Kisah Sahabat Mu'adz Bin Jabal yang menangis Karena Cerita Rasulullah SAW
Alwaliyah
| Assammua’laikum wr.wb, para pembaca yang setia semoga selalu dilimpahkan
Rahmat oleh Allah SWT,Para pembaca Tau kah kalian dengan Sahabat Rasulullah SAW
yang bernama Mu’adz Bin Jabal ? nah kini penulis ingin mengangkat kisah beliau
yang merupakan sahabat pada Zaman Rasulullah.
Mu'adz
bin Jabal Merupakan termasuk sahabat Anshar pada periode awal, ia telah memeluk
Islam pada Ba'iat Aqabah ke dua, sehingga ia termasuk dari golongan as
sabiqunal awwalun. Saat itu ia masih sangat muda, tetapi justru kemudaannya
tersebut yang membuat ia lebih mudah dan lebih banyak menyerap ilmu-ilmu
keislaman. Ia termasuk sahabat yang berani mengemukakan buah pikirannya,
seperti halnya Umar bin Khaththab, namun
demikian ia tetap seorang yang rendah hati. Ia tidak pernah begitu saja
mengemukakan pendapat atau pemikirannya (ijtihadnya) kecuali jika diminta atau
diberi waktu mengemukakannya. Karena begitu luas dan mendalamnya pengetahuan
yang dimilikinya, terutama menyangkut hukum-hukum Islam (Ilmu Fikih), Nabi SAW
pernah bersabda tentang dirinya, "Ummatku yang paling tahu akan halal dan
haram adalah Mu'adz bin Jabal…"
Atas
dasar sabda Nabi SAW inilah banyak sahabat-sahabat yang menjadikan Mu'adz
sebagai rujukan jika ada permasalahan menyangkut hukum-hukum Islam (Fikih).
Bahkan Umar bin Khaththab, yang diakui kecerdasannya oleh Nabi SAW, pada saat
menjadi khalifah banyak meminta pendapat dan buah fikiran Mu'adz dalam
memutuskan suatu permasalahan. Sampai akhirnya Umar berkata, "Kalau
tidaklah karena Mu'adz bin Jabal, akan celakalah Umar…"
Ketika
Nabi SAW akan mengirimnya ke Yaman untuk membimbing dan mengajarkan seluk-beluk
keislaman kepada penduduk di sana, beliau bertanya kepada Mu'adz, "Apa yang menjadi pedoman bagimu untuk
mengadili dan memecahkan suatu masalah, ya Mu'adz?"
Jawab
akan Mu’adz Bin Jabal :
"Kitabulah, ya Rasulullah!" Jawab
Mu'adz.
"Jika tidak engkau temukan dalam Al
Qur'an?"
"Akan saya cari pemecahannya
berdasarkan sunnah-sunnahmu, Ya Rasulullah!!"
"Jika tidak engkau dapatkan
juga??"
"Saya akan menggunakan fikiran saya
untuk berijtihad, dan saya tidak akan berlaku sia-sia (dholim, tidak untuk
kepentingan pribadi dan duniawiah)…"
Bersinarlah
wajah Rasulullah SAW pertanda bahwa beliau puas dan senang dengan penjelasan
Mu'adz, kemudian beliau bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan
taufik kepada utusan Rasulullah, sebagaimana yang diridhai Rasulullah..”
Suatu
malam Mu'adz bermaksud menemui Rasulullah SAW, tetapi ternyata beliau sedang
mengendarai unta, entah hendak pergi kemana?? Melihat kedatangannya, beliau
meminta Mu'adz naik ke belakang beliau, berboncengan berdua, unta pun
melanjutkan perjalanan. Beliau memandang ke langit, setelah menyanjung dan
memuji Allah SWT, beliau bersabda kepada Mu'adz, “Wahai Mu'adz, aku akan
menceritakan suatu kisah kepadamu, jika engkau menghafalnya akan sangat berguna
bagimu. Tetapi jika engkau meremehkannya, engkau tidak akan punya hujjah
(argumentasi) di hadapan Allah kelak.”
Nabi
SAW menceritakan, bahwa sebelum penciptaan langit dan bumi, Allah telah
menciptakan tujuh malaikat. Setelah bumi dan langit tercipta, Allah menempatkan
tujuh malaikat tersebut pada pintu-pintu langit, menurut derajat dan
keagungannya masing-masing. Allah juga menciptakan malaikat yangmencatat dan
membawa amal kebaikan seorang hamba ke langit, menuju ke hadirat Allah, yang
disebut dengan malaikat hafadzah.
Suatu
ketika malaikat hafadzah membawa ke langit, amalan seorang hamba yang berkilau
seperti cahaya matahari. Ketika sampai di langit pertama, malaikat hafadzah
memuji amalan yang dibawanya di hadapan para malaikat yang tinggal di sana.
Tetapi malaikat penjaga pintu langit pertama itu berkata, “Tamparkan amalan ini ke wajah pemiliknya. Aku adalah penjaga
(penyeleksi) orang-orang yang suka mengumpat (Ghibah, jawa: ngerasani). Aku
ditugaskan untuk menolak amalan orang yang suka ghibah. Allah tidak
mengijinkannya melewatiku untuk mencapai langit berikutnya.”
Maka para malaikat yang menghuni
langit itu melaknat pemilik amalan tersebut.
Pada saat yang
lain, malaikat hafadzah membawa ke langit, amal saleh seorang hamba yang sangat
banyak dan terpuji. Ia berhasil melalui langit pertama karena pemiliknya bukan
seorang yang suka ghibah. Ketika sampai di langit kedua, malaikat hafadzah
memuji amalan yang dibawanya di hadapan para malaikat yang tinggal di sana.
Tetapi malaikat penjaga pintu langit ke dua itu berkata, "Berhenti!! Tamparkanlah amalan ini ke wajah pemiliknya, sebab ia
beramal dengan mengharap duniawiah. Allah menugaskan aku untuk menolak amalan
seperti ini dan melarangnya melewati aku untuk mencapai langit berikutnya.
"Maka para malaikat yang menghuni langit itu melaknat pemilik amalan
tersebut.
Pada saat yang lain lagi, malaikat hafadzah
membawa ke langit, amal saleh seorang hamba yang sangat memuaskannya, penuh
dengan sedekah, puasa dan berbagai kebaikan lainnya, yang dianggapnya sangat
mulia dan terpuji. Ia berhasil melalui langit pertama dan kedua karena
pemiliknya bukan seorang yang suka ghibah dan tidak mengharapkan balasan
duniawiah.
Ketika sampai di
langit ke tiga, malaikat hafadzah memuji amalan yang dibawanya di hadapan para
malaikat yang tinggal di sana. Tetapi malaikat penjaga pintu langit ke tiga itu
berkata, "Berhenti!! Tamparkanlah
amalan ini ke wajah pemiliknya!! Aku adalah malaikat penjaga kibr
(kesombongan), Allah menugaskan aku untuk menolak amalan orang yang suka
sombong (bermegah-megahan) dalam majelis. Allah tidak mengijinkannya melewati
aku untuk mencapai langit berikutnya”.
Maka para malaikat yang menghuni langit itu
melaknat pemilik amalan tersebut.
Saat yang lain lagi, malaikat hafadzah membawa ke
langit, amal saleh seorang hamba yang bersinar seperti bintang kejora,
bergemuruh dengan penuh dengan tasbih, puasa, shalat, haji dan umrah. Ia
berhasil melalui langit pertama, ke dua dan ke tiga karena pemiliknya bukan
seorang yang suka ghibah, tidak mengharapkan balasan duniawiah dan juga tidak
sombong.
Ketika sampai di
langit ke empat, malaikat hafadzah memuji amalan yang dibawanya di hadapan para
malaikat yang tinggal di sana. Tetapi malaikat penjaga pintu langit ke empat
itu berkata "Berhenti!! Tamparkanlah
amalan ini ke wajah pemiliknya!! Aku adalah malaikat penjaga sifat ujub. Allah
menugaskan aku untuk menolak amalan orang yang disertai ujub. Allah tidak
mengijinkannya melewati aku untuk mencapai langit berikutnya."
Maka para malaikat yang menghuni langit itu
melaknat pemilik amalan tersebut.
Pada saat yang lain, malaikat hafadzah membawa ke
langit, amal saleh seorang hamba yang sangat mulia, terdiri dari jihad, haji,
umrah dan berbagai kebaikan lainnya sehingga sangat cemerlang seperti matahari.
Ia berhasil melalui langit pertama hingga ke empat, karena pemiliknya bukan
seorang yang suka ghibah, tidak mengharapkan balasan duniawiah, tidak sombong
dan juga tidak ujub dalam beramal.
Ketika sampai di
langit ke lima, malaikat hafadzah memuji amalan yang dibawanya di hadapan para
malaikat yang tinggal di sana. Tetapi malaikat penjaga pintu langit ke lima itu
berkata "Berhenti!! Tamparkanlah
amalan ini ke wajah pemiliknya!! Aku adalah malaikat penjaga sifat hasud (iri
dengki). Meskipun amalannya sangat baik, tetapi ia suka hasud kepada orang lain
yang mendapatkan kenikmatan Allah. Itu artinya ia membenci Allah yang
memberikan kenikmatan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Allah tidak
mengijinkannya melewati aku untuk mencapai langit berikutnya.”
Maka para malaikat yang menghuni langit itu
melaknat pemilik amalan tersebut.
Pada saat lainnya, malaikat hafadzah membawa ke
langit, amal saleh seorang hamba yang sangat sempurna dari wudhu, shalat,
puasa, haji dan umrah. Ia berhasil melalui langit pertama hingga ke lima,
karena pemiliknya bukan seorang yang suka ghibah, tidak mengharapkan balasan
duniawiah, tidak sombong, tidak ujub dalam beramal, dan juga tidak suka hasud
pada orang lain.
Ketika sampai di
langit ke enam, malaikat hafadzah memuji amalan yang dibawanya di hadapan para
malaikat yang tinggal di sana. Tetapi malaikat penjaga pintu langit ke enam itu
berkata, "Berhenti!! Tamparkanlah
amalan ini ke wajah pemiliknya. Aku adalah malaikat penjaga sifat rahmah. Allah
menugaskan aku untuk menolak amalan orang yang tidak pernah mengasihani orang
lain. Bahkan jika ada orang yang ditimpa musibah, ia merasa senang. Allah tidak
mengijinkannya melewati aku untuk mencapai langit berikutnya.”
Maka para malaikat yang menghuni langit itu
melaknat pemilik amalan tersebut.
Pada saat lain lagi, malaikat hafadzah membawa ke
langit, amal saleh seorang hamba yang bersinar-sinar seperti kilat menyambar
dan bergemuruh laksana guruh menggelegar, terdiri dari shalat, puasa, haji,
umrah, wara’, zuhud dan berbagai amalan hati lainnya. Ia berhasil melalui
langit pertama hingga ke enam, karena pemiliknya bukan seorang yang suka
ghibah, tidak mengharapkan balasan duniawiah, tidak sombong, tidak ujub dalam
beramal, tidak suka hasud pada orang lain, dan juga seorang yang penuh kasih
sayang (rahmah) pada sesamanya.
Ketika sampai di
langit ke tujuh, malaikat hafadzah memuji amalan yang dibawanya di hadapan para
malaikat yang tinggal di sana. Tetapi malaikat penjaga pintu langit ke tujuh
itu berkata, "Berhenti!!
Tamparkanlah amalan ini ke muka pemiliknya!! Aku adalah malaikat penjaga sifat
sum’ah (suka pamer). Allah menugaskan aku untuk menolak amalan orang yang suka
memamerkan amalannya untuk memperoleh ketenaran, derajad dan pengaruh terhadap
orang lain. Amalan seperti ini adalah riya', dan Allah tidak menerima ibadahnya
orang yang riya'. Allah tidak mengijinkannya melewati akuuntuk sampai ke
hadirat Allah SWT.
Maka para malaikat yang menghuni langit itu
melaknat pemilik amalan tersebut.
Pada saat lainnya, malaikat hafadzah membawa ke
langit, amal saleh seorang hamba berupa shalat, puasa, zakat, haji, umrah,
akhlak mulia, pendiam suka berdzikir, dan beberapa lainnya yang tampak sangat
sempurna. Ia berhasil melalui langit pertama hingga ke tujuh karena pemiliknya
bukan seorang yang suka ghibah, tidak mengharapkan balasan duniawiah, tidak
sombong, tidak ujub dalam beramal, tidak suka hasud pada orang lain, seorang
yang penuh kasih sayang (rahmah) pada sesamanya, dan juga tidak suka memamerkan
amalannya (sum’ah). Paramalaikat dibuat terkagum-kagum sehingga mereka ikut
mengiring amalan itu itu sampai di hadirat Allah SWT.
Ketika amal tersebut dipersembahkan malaikat
hafadzah, Allah berfirman, "Hai
malaikat hafadzah, Aku-lah yang mengetahui isi hatinya. Ia beramal bukan untuk
Aku tetapi untuk selainAku, bukan diniatkan dan diikhlaskan untuk-Ku. Aku lebih
mengetahui daripada kalian, dan Aku laknat mereka yang menipu orang lain dan
menipu kalian (malaikat hafadzah, dan malaikat-malaikat lainnya yang
menganggapnya sebagai amalan hebat), tetapi Aku tidak akan tertipu olehnya.
Aku-lah yang mengetahui hal-hal ghaib, Aku mengetahui isi hatinya. Yang samar,
tidaklah samar bagi-Ku, Yang tersembunyi, tidaklah tersembunyi bagi-Ku.
Pengetahuan-Kuatas segala yang telah terjadi, sama dengan Pengetahuan-Ku atas
segala yang belum terjadi. Ilmu-Ku atas segalayang telah lewat, sama dengan
Ilmu-Ku atas segala yang akan datang. Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang
terdahulu, sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang kemudian. Aku yang
paling mengetahui segala sesuatu yang samar dan rahasia, bagaimana bisa
hamba-Ku menipu dengan amalnya. Bisa saja mereka menipu mahluk-Ku tetapi Aku
Yang Mengetahui hal-hal yang ghaib….tetaplah laknat-Ku atas mereka…!!”
Tujuh malaikat di antara tiga ribu malaikat juga
berkata, "Ya Allah, kalau demikian keadaannya,
tetaplah laknat-Mu dan laknat kami atas mereka….!!”
Kemudian para malaikat dan seluruh penghuni
langit berkata, "Ya Allah,tetaplah
laknat-Mu dan laknat orang-orang yang melaknat atas mereka…!!”
Begitulah, panjang lebar Nabi SAW menceritakan kepada
Mu'adz bin Jabal, dan tanpa terasa ia menangis tersedu-sedu di boncengan unta
beliau. Ia berkata di sela tangisannya, "Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa
selamat dari semua yang engkau ceritakan itu??"
"Wahai
Mu'adz, ikutilah Nabimu dalam masalah keyakinan!!" Kata Nabi SAW.
"Engkau
adalah Rasulullah, sedangkan aku hanyalah Mu'adz bin Jabal. Bagaimana aku bisa
selamat dan terlepas dari semua itu…” Kata Mu'adz.
"Memang
begitulah,” Kata Nabi SAW, “Jika ada kelengahan dalam ibadahmu, jagalah lisanmu
agar tidak sampai menjelekkan orang lain, terutama jangan menjelekkan ulama…..”
Panjang lebar Nabi SAW menasehati Mu'adz bin
Jabal, yang intinya adalah menjaga lisan dan hati, jangan sampai melukai dan
menghancurkan pribadi orang lain. Akhirnya beliau bersabda, "Wahai Mu'adz, yang aku ceritakan tadi
akan mudah bagi orang yang dimudahkan Allah. Engkau harus mencintai orang lain
sebagaimana engkau menyayangi dirimu. Bencilah (larilah) dari sesuatu yang
engkau membencinya (yakni, akibat buruk yang diceritakan Nabi SAWdi atas),
niscaya engkau akan selamat…!”
Rasulullah SAW tahu betul bahwa Mu'adz bin Jabal
sangat mengetahui hukum-hukum Islam (Fikih), yang pada dasarnya bersifat
lahiriah. Dengan menceritakan kisah tersebut, beliau ingin melengkapi
pengetahuan dan pemahamannya dari sisi batiniah, sehingga makin sempurna
pengetahuan keislamannya. Dan tak salah kalau kemudian Nabi SAW pernah
bersabda, "Mu'adz bin Jabal adalah pemimpin golongan ulama di hari
kiamat….!"
Sebagaimana umumnya para sahabat Anshar, Mu’adz
hampir tidak pernah terlewat dalam berbagai perjuangan dan jihad bersama
Rasulullah SAW. Perang Badar, Uhud, Khandaq dan berbagai pertempuran lain
diterjuninya. Ketika Nabi SAW wafat, Mu’adz sedang berada di Yaman untuk
mengemban tugas Nabi SAW, menjadi Qadhi dan mengajarkan ilmu-ilmu keislaman
kepada penduduknya, yang kebanyakan memeluk Islam pada masa-masa akhir
kehidupan Rasulullah SAW. Mu’adz sendiri meninggal pada masa Khalifah Umar bin
Khaththab akibat wabah penyakit thaun yang melanda kota Amwas, antara Ramalah
dan Baitul Maqdis, termasuk wilayah Syam.
Sumber Pencerita:
Tgk.Habibie
M.Waly, S.TH
Kisah Sahabat Mu'adz Bin Jabal yang menangis Karena Cerita Rasulullah SAW
Reviewed by Unknown
on
9:07 PM
Rating:

No comments: