkan niatnya tadi. Dia akhirnya duduk beristirahat.
Ditengah kesantaiannya, tiba-tiba dia dikejutkan dengan segerombongan orang
yang turun dari langit. Masing-masing dari mereka turun dengan mengunuskan
sebilah pedang. Begitu melihat Baluqiya, mereka bertanya “bagaimana kamu bisa
tiba ditempat ini.” Baluqiya pun menjelaskan tentang dirinya, “ Aku berasal
dari Bani Isra ‘il. Namaku adalah Baluqiya. Sekarang aku ingin tahu siapakah
kalian sebenarnya?” “kami adalah kaum jin yang beriman. Allah mengirimkan kami
dari langit untuk membunuh golongan jin kafir dimuka bumi.” Akhirnya Baluqiya
meninggalkan mereka.
Ditengah
perjalanan, Baluqiya kembali dikagetkan dengan adanya seorang malaikat yang
posturnya amat sangat besar. Malaikat itu berdiri tegak dengan tangan kananya
di ujung timur dan tangan kirinya diujung barat. Dia senantiasa berucap, Laa
Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah” (tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad itu
utusan Allah).” Setelah Baluqiya mengucapkan salam, dia ditanya dahulu oleh
raja itu “Siapakah anda ?” Baluqiya menjawab “Aku adalah Baluqiya, berasal dari
Bani Isra ‘il. Aku melancong guna mencari Nabi akhir zaman.” “sekarang siapakah
anda ?” tanyak Baluqiya ingin tahu. “ Aku adalah malaikat yang diberi tugas
untuk mengatur gelapnya malam dan terangnya siang.” Demikian malaikat itu
menjelaskan. Baluqiya kembali bertanya, “Apa maksudnya kedua garis yang ada
dikeningmu?” dikening malaikat itu ada dua garis bertuliskan Panjang dan
pendeknya siang dan malam. Malam tidak akan melebihi batasnya yang sudah
ditetapkan. Selanjutnya Baluqiya meneruskan perjalanannya. Tiba-tiba ia
bertemu dengan seorang malaikat yang badanya sangat amat besar. Malaikat itu
senantiasa mengucapkan lafal, Laa Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah” (tiada
Tuhan Selain Allah, Muhammad itu utusan Allah).” Setelah saling sapa dengan
ungkapan salam, Baluqiya menanyakan siapa sosok yang amat besar itu sebenarnya.
“Aku adalah malaikat yang ditugaskan untuk mengatur angin dan laut. Aku
tidak sekali-kali menghembuskan angin kecuali jika ada instruksi dari Allah.
Angin Aku kendalikan dengan tangan kananku. Sedangkan laut aku kemudikan dengan
tangan kiriku. Jika tidak dengan demikian, maka oranng-orang yang ada dibumi
ini akan semena-mena memanfaatkannya.” Demikian malaikat demi malaikat
dilalui Baluqiya.
Perjalanan
Baluqiya kembali diteruskan sampai
akhirnya tiba di gunung Qaf. Gunung tersebut terdiri dari umpukan batu yaqut
berwarna hijau. Besarnya gunung itu dapt menutupi dunia dan segala isinya.
Diantara keistimewaan gunung itu, ia dapat melihat langit dunia yang bewarna
biru. Allah telah menugaskan seorang malaikat untuk menempati gunung ini.
Apabila Allah hendak menggempakan bagian salah satu bumi ini, Dia memerintahkan
malaikat diatas untuk menggerakkan akar-akar yang ada ditempat gempa itu,
kemudian dihubungkan kepada gunung Qaf. Maka terjadilah Gempa. Apabila Allah
hendak menghancurkan satu kota, maka Allah mengintruksikan kepada Malaikat
tersebut untuk memutuskan akar-akar (fondasi) kota itu dari bumi. Dengan
dicabutnya paku bumi dari suatu kota, maka kota itu akan roboh. Selanjutnya
Baluqiya bertanya, “Apa saja yang berada dibelakang Gunung Qaf ini ?” malaikat
itu menjawab, “Ada 40.000 Kota. Semuannya bukan termasuk kota-kota yang ada
di dunia. Karena, kota-kota ini terbuat dari emas dan perak. Siang dan malam
tidak dapat menembusnya. Sedangkan penduduknya terdiri dari para malaikat.
Mereka semua bertasbih kepada Allah. Tidak berbuat durhaka kepada-Nya.”
Kemudian Baluqiya menanyakan apa saja yang ada dibelakang kota-kota tersebut.
Malaikat itu kembali menjawab, “Di belakangnya ada 70.00 hijab(satir).
Setiap hijab besarnya seluas dunia. Adapaun dibelakang hijab-hijab itu tidak
ada yang mengetahuinya kecuali Allah.” Demikian malaikat penjaga gunung Qaf
menjelaskan apa yang diketahuinya kepada Baluqiya.
Baluqiya
meneruskan perjalanan dengan menelusuri Gunug Qaf sampai ujung. Disana ia
melihat para malaikat yang kesemuanya itu berbentuk kijang. Baluqiya
mengucapkan salam kepada mereka. Setelah mereka membalas salamnya, Baluqiya
bertanya, “Siapakah kalian?” mereka menjawab, “kami adalah para malaikat Allah.
Kami selalu menyembah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala disini, sejak pertama
kali kami diciptakan.” Kemudian baluqiya menanyakan gunug yang amat besar yang
ada dihapan mereka dengan mengeluarkan cahaya laksana matahari. Para malaikat
itu menjawa “ itu adalah gunung dunia yang terdiri dari tumpukan emas. Semua
barang tambang yang berada di perut bumi berasal dari gunung itu.” Setelah itu
Baluqiya pergi meninggalkan mereka.
Perjalan
Baluqiya sampai disbuah lautan yang sangat luas. Di sana ia melihat dua ikan
hut yang sangat besar. Baluqiya menyapa mereka dengan mengucapkan salam.
Setelah menjawab salamnya, kedua ikan itu bertanya, “siapakah kamu, wahai
makhluk Allah?” Baluqiya meenjawab, “ Aku adalah Baluqiya, berasal dari bani
Isra’il. Kedantanganku kemari dalam rangka mencari Muhammad, penutup para
Nabi.” Dan tak terasa perjalanan sebegitu jauh. Dia merasakan perutnya lapar,
“Apakah kalian mempunyai makanan ?” ujar
Baluqiya meminta belas kasihan dari ikan hut. Mereka pun mengeluarkan sepotong
roti (yang bersal dari pemberian Allah). Baluqiya langsung menyantap roti itu
dengan lahap. Setalh itu, dia tak lagi mersakan lapar lagi diperutnya.
Usai
menelusuri pulau tersebut, Baluqiya melihat seekor burung besar terbang dengan
bentuk yang sangat indah. Tingkah burung itu membuat ia heran melihatnya. Ia
bertengger di sebuah dahan pohon. Dibawahnya terdapat hidangan makanan dengan
ikan panggang sebagai pelengkapnya. Baluqiya mendekati burung tersebut. Seperti
biasa, usai mengucapkan salam,dia bertanya, “siapakah anda?” burung itu
menjawab “aku adalah salah satu malaikat dari surga. Allah mengutusku untuk
membawa hidangan ini kepada Adam dan Hawa. Yaitu pada saat keduanya bertemu
digunug Arafah. Setelah mereka berdua menyantapnya, Allah menyuruhku untuk
menunggu hidangan tersebut sampai hari kiamat tiba. Allah juga menyuruhku untuk
memberikan makanan bagi setiap orang yang datanng kemari.” Maka Baluqiya
menyantap makanan yang nada didepannya. Meskipun dia memakannya dengan sangat
lahap, hidangan itu tidak berkurang sedikitpun, utuh seperti semula. Akhirnya
ia menanyakan hal itu kepada burung yang tiada lain nadalah malaikat. Kemudian
burungn itu menjawab, “makanan yang ada didunia itu akan berkurang(jika
dimakan), dan berubah jika (jika terlalu lama). Sedangkan makanan dari surga
tidak seprti itu.” “apakah ada orang lain yang pernah memakan hidangan ini ?”
Tanya Baluqiya kembali. Burung itu menjawab membenarkannya. “Orang biasa makan
disini adalah Khiddir Abul ‘Abbas. Dia terkadang mampir kesini untuk makan,
setelah itu dia pergi lagi,” ujar burung itu menutup pembicaraan. Ketika nama
Khidhir disebutkan, Baluqiya langsung terperanjat. Dia ingin sekali bertemu dan
berguru kepadanya.
Suatu
hari, pada saat Baluqiya sedang duduk santai, tiba-tiba dikejutkan dengan
adanya Khidhir ‘Alaihissalam. Baluqiya melihat khidhir berada di
hadapannya dengan pakaian yang serba Putih. Dia berdiri Hormat dan mengucapkan
salam kepadanya. Khidhir pun menjawab salam tersebut. Kemudian Baluqiya
menjelaskan maksud perjalananya. “ Wahai Abul ‘Abbas(Khidhir), aku pergi dari
rumah demi mencari seorang Nabi akhir zaman. Sehingga pencarianku sampai
ketempat ini dan bertemu denganmu. Karenanya, sudilah kiranya, Anda
memberitahukan kepadaku dimana Nabi itu berada.” Khidhir ‘alaihissalam menjawab,
‘sesungguhnya nabi akhir zaman tidak akan lahir pada masa sekarang ini. Kamu tidak
mungkin dapat bertemu dengannya. Wahai Baluqiya! Tahukah kamu berapa jauh jarak
perjalananmu dari rumah ibumu?” “aku tidak tahu?” kata Baluqiya terus terang. Khidhir
kambali meneruskan, “kamu sudah meninggalkan ibumu sejauh perjalanan yang
ditempuh selama lima puluh tahun. Apakah kamu mau aku mengembalikanmu kerumah
ibumu?” Baluqiya mengiyakan. “Jika demikian, pejamkan matamu!” pinta Khidhir. Ketika
Baluqiya memejamkan kedua matanya,tiba-tiba tidak terasa dia sudah berada
disamping ibunya.
Begitu
Baluqiya membuka kedua matanya, dia melihat ibunya sudah berada disampingnya. Dia
bertanya kepadanya, “ Bu,apakah engkau melihat siapakah orangnya yang telah
membawaku kemari?” ibunya menjawab, “aku melihat seekor burung putih membawamu
dan meletakkanmu disampingku. Setelah itu ia segera terbang kembali.” Usai meluapkan
rasa rindunya, Baluqiya menceritakan kisah petualangannya diatas kepada ibunya.
Kemudian ia keluar untuk menemui kaumnya. Mereka pun menanyakan ketidakhadiran
Baluqiya ditengah mereka beberapa waktu lamanya. Akhirnya Baluqiya menceritakan
semua peristiwa-peristiwa aneh yang dilihatnya selama dalam petualangan mencari
nabi akhir zaman. Mendengar isi kisah tersebut, kaum Bani Isra’il menulis
semuanya. Tidak ada yang terlewat. Kegiatan menulis kisah dari petualangan
Baluqiya ini tidak dapat diselesaikan selama kurun waktu empat puluh tahun. Konon,
Baluqiya dikaruniakan umur untuk hidup didunia selama seribu tahun. Wallahu ‘Alam.
Sumber :
"Kitab Badaai'uz-Zuhuur Fii Waqaa 'i'id-Duhuur"
(Muhammad bin Ahmad Al-Hanafi)
Kisah Seorang Ulama Bani Isra'il Yang Mencari Nabi Akhir Zaman
Reviewed by Unknown
on
8:02 PM
Rating:
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF4LDJoRznNB7l7wr5JO_LcO7J5VAOTonCF9M77BPNYzv0AiEBcSxdGV00E8IleaBw1tmnPq_Jz-aw-L6rIFJfi4D4-LZj6vuWHlgErltTzzrtTqfBgQr-EmwxGfzy_gpORRu3skOKAHJ7/s72-c/Baluqiyayes.jpg)
No comments: