Top Ad unit 728 × 90

News

random

Pahamilah Hakikat Doa Agar Doa Anda Mudah Diijabah Allah SWT


Al-Waliyah | Manakala kita telah dekat dengan Allah dan telah ramah dengan-Nya, pasti Allah menurut kebiasaan tidak akan menahan-nahan permintaan hambaNya. Bahkan Allah menggerakkan pada hambaNya supaya terus bermohon dan berdoa kepadaNya. Bagaimanakah apabila Allah s.w.t. telah meringankan lidah hambaNya,dan bagaimanakah follow-upnya? Dalam hal ini yang mulia Imam Ibnu Athaillah As-kandary telah memberikan kesimpulan dalam Kalam Hikmah beliau yang ke-101 sebagai berikut:
﴿مَتَى أَطْلَقَ لِسَانَكَبِالطَّلَبِ، فَاعْلَمْ أَنَّهُ يُرِيْدُ أَنْ يُعْطِيَكَ﴾

“Manakala Allah membukakan lidah anda dengan bermohon (kepadaNya), maka ketahuilah, sesungguhnya (Allah) berkehendak akan memperkenankan (permohonan) anda.



Penjelasan Kalam Hikmah ini adalah sebagai berikut:
1.     Yang dimaksud dengan Allah membukakan lidah kita, artinya Dia meringankan lidah kita pada berdoa dan memohonkan sesuatu yang kita kehendaki kepadaNya. Dengan ringan lidah kita berdoa dan memohonkan kepada Allah, berarti kita telah mulai merasakan dan telah mulai menghayati kefakiran kita kepadaNya. Apabila kita sudah merasakan dan menghayati bahwa kita betul-betul berhajat kepadaNya, oleh karena Dia yang sanggup menyampaikan hajat-hajat makhlukNya. Maka ketika itu kita tidak boleh tertinggal dari menyampaikan apa saja hajat kita kepada Allah, bermohon kepadaNya supaya hajat kita itu disampaikan olehNya dan supaya maksud kita diberkahi pula olehNya.
I.       Apabila hal di atas telah kita rasakan pada diri kita, berarti Allah memberikan kepada kita doa, yakni menghendaki supaya kita bermohan kepadaNya. Ketika itulah, maka apa yang kita mohonkan kepada Allah akan diperkenankan olehNya. Adakala Allah mem perkenankan maksud yang kita tuju dan yang kita kehendaki, atau selain dari itu, yang menurut Allah itu lebih baik daripada sesuatu yang kita mohonkan kepadaNya. Adakala permohonan kita itu diperkenankan Allah dengan segera ataupun ditangguh; yakni di tangguhkan waktunya oleh Allah s.w.t. kepada waktu yang sesuai menurut ilmuNya.

Yang sudah terang, bahwa kita berdoa dan bermohon kepada Allah s.w.t. adalah dengan kehendakNya. Buktinya bahwa Allah meringankan lidah kita untuk berdoa kepadaNya. Dan ini pasti di-barengi dengan perasaan dan pengakuan yang sempurna bahwa kita sangat berhajat kepada Allah. Sebab segala sesuatu tidak akan berhasil jika tidak dengan seizin dan kehendakNya.
Apabila demikian keadaan permohonan kita kepada Allah, maka Allah memperkenankan doa kita sesuai dengan janjiNya, lebih-lebih apabila kita berdoa itu di waktu-waktu yang mustajab, di mana hati kita tidak lupa dan lalai kepadaNya. Yakni waktu mustajab menurut lahiriah, dan mustajab pula disebabkan dibarengi oleh keadaan kita tidak lupa kepadaNya.
II.        Dalam Hadis Rasulullah s.a.w. yang diterima dari Abdullah bin Umar r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

مَنْ أُذِنَ لَهُ مِنَ الدُّعَاءِ مِنْكُمْ، فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ، وَمَا يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا قَطُّ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ .

“Barangsiapa di antara kamu yang diizinkan Allah buat orang itu pada berdoa, niscaya Allah bukakan padanya pintu-pintu rahmat. Dan tidak ada sesuatu permohonan kepada Allah dalam permohonan yang ia mohonkan yang lebih dicintai Allah dari pada bahwa bermohon ia pada kemaafan dan keselamatan di dunia dan akhirat.”
Hadis ini mengandung pengertian bahwa apabila kita bermohon kepada Allah memang karena telah digerakkan Allah hati kita untuk bermohon kepadaNya. Maka Allah akan membukakan pintu-pintu rahmatNya, yakni Allah akan memperkenankan permohonan kita itu. Sedangkan Nabi kita menggambarkan dalam Hadis di atas bahwa permohonan yang lebih baik ialah supaya Allah mengampunkan dosa kita, memaafkan kesalahan kita dan memberikan keselamatan kepada kita di dunia dan akhirat.

Dalam Hadis yang lain digambarkan oleh Rasulullah s.a.w.bahwa Allah Ta‘ala tidak akan mengharamkan permintaan yang kitamohon-kan kepadanNya. Artinya, percayalah bahwa doa kita makbul dan mustajab. Karena itu maka seorang alim Tauhid dan Tasawuf,yaitu Syeikh Abu Bakar Al-Khaffaf  r.a. telah berkata: “Betapakah Allah tidak memperkenankan doa orang itu padahal Dia mencintai suaranya (dalam berdoa). Dan jikalau tidak demikian maka Dia tidak membukakan pintu doa pada orang tersebut.”

Jadi oleh karena Allah telah menggerakkan hati hambaNya untuk berdoa kepadaNya, berarti Dia cinta dan sayang kepada suaranya,dan berarti pula Dia akan memperkenankan permohonannya.
II.     Perlu diketahui bahwa gambaran kecintaan Allah kepada hambaNya, yang ada hubungannya dengan Allah, memperkenankan maksud dan permohonannya, adalah jauh berbeda antara hamba Allah biasa dengan hamba Allah yang telah diangkat martabat nyaoleh Allah sebagai WaliNya dan orang yang begitu dekat denganNya. Misalnya saja, bagaimana Allah dengan WaliNya, dapat kita lihat dari Hadis Anas bin Malik r.a. yang dalam bahasa Indonesianya sebagai berikut:

Telah bersabda Rasulullah s.a.w.: “Apabila Allah telah mencintai hambaNya, maka Allah turunkan bala ke atas hambaNya itu dan Allah ikatkan balaNya atas hamba tersebut. Apabila hamba itu berdoa, maka para malaikat berkata:

 Wahai Tuhanku, itu hambaMu sifulan, sampaikanlah hajatnya. Allah menjawab: Jangan campurtangan pada hambaKu itu. Karena sesungguhnya Aku cinta dan sayang mende-ngarkan suaranya berdoa dan bermunajat. Apabila sihamba berkata: Wahai Tuhanku! Maka Allah menjawab: Selamat wahai hambaKu dan bahagialah engkau. Tidak kamu seru sesuatu kepadaKu melainkan Aku perkenankan buatmu. Dan tidak Engkau mohonkan sesuatu padaKu, melainkan Aku berikan dan Aku perkenankan buatmu. Ada kala Aku segerakan kepadamu apa yang kamu pinta. Ada kala Aku simpan di sisiKu sesuatu yang lebih baik buatmu.Dan ada kala Aku hindarkan bala daripadamu dengan doa tersebut,yaitu (dihindarkan) dari cubaan dan bala yang lebih besar dari yang tersebut.” Hadis ini merupakan suatu pengetahuan bagi kita bahwa demikian-lah kehendak Allah dalam menanggapi doa para WaliNya. Tentu bagihamba Allah yang belum sampai ke tingkat yang demikian, menggambarkan bahwa demi kita berdoa kepada Allah, maka terus saja doa kita itu akan diperkenankan olehNya. Perasaan ini mungkin sajaboleh terjadi seperti itu. Tetapi berlainan dengan hamba-hambaNyayang shaleh atau Wali-waliNya. Sebab kadang-kadang Allah memperlam-batkan pada memperkenan doa mereka, karena Allah sangatsayang dan cinta mendengar suara doa yang selalu diucapkan olehhambaNya itu kepadaNya. Yang sudah pasti, tidak ada doa hambaNya yang shaleh yang tidak diperkenankan olehNya. Bahkan InsyaAllah pasti diperkenankanNya. Cuma apakah doa itu sesuai denganapa yang dimohonkan hambaNya itu atau tidak. Apakah cepatdiperkenankan-Nya atau tidak. Dan apakah diperkenankanNya didunia atau disimpan olehNya dengan jalan (sebagai gantinya) dijauhkannya bala dan petaka dari hambaNya, baik di dunia atau di akhirat.Allahlah yang Maha Mengetahui dan yang Maha Kuasa.

Kesimpulan:
Berdoa kepada Allah tidak sunyi dari salah satu dua gambaran. Ada kala berdoa kepada Allah dalam keadaan biasa, bukan karena gugahan hati dan dorongan ilham yang mendesak kita berdoa. Doa yang begini diperkenankan juga oleh Allah, tetapi belum dapat dipastikan, sebab tekanan kita berdoa belum sampai pada tingkat penghayatan keyakinan perasaan kefakiran kita kepada Allah s.w.t. Ada kala berdoa kepada Allah memang karena hobbi kita, hati kita menggugah untuk berdoa kepadaNya. Jadi apabila berdoa kepada Allah dengan tekanan demikian, maka ketahuilah bahwa Allah yang Maha Pemurah tidak akan melewati dan membiarkan doa kita itu begitu saja tanpa diperkenankan olehNya. Tetapi yakinlah bahwa nilai doa kita sama seperti nilai doa hamba-hambaNya yang sedang dalam keadaan dharurat atau dalam kebutuhan yang sangat di mana tidak ada jalan lain selain hanya kepada Allah. Dengan penuh perasaan lahir bathin, kontak ingatannya hanya kepada Allah, di samping khusyuk dan tawadhuknya kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Inilah yang dimaksud dengan syair Tauhid dan Tasawuf:

لَوْ لَمْ تُرِدْ نَيْلَ مَا أَرْجُهُ مِنْ طَلَبٍ  *  مِنْ فَيْضِ جُوْدِكَ مَا أَلْهَمْتَنِي الطَّلَبَا
Jikalau Engkau (ya Allah) tidak mahu memberikan permohonan yang aku harapkan

Dari kelimpahan kemurahanMu, niscaya Engkau (ya Allah) tidak akan mengilhamkan padaku memohonkan permohonan. Maksudnya, karena Allah telah mengilhamkan pada kita buat berdoa dan bermohon kepadaNya, maka tentu Allah dengan limpahan kurniaNya akan memperkenankan doa permohonan kita. Tetapi jika Allah tidak berkehendak memperkenankannya, maka tentu Dia tidak mengilhamkan kita untuk berdoa dan bermohon kepadaNya.Alangkah indahnya syair ini. Alangkah mendalamnya perasaan keindahan yang terkandung di dalamnya. Perasaan keindahan ke- hampiran lahir dan bathin antara manusia sebagai hambaNya dengan Allah s.w.t., sebagai Pencipta alam semesta dan yang bersifat dengan Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Penyayang. Amin


Sumber :
"Kitab Al-Hikam,Kalam Hikmah Yang ke-101"
(Abuya Prof.Dr.Tgk Chiek, K.H Muhibbuddin Muhammad Waly Al-Khalidy)






Note :
Contak Pemesan Buku 
Karangan Abuya Prof.Dr.Tgk Chiek, K.H Muhibbuddin Waly Al-Khalidy
Tgk.Sony 082168220205 (whatshap)


Pahamilah Hakikat Doa Agar Doa Anda Mudah Diijabah Allah SWT Reviewed by Unknown on 8:38 PM Rating: 5

No comments:

© 2018, Al Waliyah. All right reserved.
Powered By Blogger, Touched by Iqbal Mauludy

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.